Oleh:
Delyuzar Ilahude
Banjir di Gorontalo sudah seperti “tamu” setiap tahun. Cukup ketik “penelitian banjir di Gorontalo” di mesin pencari, dan kita bias menemukan banyak sekali referensi dari berbagai akademisi dan instansi. Dari zonasi rawan banjir hingga analisis persepsi masyarakat tentang banjir dan cara mencegahnya, semua mudah ditemukan. Tapi, ada satu hal yang belum banyak dikaji: factor kelembaban udara dan iklim mikro di wilayah ini. Padahal, ini adalah aspek yang penting untuk dipertimbangkan dalam memitigasi bencana banjir.
Citra satelit menunjukkan bahwa luas perairan Gorontalo melebihi dua pertiga dari luas daratannya. Kondisi ini menciptakan awan konveksi yang memicu hujan lebat di Gorontalo. Tak heran jika banjir bandang sering menerjang, terutama di kawasan Kabupaten dan Kota Gorontalo, apalagi jika Pemda setempat tak segera bertindak untuk menyelidiki dan mengatasi pemicu banjir.
Seringnya, banjir di Gorontalo diduga akibat ketidakstabilan morfologi perbukitan di daerah hulu sebagai dampak dari penggundulan hutan dan pembukaan lahan. Ditambah, hujan yang terjadi akhir-akhir ini, diduga merupakan dampak dari siklon tropis di perairan elatan Filipina. Kondisi iklim mikro di daratan Gorontalo pun sulit diprediksi karena pengaruh dari iklim global tersebut. Di Kota Gorontalo, hampir semua daerah permukiman kini tergenang. Tanpa manajemen pembangunan yang baik, luas wilayah yang terdampak banjir niscaya akan semakin meluas.
Kontrol terhadap kawasan hutan di daerah hulu sungai menjadi pekerjaan rumah besar bagi Pemda setempat. Pembukaan lahan yang berdampak pada tutupan lahan hijau yang semakin berkurang, serta kerentanan gerakan tanah di kawasan perbukitan, seperti bencana longsor tambang emas di Tulabolo yang menelan korban jiwa hingga 27 orang, harus segera ditangani.
Sebagian kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo telah mengalami erosi akibat pembalakan liar di daerah perbukitan. Buktinya, saat banjir bandang terjadi, gelondongan batang pohon dan material lumpur pekat ikut menutupi aliran sungai.
Tanpa campur tangan tegas dari Pemerintah setempat, sungai yang seharusnya member manfaat bagi masyarakat, justru jadi risiko bencana tahunan. Banjir dadakan dalam waktu kurang dari lima jam setelah hujan lebat, menghantui warga. Selain itu, fenomena banjir ini menjadi bukti kegagalan struktur bendungan/tanggul serta perubahan fungsi lahan di perbukitan.
Saat ini, isu krusial yang mengancam kehidupa nwarga Gorontalo adalah perubahan tata guna lahan, erosi, dan sedimentasi di berbagai kawasan perbukitan dan sungai. Kerawanan terhadap banjir dadakan akan meningkat jika wilayah tersebut memiliki lereng curam, sungai dangkal, dan pertambahan volume air yang jauh lebih besar dari daya tampung. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya banjir adalah kondisi tanah, vegetasi, perubahan musim, permukaan tanah yang tertutup bangunan, dan hilangnya kawasan tangkapan air. Kejadian banjir di Gorontalo adalah bukti penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan tata gunanya. Dan ini, butuh evaluasi menyeluruh.
Data sejarah kawasan yang pernah mengalami bencana harus selalu diperbarui. Pemda harus melakukan investigasi, termasuk pemetaan topografi, korelasi kontur sekitar sungai, dan kemampuan lapisan tanah menyerap air. Pengelolaan sumber daya air dan lahan sangat terkait dengan kebutuhan, kualitas, kuantitas, siklus penggunaannya, serta bagaimana pengelolaannya, termasuk dalam pencegahan dan penanggulangan banjir.
Diperlukan pemahaman yang terkoordinasi dalam satu strategi untuk mengelola sumberdaya lahan dan air Gorontalo, terkait dengan pemanfaatannya. Pertimbangkan pendekatan pencegahan dan penanggulangan banjir dalam konteks pembangunan wilayah dan lingkungan yang berkelanjutan, dengan melibatkan para akademisi.
Meskipun para pakar telah memberikan berbagai penjabaran mengenai banjir, sayangnya deretan solusi yang ditawarkan belum berdampak dan dirasakan masyarakat, karena banjir terus saja terjadi, bahkan kini semakin parah. Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo harus segera mengevaluasi tata ruang terkait penggunaan lahan perkebunan dan penambangan liar di Kabupaten Bone Bolango, yang dampaknya justru menimpa masyarakat di kawasan hilir. Wassalam.(*)
Penulis adalah putra daerah, ahli geologi dan geofisika.
Comment