Oleh
Ahman Sarman*
Suaka Margasatwa Nantu nama lengkapnya. Lebih dikenal dengan sebutan Hutan Nantu. Kurang lebih 3 Km dari tempat saya bertugas: SMP Negeri 12 Wonosari. Dari depan sekolah terlihat jelas hijau membiru rimbunan hutannya. Hutan seluas 13.500 hektare terbentang luas hingga masuk wilayah Kabuaten Gorontalo, Boalemo, dan Kabupaten Gorontalo Utara. Hutan rimbun itu menjadi paru-paru dunia. Juga menjadi tempat paling aman kehidupan margasatwa. Hutan Nantu menjadi rumah terbaik satwa endemik Sulawesi, seperti babi rusa.
Membayangkan Hutan Nantu seperti menonton film Jurassic Park. Pohon besar menjulang tinggi dikelilingi berbagai tanaman merambat seperti rotan dan akar beringin. Pohon rao tumbuh segar dan besar saling berdekatan. Seolah tumbuh tanpa beban. Lantaran padatnya pepohonan, hampir tidak menyisakan ruang untuk sinar matahari. Hanya saja film Jurassic Park tokoh hewannya adalah dinosaurus, sedangkan Hutan Nantu tokoh hewannya adalah babi rusa.
Rasa-rasanya tidak lengkap kalau ke Gorontalo namun belum ke Hutan Nantu. Tampaknya juga kurang sempurna kalau jadi pencinta alam tapi belum pernah ke Hutan Nantu. Untuk bertemu tokoh hewan Hutan Nantu, babi rusa. Binatang pemalu yang jadi primadona para peneliti dan pemburu. Peneliti menelusuri kehidupan kembang biak babi rusa, sedangkan pemburu mengurangi habitat babi rusa.
Peneliti itu satu di antaranya adalah Alfred Russel Wallace (1823-1913), sang naturalis legendaries berkebangsaan Inggris yang menulis buku The Malay Archipelago dan di dalamnya membahas garis Wallace. Wallace menemukan dua kelompok fauna yang berbeda antara wilayah Timur dan Barat. Garis pembatas itu disebut garis Wallace. Wallace mengungkapkan bahwa garis pembatas itu ada di antara Pulau Bali dan Lombok serta antara Kalimantan dan Sulawesi.
Satu pembuktian dari Wallace yang membuat kita tercengang dan bangga bahwa fauna Sulawesi aneh dan ganjil. Kemungkinan sebagian Sulawesi ada yang masuk Asia dan sebagiannya lagi masuk Australia. Sejak itulah Sulawesi (Celebes) dikenal misterius dengan fauna uniknya. Catatan panjang Wallace telah mengantarkan banyak peneliti untuk terus melakukan pembuktian tentang flora dan fauna pada tahun-tahun selanjutnya.
Tahun 1986 Lynn Clayton, mahasiswi dari Universitas Oxford, Inggris, menyusuri belantara Sulawesi. Saat itu Lynn membantu Dr. Anthony J. Whitten membuat buku The Ecologi of Sulawesi. Ekspedisi itu membuat Lynn jatuh cinta dengan hutan Sulawesi. Terlebih lagi jatuh hati dengan Hutan Nantu. Lebih-lebih lagi dengan babi rusa. Wujud atas cintanya itu dibuktikan dengan meraih gelar S3 tahun 1996 berdasarkan hasil penelitiannya di Hutan Nantu berjudul Convervation Biology of the Babirusa in Sulawesi, Indonesia. Babi rusa (babyrousa babyrussa) sejak tahun 1996 masuk kategori langka dan dilindungi IUCN dan CITES.
Tentu bukan hanya Lynn yang jatuh cinta pada Hutan Nantu, tetapi seluruh masyarakat pun jatuh cinta pada Hutan Nantu. Ada yang karena cintanya berhayal ingin menguasai Hutan Nantu untuk kepentingan pribadi, ada pula yang cintanya hanya ditujukan pada pohon nantu yang besar-besar itu, menjanjikan bila diolah menjadi ramuan rumah. Lebih dari itu ada yang berhayal untuk menggali tanahnya, barangkali tanahnya mengandung emas.
Saya terkagum-kagum saat beraudiensi dengan fotografi Hutan Nantu. Dijelaskan bahwa babi rusa merupakan hewan langka di dunia. Tidak ditemukan di belahan dunia lain. Kalau ada, bukanlah babi rusa yang hidup sesuai takdirnya di hutan, melainkan telah dipelihara di kebun binatang. Babi rusa yang hidup di Hutan Nantu sangat sensitif. Terutama terhadap bau manusia, bau wangi-wangian, atau bau apa saja yang baginya asing. Kalau mencium bau tersebut, babi rusa tak akan datang di kolam lumpur Adudu, yakni sebuah kolam menjadi tempat pengamatan terbaik babi rusa di Hutan Nantu. Di kubangan yang berukuran sekitar 40 x 60 meter ini, setiap saat, kawanan babi rusa datang untuk menjilati mineral garam.
Lagi-lagi saya ingin katakan bahwa Hutan Nantu bila difilmkan maka tokoh utamanya adalah babi rusa, sedangkan binatang lainnya seperti anoa, monyet sulawesi, babi hutan, rangkok, tarsius dan lain sebagainya adalah tokoh kedua dan tokoh pendamping. Tentu tokoh utama manusianya adalah Lynn Marion Clayton, yang hidup berpuluh-puluh tahun di Hutan Nantu. Dialah perempuan hebat dari kalangan akademisi yang menghabiskan separuh hidupnya di Hutan Nantu. *
Kepala SMPN 12 Wonosari Kab. Boalemo.
Pos-el: [email protected]
Comment