Oleh:
Delyuzar Ilahude
Emas di Tengah Kemiskinan
Perburuan emas di Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, kembali memakan korban. Longsor di kawasan penambangan liar itu terjadi di Desa Tulabolo, Kecamatan Suwawa Timur, Bone Bolango, pada Sabtu, 6 Juli 2024, sekitar pukul 23.00 WITA. Hingga 9 Juli 2024, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) RI mencatat, 122 orang diduga tertimbun longsor, dan 23 orang diantaranya ditemukan sudah meninggal dunia.
Lokasi ini terkenal dengan aktivitas penambang liar atau PETI (Penambangan Tanpa Izin). Mengapa daerah ini menjadi incaran penambang liar?
Di ujung timur dan barat Gorontalo terdapat batuan gunung api pembawa mineral seperti emas. Berdasarkan tatanan stratigrafi regional, kawasan ini merupakan zona volcanoplutonik dengan batuan gunung api berumur Eosen hingga Plistosen Awal. Umumnya, batuan ini tersingkap di kawasan gunung api Bilungala yang menutupi bagian Selatan dan Tenggara Gorontalo. Batuan gunung api ini banyak diterobos oleh batuan plutonik dioritan hingga granitan, yang dikenal sebagai diorite bone, serta diterobos oleh dasitporfiri berumur Pliosen Akhir (Parello, 1994). Terobosan dasitporfiri inilah yang menjadi cikal bakal daerah alterasi dan mineralisasi emas di Suwawa dan sekitarnya.
Menggali Risiko
Cebakan emas di Gorontalo terbentuk pada zona batuan gunung api (volcanic hosted) dengan kedalaman kurang lebih 200 meter dari permukaan bumi. Jalur cebakan emas di kawasan ini termasuk dalam jalur emas dangkal, sehingga suhu pembentukannya relative rendah, disebut cebakan emas bersuhu rendah atau epithermal gold deposit. Cebakan ini merupakan emas primer yang terdapat dalam batuan padat, baik yang berbintik kasar maupun halus.
Model cebakan emas dangkal ini biasanya ditambang dengan system terbuka (open pit), yang relative murah dan tidak memerlukan terowongan. Namun, bentang alam daerah prospek emas di Suwawa membuat penambangan terbuka berisiko tinggi, terutama saat curah hujan tinggi seperti saat ini di Gorontalo. Penanganan lingkungan yang terintegrasi sangat diperlukan di kawasan perbukitan ini, mengingat semua aliran anak sungai yang melintasi kawasan bukit penambangan bermuara ke sungai Bone, yang memiliki debit air besar. Limpasan permukaan dari kawasan penambangan ini memicu sedimentasi ke hulu Sungai Bone, yang telah berkembang hingga ke muara, menyebabkan pendangkalan dan berkontribusi pada banjir di kota Gorontalo.
Bahaya Bagi Penambang Liar
Di daerah bukit Mboto-Mboto dan Marisa, perburuan emas meningkat setelah penemuan urat kuarsa mengandung emas kadar tinggi. Namun, para penambang tanpa izin (PETI) tidak menyadari risiko tinggi yang mengancam nyawa mereka, seperti longsoran batu dan kontaminasi sianida. Bencana longsor yang terjadi di Suwawa beberapa hari lalu menelan banyak korban dan menjadi salah satu efek dari system penambangan berisiko tinggi oleh penambang liar.
Berdasarkan kondisi perbukitan dan cara penambangan yang dilakukan, bencana longsor di kawasan ini diprediksi akan terus terjadi jika system penambangan tradisional tetap digunakan. Selain itu, penyakit yang sering diderita oleh penambang liar di Suwawa diduga salah satunya disebabkan oleh kontaminasi sianida.
Langkah-langkah Penanganan
Pemerintah daerah harus bertindak cepat dan bekerja sama dengan penambang liar untuk mencegah terulangnya tragedi di kawasan Mboto-Mboto. Kerjasama ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan bahan galian logam dan non-logam, serta memanfaatkan sisa material yang selama ini terabaikan. Sekitar 60% kawasan hutan di Kabupaten Gorontalo telah rusak parah akibat aktivitas penambang liar dan pembalakan kayu liar.
Koordinasi dengan masyarakat penambang liar diperlukan untuk mensosialisasikan langkah-langkah konservasi guna menciptakan penambangan yang berwawasan lingkungan. Pendekatan ekstra hati-hati dibutuhkan karena ini menyangkut mata pencaharian mereka yang rata-rata belum memiliki penghasilan tetap. Dengan demikian, kita bias menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Gorontalo dan warganya. Wassalam. (*)
Penulis adalah putra daerah yang juga ahligeologi dan geofisika.
Comment