Oleh :
Dr. Abid, S.S., MA TESOL
Beberapa waktu yang lalu, saya mengisi sebuah acara talkshow, disiarkan melalui YouTube. Topiknya adalah meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris untuk meraih beasiswa ke luar negeri. Di akhir acara, banyak yang bertanya mengapa sulit rasanya berbicara dalam bahasa Inggris dan bagaimana cara mengatasinya. Tulisan ini akan menjawab dua pertanyaan tersebut. Berbahasa Inggris disini saya definisikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa Inggris secara lisan.
Perludipahami bahwa sebenarnya kita sudah memiliki “amunisi” untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Kalau tidak percaya, coba minta seorang kawan bertanya, siapa nama anda dan apa kabar anda hari ini, dalam bahasa Inggris. Jika anda bisa jawab, anda sudah berkomunikasi sederhana dalam bahasa Inggris. Kalau anda paham istilah-istilahcancel, meeting, order,pricedan transfersaat berkomunikasi dengan orang lain berarti anda paham ujaran lisan dalam bahasa Inggris. Ini adalah modal kosa kata yang dipelajari sejak sekolah dulu. Pertanyaannya, dengan kosa kata yang terus bertambah, mengapa banyak yang tetap merasa tidak bisa berbahasa Inggris?
Ada dua alasan utama kenapa kita merasa sulit berbahasa Inggris. Pertama, tidak memiliki tujuan belajar yang berorientasi komunikasi.Selama enam tahun belajar bahasa Inggris dari SMP-SMA plus dua semester di perguruan tinggi, kita mungkin tidak punya tujuan spesifik mengapa perlu belajar bahasa Inggris. Kita masuk kelas bahasa Inggris setiap hari hanya untuk sekadar bisa mengikuti ujian, dan lulus. Hasilnya, alih alih mahir berbahasa Inggris lisan, menggunakannya di luar kelas mungkin hampir tidak pernah dilakukan. Karena tidak pernah terpakai dikehidupan sehari hari, bahasa Inggris betul betul menjadi bahasa asing.
Alasan kedua adalah takut menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi di luar kelas formal. Ini disebabkan oleh perasaan malu jika berbicara dengan terbata bata atau dengan struktur ujaran tata bahasa yang kurang baik. Umumnya, menurut Lightbown dan Spada (2013), rasa malu ini dialami pelajar remaja dan dewasa karena tingkat self-conscious mereka lebih tinggi dibandingkan anak-anak. Karena malu berbahasa Inggris, akhirnya bahasa Inggris hanya untuk dipelajari, bukan dipakai sebagai alat komunikasi yang riil. Memiliki mindset bahasa sebagai objek belajar menjadikan seseorang sulit menemukan momen kapan bahasa Inggris sebaiknya dipakai untuk tujuan berkomunikasi.
Lantas, bagaimana cara mengatasinya? Tentukan tujuan belajar berbahasa Inggris. Memiliki tujuan belajar yang spesifik akan membantu membangun rasa ingin tahu yang besar (Harmer, 2007). Hasilnya, motivasi belajar bisa meningkat.Misalnya, bagi siswa sekolah, tentukan dalam 1 semester atau 6 bulan ke depan, apa yang bisadilakukan dengan berbahasa Inggris lisan. Contoh,bisa memperkenalkan diri lalu berdialog tentang kegiatan sehari-hari dalam situasi komunikasi tertentu. Anggaplah seperti saat mengikuti seleksi pertukaran pelajar atau saat diminta mendampingi guru bertemu dengan tamu dari negara lain. Dengan tujuan ini, maka selama 1 semester anda akan fokus mempelajari kosa kata dan ujaran yang umum dipakai untuk perkenalan, termasuk hal hal yang perlu dan tidak perlu untuk diperkenalkan.
Menyimak contoh-contoh komunikasi dengan topik perkenalan diri di media sosial, seperti YouTube, juga sangat membantu. Ini akan membantu dalam beberapa hal. Misalnya, melatih bagaimana perkenalan diri dalam situasi formal dan informal dilakukan. Atau melatih kemampuan menyimak dan bagaimana merespon saat terjadi miskomunikasi; serta memperbanyak perbendaharaan kata dan ungkapan yang jamak dipakai saat berkomunikasi dengan topik perkenalan diri. Semua ini bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun, dengan hanya memanfaatkan media sosial – hemat waktu dan biaya.
Selain memasang target belajar yang spesifik, bergabung dalam sebuahkomunitas juga penting. Bergabunglah dalam komunitas yang juga sama-sama berkomitmen belajar berbahasa Inggris – kalau di sekolah atau kampus biasanya ada English Club. Atau membuat komunitas sendiri dengan mengajak rekan yang juga tertarik belajar meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dengan memanfaatkan kemudahan teknologi komunikasi yang ada. Jika perlu, ciptakan momen komunikasi pribadi. Misalnya, sebelum meninggalkan rumah, cobalah berbicara kepada diri sendiri tentang hal-hal yang akan dilakukan di sekolah/kampus/tempat bekerja nanti. Contoh, “OK, this morning I will meet someone. And I will tell him about myself, and why I want to join the program”. Cukup beberapa kalimat saja, dengan kosakata sederhana, yang sudah melekat dalam ingatan. Ini untuk pembiasaan berbicara, pelafalan, termasuk penggunaan kosakata dalam bahasa Inggris.
Disamping bergabung dalam sebuah komunitas,coba jadikan posisi bahasa Inggris sejajar dengan bahasa yang sering dipakai saat berkomunikasi sehari hari. Kalau sering menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan, gunakan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia secara bersamaan pula. Meski hanya beberapa kata atau frasa, ini sangat membantu membiasakan diri menggunakan bahasa Inggris secara lisan. Misalnya, saat bertemu kawan yang sedang berbincang bincang, katakan, “Teman-teman,ada yang paham dengan cara mengisi formulir ini? I have no idea about it!” atau dilain waktu, “What’s going on? Kayaknya diskusinya asik, nih?” Akan lebih baik jika ada kesepakatan sebelumnya bahwa anda dan kawan anda sepakat menggunakan bahasa Inggris sebagai bagian dari komunikasi lisan sehari hari.
Cara terakhir, ubah mindset anda tentang fluency (kecakapan berbicara). Fluency tidak hanya semata mata terkait dengan kecepatan berbicara atau kemiripan dengan dialek orang Amerika, Inggris, atau Australia. Kecakapan berbicara juga terkait dengan kemampuan anda menggunakan bahasa Inggris secara jelas dan lugas (Jenkins, 2004). Lawan bicara paham dengan apa yang anda sampaikan. Ini adalah persoalan pelafalan dan kerapian dalam penyampaian pesan. Runtut, tidak bertele tele. Dengan demikian, tidak perlu malu jika anda berbicara bahasa Inggris tidak secepat orang lain atau tidak memiliki dialek seperti penutur dari Amerika, Inggris dan Australia.
Akhirnya, menguasai bahasa Inggris yang merupakan salah satu bahasa internasional bukanlah sebuah hal mustahil untuk dilakukan. Bahasa Inggris sudah lama kita pelajari, sehingga jika ingin mahir menggunakan bahasaini maka menggunakannya sebagai bagian dari komunikasi sehari haridalam konteks yang sesuai adalah solusinya. (*)
Daftar Rujukan
Harmer, J. (2007). The practice of English language teaching. (4th ed.). Harlow: Longman.
Jenkins, J. (2004). ELF at the gate: the position of English as a Lingua Franca. In Pulverness, A (ed.), Liverpool Conference Selection, IATEFL Publications.
Lightbown, P. M., & Spada, N. (2013). How Languages are learned 4th edition. Oxford University Press.
PENULIS Adalah : Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Gorontalo
Comment