Oleh:
Dahlan Iskan
BELUM juga terungkap: apa motif penembak Presiden Trump 13 Juli lalu. FBI sudah meneliti isi sosmed Thomas Matthew Crooks. Sejak Thomas bermedsos tahun 2019.
Penembak itu tidak ditemukan indikasi anti apa pun. Nomor-nomor telepon yang ada di HP Thomas juga sudah diteliti, tidak ada yang terkait dengan ulah yang ia lakukan.
Perdebatan di parlemen Amerika sekarang ini adalah: kenapa dinas rahasia Amerika gagal mengamankan lokasi kampanye Trump. Kampanye itu dilaksanakan di arena pameran tahunan hasil pertanian di Butler.
Analisis menit per menit pun diungkap. Bahkan per detik.
Misalnya, kejadian dua menit sebelum penembakan. Ada yang melihat Thomas naik ke atas atap sebuah bangunan yang terletak di arah kiri Trump berpidato.
Saat itu Thomas baru berhasil memanjat instalasi AC di dinding bangunan. Ia terlihat pakai celana krem muda dan atasan krem tua. Ia terlihat membawa senjata laras panjang.
Itu pukul 18.09 waktu timur Amerika.
Saat itu Donald Trump baru mulai kampanye. Baru tiga menit berpidato.
Begitu mencapai atap bangunan itu Thomas langsung ndelosor untuk bertiarap di atas atap. Ia mengambil posisi menembakkan senjatanya ke arah Trump yang lagi berpidato.
Saat Thomas mencapai atap itu jelas terlihat oleh orang-orang yang telat datang ke arena kampanye.
Justru karena telat perhatian mereka belum ke panggung.
Pandangan mereka masih nanar ke segala arah. Termasuk ke pemandangan mencurigakan di atas atap itu.
Mereka pun menuding-nudingkan telunjuk ke arah atap. Mereka juga meneriakkan kata-kata ”di atas atap itu” dan ”senjata” berkali-kali.
Seorang wanita setengah baya, bercelana pendek hitam dengan atasan lengan pendek garis-garis merah, tampak mempercakapkan apa yang dia lihat dengan laki-laki di sebelahnyi. Mereka seperti tidak takut. Mereka terus berjalan menuju kerumunan kampanye tapi pandangan wajah mereka terus ke atas atap sambil menuding-nudingkan tangan.
Di podium, Trump baru saja mulai pidato. Ia agak lama melambaikan tangan ke segala arah sambil mondar-mandir di atas panggung. Sambutan untuk Trump begitu meriah, teriakan yel-yel tidak kunjung berakhir.
Belum lagi antusiasme itu reda Trump langsung memulai pidato dengan mengucapkan pujian pada kota Butler, kepada negara bagian Pennsylvania dan kepada ribuan orang yang hadir saat itu.
Tiba-tiba saja ada suara ”swiiing” di dekat telinga kanannya. Secara spontan Trump meraba kupingnya. Berdarah. Petugas dinas rahasia pun bergegas naik ke panggung. Melindungi Trump.
Trump sendiri seperti sudah terlatih. Ia langsung merunduk. Lalu petugas dinas rahasia merebahkannya di lantai, melindunginya.
Catatan waktunya sangat cepat. Dari wanita melihat orang naik ke atas atap sampai Trump meraba telinga waktunya hanya dua menit. Catatan waktu saat Trump melihat darah di tangannya adalah pukul 18.11. Lebih 13 detik.
Di menit itu juga penembak jitu dari dinas rahasia mengirim peluru panas ke orang di atas atap. Thomas tewas seketika.
Perdebatan di Senat saat ini adalah: mengapa penembak jitu tidak melakukannya beberapa detik lebih cepat. Bahkan mengapa Thomas bisa masuk area kampanye dengan membawa senjata laras panjang.
Komandan Dinas Rahasia merasa malu atas peristiwa itu. Pilih mengundurkan diri.
Penggantinya pun belum bisa menjelaskan mengapa semua itu bisa terjadi. Terutama apa motif penembakan itu. Yang diketahui hanya Thomas adalah pegawai panti perawatan yang Sabtu itu minta izin tidak masuk kerja karena ada sesuatu yang lebih penting yang akan ia lalukan.
Thomas anak seorang suami istri yang dua-duanya berprofesi di bidang pembimbingan dan penyuluhan.
Saat SMA sang anak tergolong pandai. Terutama di pelajaran matematika dan fisika. Ia juara bidang itu. Dapat penghargaan dan hadiah uang.
Ia juga diterima masuk Pittsburgh University, ranking 67 di Amerika. Tapi Thomas pilih masuk collage dulu. Setelah tamat collage ia pilih kerja dulu sebelum kelak ke Pittsburgh University yang dua jam dari kampungnya.
Thomas dikenal pelajar yang pendiam. Ia sering di-bully karena pendiamnya itu. Juga karena bau badannya.
Dua lagi: ia sering menyamar dengan pakaian berburu. Lalu ketika pakai masker ia pilih masker dokter yang untuk operasi. Ia juga di-bully saat ditolak masuk tim menembak karena gagal waktu tes.
Selebihnya tidak ada yang tahu.
Sebenarnya ada yang tahu. Dua hari sebelum penembakan, Thomas sudah survei lokasi. Ia juga menerbangkan drone untuk mencari lokasi yang tepat. Di Amerika tidak ada orang yang mencurigai anak muda mainan drone. Apalagi Thomas berkulit putih dan terlihat culun.
Atap yang dipilih untuk menembak Trump itu adalah atap bangunan gudang peralatan mesin. Meski gudang bentuknya seperti gedung permanen. Atapnya rata. Khas gudang di tengah kota Amerika. Tidak terlihat seperti gudang.
Pemilik bangunan itu adalah perusahaan bernama Agr International Inc. Ini perusahaan permesinan. Termasuk desain produk.
Salah satunya mesin pembuatan botol, mesin pembuat desain botol dan mesin-mesin industri lainnya. Pusatnya memang di Butler di pedalaman Pennsylvania. Cabangnya tersebar di banyak negara Eropa dan Amerika Latin.
Posisi gedung Agr itu di sebelah kiri panggung, sedikit agak ke depan. Jaraknya hanya 110 sampai 120 meter dari podium.
Di depan panggung sebenarnya juga ada dua gedung beratap. Satu agak di kanan. Satunya lagi agak di kiri. Thomas tidak memilih salah satu dari dua atap itu. Ia pilih atap Agr. Mungkin dua atap itu dianggap terlalu dekat ke lokasi panggung. Bisa terlihat terlalu nyata. Mungkin juga Thomas tahu dua atap itu pasti akan ditempati penembak jitu dinas rahasia Amerika.
Memang, kenyataannya, dua atap itu ditempati penembak jitu dinas rahasia. Anehnya mengapa tidak segera menembak Thomas. Adakah fokus penembak jitu hanya ke atas podium? Ke orang-orang yang berpotensi menembak dari jarak dekat?
Aneh mereka tidak memperhatikan atap Agr.
Atau sudah memperhatikan. Tapi penembak jitu masih harus menunggu dulu sampai Thomas in action. Harus hati-hati. Agar penembak jitu tidak disalahkan di kemudian hari.
Tepat ketika akhirnya melepaskan tembakan sudah telat. Mungkin hanya telat satu kedipan. Lima tembakan telanjur dilakukan oleh Thomas. Dua plus tiga peluru.
Atau bersamaan. Saat penembak gila menembak, penembak jitu juga menembak. Karena itu tembakan Thomas sedikit berubah arah. Hanya mengenai telinga.
Atau Trump yang memang lagi bejo. Saat peluru mendesing posisi Trump lagi menoleh ke arah kiri.
Ternyata penting: saat pidato seringlah mengalihkan pandangan. Toleh kanan. Depan. Toleh kiri. Kalau saja Trump hanya bisa pidato sambil membaca teks wajahnya akan terpaku ke depan. Kening Trump yang terkena peluru.
Posisi atap gedung Agr yang di sebelah kiri itulah yang membuat satu korban tewas adalah orang yang duduk di deretan kanan Trump.
Peluru yang tidak mengenai Trump nyasar ke korban. Demikian juga dua orang yang terluka serius. Keduanya adalah orang yang duduk di deretan kiri podium. Tembakan Thomas tidak sampai ke Trump. Peluru lebih dulu mengenai dua orang itu.
Saat Trump lagi meringkuk di panggung itulah info baru masuk ke petugas yang melindungi Trump: si penembak sudah dilumpuhkan. Keadaan dinyatakan sudah aman. Trump harus dibawa meninggalkan lokasi.
Info lainnya juga masuk. Kendaraan yang akan membawa Trump sudah siap. Sekeliling kendaraan juga sudah dinyatakan aman.
Maka petugas bergegas membantu Trump bangkit. “Sepatu. Sepatu,” sela Trump. Rupanya dalam proses penyelamatan itu sepatu Trump terlepas.
Keamanan capres Amerika begitu rentannya, padahal tidak ada capres yang sampai masuk gorong-gorong.(*)
Comment