Gorontalopost.id, SUWAWA – Helikopter AW 169 milik Baharkam Polri mondar-mandir di langit Suwawa, sejak Selasa (9/7) pagi, kemarin. Helikopter digunakan tim penyelamat untuk mempercepat evakuasi korban bencana longsor di tambang rakyat Desa Tulabolo, Suwawa Timur.
Kepala Basarnas RI Marsdya (Marsekal Madya) TNI Kusworo, mengakui sulitnya akses menuju lokasi tambang, menjadi kendala proses evakuasi.
“Sebagaimana diketahui bersama cuaca saat ini tidak menentu. Dan tentunya dari track jalan menuju ke TKP sesuai tim-tim yang sudah ada relatif susah. Butuh lima jam perjalan lewat darat,”ujar Marsekal Madya TNI Kusworo.
Setidaknya, hingga siang kemarin, sebanyak tujuh jenazah berhasil dievakuasi menggunakan helikopter, dari lokasi tambang ke RS Bhayangkara Polda Gorontalo.
Tujuh jenazah yang berhasil dievakuasi dengan helikopter yakni yakni, Arjun Djafar asal Mohiyolo, Hendra Pakaya asal Mohiyolo, Ferdi Tune asal Mohiyolo, Aryanto Yusuf asal Monano, Roy Pusini dan Risno Djafar asal Asparaga. Hingga Selasa (9/7) malam, sudah ada 23 korban longsor yang ditemukan meninggal dunia, mereka semuanya telah dievakuasi dari lokasi longsor.
Terdapat dua jenazah yang belum teridentifikasi, karena tidak terdapat identitas, dan sudah sulit dikenalo. Komandan Regu (Danru) tim Alfa Basarnas Gorontalo, Salama, mengatakan, selain korban meninggal dunia, korban selamat yang sudah dievakuasi pun terus bertambah.
Ia menyebut data korban selamat yang sudah dievakuasi sebanyak 73 orang. Dan yang masih dicari sebanyak 36 orang. Kata Salama jasad sulitnya terindetifikasi dikarenakan tidak adanya data pengenal identitas. Bahkan belum ada pihak keluarga yang melaporkan. ” Tapi nanti tim DIV yang akan merilis ciri-cirinya,”ujarnya.
Data korban yang ada, lanjut dia, dia masih terus dilakukan sinkronisasi oleh tim SAR, sebab ada kemungkinan laporan orang hilang yang diadukan keluarga korban, hanya menggunakan nama panggilan dan bukan nama lengkap.
Data yang digunakan tim SAR juga sejauh ini, mayoritas masih menggunakan sumber data laporan warga. “Kita belum dapat data dari lainnya makanya dari pada kita mengira-ngira data lebih baik kita membuka posko layanan pengaduan orang hilang,”ujarnya.
Pihaknya, lanjut Salama, juga tidak bisa memprediksi jumlah korban yang diduga masih tertimbun. Kendati begitu, ia tak memungkiri kemungkinan jumlah korban bertambah, karena melihat dampak longsor di lokasi tambang yang cukup besar.
Apalagi lokasi tambang terdapat banyak warga yang mendirikan tenda di bawah areal tambang. Hal itu berimplikasi pada jumlah korban yang terdampak.
Untuk lancarnya evakuasi, tim SAR Gorontalo mendapat tambahan personel dari Basarnas pusat, dan kantor pencarian dan penyelematan Manado. “Dengan luasnya areal pencarian, dan akses yang sulit dan korban yang terdata sudah cukup banyak makanya kita butuh bantuan pusat,”katanya.
Ia menyebutkan, pihaknya tidak memprediksi atau memberikan data prediksi terkait jumlah korban, sebagai leading sektor dari pos pencarian dan penyelamatan, Basarnas hati-hati dalam menyebarkan data atau informasi. “Jangan sampai kita memberikan data palsu sehingga kita hindari dan apa yang ada itu data yang akan kita sajikan,” ujarnya.
Sebagai informasi jarak posko 1 tim SAR ke lokasi longsor titik bor 1,3,18, dan 19 kurang lebih 23,75 KM. Dengan medan berat dan kondisi cuaca tak bersahabat menjadi tingkat kesulitas tersendiri tim untuk melakukan pencarian dan evakuasi korban. (csr/tha)
Comment