TILAMUTA – GP – Seorang guru honorer di Kabupaten Boalemo, jadi perbincangan di jagad maya, dalam beberapa hari terakhir. Namanya, Nurhayati Saidi. Ia guru honorer di salah satu SD di Kecamatan Botumoito, Boalemo. Guru honorer yang sudah 16 tahun mengabdi itu, hendak menjual ginjalnya. Keinginan itu dia ungkapkan melalui akun media sosialnya, facebook.
Alasan Nurhayati cukup klasik, soal kebutuhan biaya hidup. Sebagai single parent yang menghidupi dua anak, dan menjadi tulangpunggung keluarganya, ia menggantungkan biaya hidup keluarga melalui gajinya sebagai guru honorer. Penjabat Bupati Boalemo, Hendriwan, hingga awal meret ternyata belum juga membayar gaji Nurhayati, termasuk ribuan guru honorer di ‘bumi bertasbih’ itu, untuk dua bulan sekaligus, yakni Januari dan Februari.
Hitung-hitungan Nurhayati untuk memenuhi kebutuhan keluarganya meleset, karena kebijakan pejabat Bupati pilihan Mendagrti Tito Karnavian yang lambat membayar gaji para ‘oemar bakri’ tanpa NIP itu. “Kalo ada yg mb Bili Ginjal, napa kita p Ginjal kita mo jual. Alasan kita mo jual untuk memenuhi kita p anak2 p kebutuhan. Dari Pada b Harap Gaji Nti Dunia so kiamat baru dorang ingat Guru2 p hak padahal tanggung jawab kami sudah di laksanakan. Jang B inbox/atau b tlp mo suruh hapus aaaa kita mo blokir. (kalau ada yang mau beli ginjal, ini ada ginjal saya, mau saya jual. Alasan saya jual untuk memenuhi kebutuhan anak-anak saya. Dari pada harap gaji nanti dunia sudah mua kiamat baru mereka ingat hak guru. Padahal tanggungjawab sudah kami laksanakan. Jangan inbox atau telephon untuk minta hapus (status facebook) saya akan blokir),”tulis Nurhayati pada akun facebooknya, yang kemudian viral dan dibagikan ke banyak orang. Dalam postingan itu, Nurhayati juga menandati empat orang teman media sosialnya.
Kepada Gorontalo Post, Nurhayati mengaku terpaksa menuliskan status facebook seperti itu, lantaran terdesak biaya hidup, terlebih kebutuhan anak-anaknya. Pada hari Ahad yang lalu, sebelum menuliskan status menjual ginjal, ia naik motor dari Tilamuta ke Kota Gorontalo, menemui kakaknya berharap diberi pinjaman uang untuk kebutuhan anaknya di sekolah. Harapan itu pupus, lantaran tak mendapat uang pinjaman. Hari itu juga ia kembali ke Tilamuta. “Saya menagis sepanjang perjalanan pak. Di Isimu, saya hampir tabrak mobil. Apa yang harus saya bikin supaya bisa dapat uang. Yang saya pikirkan cuma untuk kebutuhan anak saya,”ungkap Nurhayati.
Rupanya kebutuhan sekolah anaknya, adalah untuk beli kue pesanan guru. Menurut Nurhayati, apa pun itu, untuk kebutuhan sekolah anak yang kini duduk dibangku kelas tiga SMP itu, pasti akan dituruti. “Katanya untuk beli kue, untuk anak pak apapun itu, harus dipenuhi,”terangnya. Sesampainya di rumah, setelah kembali dari Kota Gorontalo, ia memberanikan menulis di wall fecebook untuk menjual ginjalnya. Anggapanya, jual ginjal adalah cara instan dapat uang. Postingan Nurhayati sekatika jadi perbincangan.
Ia dihubungi banyak orang, termasuk dari Dinas Pendidikan Boalemo. Ia dimintai klarifikasi. “Ada yang dari dinas, sampai begitunya (jual ginjal). Saya katakan yang sebenarnya tentang kebutuhan saya. Saya tidak menyinggung siapa-siapa, ini menyangkut kebutuhan saya yang terdesak,”ujarnya. Setelah unggahan statusnya, yang kemudian viral, dan menjadi perbincangan, tak berapa lama, Pemda Boalemo akhirnya langsung membayarkan gaji honorer se Boalemo, termasuk hak Nurhayati. “Alhamdulillah pak sudah masuk gajinya, PGRI juga waktu di Dinas, angkat jempol. Mereka ucapkan terima kasih ibu Nur,”katanya. Mungkin karena status guru honorer jual ginjal itu, Penjabat Bupati Hendriwan, baru tergerak untuk segera membayar hak para guru honorer.
Nurhayati sendiri bukan guru honorer baru, ia sudah 16 tahun mengabdi, pindah ke berbagai sekolah untuk mengisi kekurangan guru. Tahun lalu, karena dedikasinya sebagai guru honorer belasan tahun, ia mendapat ganjaran Sumo Award 2022. Nurhayati termasuk dari satu dari 10 penerima penghargaan, yang diserahkan langsung Menteri Bappenas, Suharso Monoarfa. “Hadiahnya saya belikan motor pak, untuk mobilitas saya, karena biasanya saya hanya naik angkot untuk ke sekolah. Alhamdulillah sudah lebih hemat,”katanya.
ALASAN BANYAK HONORER
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Boalemo membenarkan telat membayar gaji para tenaga honorer. Alasanya, lantaran jumlah mereka sangat banyak, sehingga perlakuanya berbeda dengan tenaga honorer yang ada di organisasi perangkat daerah (OPD) lainya. “Berbeda dengan OPD lain yang hanya berjumlah 50 hingga 100 orang. Kalau di Dikpora (Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga) itu, tenaga honornya berjumlah kurang lebih 1.000 orang, termasuk yang berstatus guru,” ungkap Asisten Administrasi Umum Setda Boalemo, Rahmat Biya, kepada hargo.co.id.
Kata dia, berdasarkan edaran Menpan-RB, mereka tidak dibenarkan lagi merekrut tenaga honorer baru, mengganti yang sudah tidak aktif, atau pun menambah jumlah. Sehingga, melalui badan kepegawaian daerah (BKD) dilakukan verifikasi terhadap para tenaga honorer. Banyaknya jumlah honorer di Dikpora, kata dia, membutuhkan waktu lama untuk sekadar verifikasi. Ini yang kemudian juga menjadi salah satu faktor finalisasinya menyita waktu. “Tapi memang tahun ini agak terlambat, tahun-tahun kemarin tepat waktu. Januari itu kan ditagih Februari, begitu juga Februari, tagihannya Maret,” ujarnya.
Rahmat prihatin dengan ungkapan hati guru honorer Nurhayati. Menurutnya, itu adalah ekspresi karena yang bersangkutan terdesak ekonominya. “Sebagai manusia, tentu kami Pemerintah Daerah juga merasakan prihatin. Jual ginjal itu saya pikir sebagai bentuk ekpresinya dari yang bersangkutan. Tapi Alhamdulillah, intinya, saat ini semua gaji guru honor sudah dibayar. Selang dua hari dia menulis status itu, sudah ada pencairan,”kata Rahmat Biya. (tro/hargo)
Comment