GORONTALO – GP – Bicara jagung, pasti Gorontalo. Brand sebagai daerah dengan produksi jagung tertinggi ini mulai hilang, beriringan dengan produksi jagung yang juga surut. Hal ini diakui mantan Gubernur Gorontalo, Fadel Muhammad. “Saya baru saja mengunjungi PT Charoen Pokhpan, pabrik jagung. Pabriknya itu besar sekali. Tapi tidak terpakai semua, saya tanya kenapa ? ternyata jagungnya yang kurang,”kata Fadel Muhammad.
Ia mengaku sedih dengan kondisi itu, apalagi di Gorontalo diketahuinya ada delapan pabrik jagung. Ia menduga nasibnya sama, kekurangan pasokan jagung. Sebagai pihak yang mempopulerkan jagung Gorontalo saat masih menjabat sebagai Gubernur, harusnya kata Fadel jagung tetap menjadi andalan petani Gorontalo dalam menggerakkan ekonomi keluarga mereka. “Kalau produksi jagung baik, petani punya duit. Toko-toko tidak sepi. Saya tanya ke pedagang pemilik toko, mereka ngeluh karena sepi,”ujar Fadel.
Menurut dia, saat mengunjungi pabrik jagung Charoen Pokhpan di Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, kemarin, ia memiliki ide menerapkan sistem kemitraan dengan Charoen Pokhpan. Kemitraan itu, lanjut dia, pihak perusahaan membantu dengan menyediakan bibit bagi petani, dan pemerintah mempermudah petani mendapatkan pupuk. Pupuk bisa bersudisi atau non subsidi. “Saya sudah sepakat, harga (jagung) minimal Rp 4800 per Kg di tingkat petani. Saya kira itu sangat menguntungkan petani, dan produksi jagung juga terpenuhi,”kata Fadel.
Ia mengaku akan ‘turun gunung’ dengan memanfaatkan jaringanya untuk kembali mengangkat jagung Gorontalo, apalagi hingga kini, ia masih sebagai ketua dewan jagung nasional. “Brand jagung Gorontalo harus kembali. Nggak apa-apa, saya turun lagi, ya ini demi petani,”tandas Fadel Muhammad. (tro)
Comment