GORONTALO – GP – Potret pertumbuhan ekonomi Gorontalo memprihatinkan, pada triwulan II dan triwulan III tahun 2020, ekonomi Gorontalo dinyatakan resesi, lantaran terkotraksi atau menyentuh level mines dalam dua triwulan berturut-turut, yakni -0,27 persen pada triwulan II, dan triwulan III -0,07 persen. Sementara pada triwulan IV, pertumbuhan ekonomi masih tetap minus dengan angka -3,56 persen.
Secara keseluruhan, kondisi pertumbuhan ekonomi pada 2020 terjun bebas, jika dibanding dengan tahun sebelumnya, ekonomi Gorontalo pada tahun 2020 terkontraksi -0,02 persen. Kondisi ini terburuk dalam sejarah pertumbuhan ekonomi Gorontalo dalam 10 tahun terakhir, yang selalu bertengger diatas angka 6 persen. Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Gorontalo, tumbuh sebesar 6,40 persen. Kendati begitu, kondisi Gorontalo masih lebih baik jika dibanding dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional, yang terkontraksi -2,07 persen.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dari sisi produksi, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, yang merupakan sektor penggerak utama ekonomi masyarakat Gorontalo mengalami kontraksi, seperti produksi jagung dan perikanan yang mengalami penurunan. Begitu pun dengan sektor perdagangan, ikut mengalami penurunan lantaran terpengaruh dengan merosotnya produksi pertanian, kehutanan dan perikanan. Sementara, sektor transportasi dan pergudangan, juga ikut terdampak. Pandemi Covid-19, membuat jumlah penumpang menurun.
Seperti diketahui, awal-awal pandemi, aktivitas orang diluar rumah sangat dibatasi, bahkan transportasi udara untuk penumpang umum tak izinkan. Sektor jasa juga tak luput menurunya pertumbuhan ekonomi Gorontalo, misalnya tempat pariwisata yang ditutup operasionalnya, penutupan tempat wisata karena pengaruh Covid-19. Yang tumbuh selama tahun 2020, adalah penggunaan listrik dan gas, bisa jadi kebijakan mengharuskan setiap orang berada di rumah selama pandemi, mengakibatkan konsumsi listrik dan gas meningkat, begitu pun dengan jasa keuangan, catatan BPS mengalami pertumbuhan.
Koordinator Fungsi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Gorontalo, Adam Sofian, Jumat, pekan lalu, mengatakan, dari sisi produksi, lapangan usaha hasa perusahaan mengalami kontraksi tertinggi sebesar 6,49 persen. “Sedangkan dari sisi pengeluaran kontraksi tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 6,84 persen,” ujarnya. Dijelaslanya, perekonomian Gorontalo tahun 2020 diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku yang mencapai Rp 41.725,90 miliar, serta PDRB per kapita mencapai Rp 34,21 juta atau USD 2.350,48.
“Walaupun kita di Provinsi Gorontalo mengalami penurunan 0,02 persen, tetap kualitas bertahan di Gorontalo secara akumulatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa provinsi yang ada Sulawesi, seperti pada konsumsi rumah tangga itu tetap bertumbuh di Triwulan IV daripada Triwulan III sebesar 0,13persen,” kata Adam Sofyan. Untuk dampak langsung pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah, melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan pemberian bantuan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap pertumbuhan ekonomi Gorontalo, dikatakanya belum ada kajian empiris. “Namun, dari survei data yang kami lakukan di masyarakat, sedikit memberi pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi walaupun hanya kecil,” tambah Adam. (tro)
Comment