Kapten Laut (P) I Gede Kartika : Setiap Pulang Randangan, Selalu Bantu Orang Tua di Kebun

Kabar hilangnya kapal selam KRI Nanggala 402, Rabu (21/4) menyita perhatian publik di tanah air. Dari 53 orang yang berada di dalam armada milik TNI Angkatan Laut itu ada nama Kapten Laut (P) I Gede Kartika, S.A.P, yang ternyata adalah anak petani asal kecamatan Randangan, Kabupaten Pohuwato. 

 

Muhammad Alfarisi Ali, Riyan Lagili – Randangan

 

Awak media Gorontalo Post mendatangi rumah milik orang tua Kapten Laut (P) I Gede Kartika, S.A.P, di desa Sari Murni, kecamatan Randangan, kabupaten Pohuwato, Ahad (25/4) pagi kemarin. I Gede Kartika diketahui adalah Kepala Departemen Operasi (Kadepops) Pelayaran Kapal Selam KRI Nanggala 402 yang mengalami insiden hilang kontak beberapa waktu lalu, kemarin ‘Monster Laut’ itu dinyatakan tenggelam.

Saat dikunjungi, tak ada siapapun orang di rumah yang berdindingkan papan tersebut. Nampak sebuah bangunan pura tepat di depan rumahnya, serta bangunan dapur pada bagian belakang yang terpisah dari rumah.

I Nyoman Tanah (40), warga sekitar yang ditemui mengatakan, bahwa kedua orang tua Gede (sapaan akrab I Gede Kartika), yakni I Nengah Renes dan Ni Wayan Sudarmi sudah berangkat ke Surabaya. “Begitu dengar kabar itu (hilangnya KRI Nanggala 402), mereka langsung berangkat ke Surabaya,” ujar I Nyoman.

Di rumah tersebut kini hanya tinggal I Komang Arya Kencana, adik paling bungsu Gede. Hanya saja saat itu Komang sedang berada di kebun, dan akan pulang nanti siang hari menjelang sore. Orang tua Gede adalah seorang petani kebun jagung dan kelapa. Selain itu mereka juga berternak sapi.

Adik I Gede Kartika yang satunya lagi, yakni Ni Made Yuniyati, tinggal bersama suaminya di desa Banuroja, tak jauh dari rumah orang tuanya di desa Sari Murni. Awak koran ini pun mendatangi rumah Ni Made Yuniati.

Sesampainya di sana, terlihat Ni Made sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Dari raut wajahnya, sangat nampak Ni Made sedang terpukul. Ia masih belum percaya, kakak sulungnya itu, berada dalam KRI yang karam di laut Bali itu. Begitu mengetahui kedatangan awak Gorontalo Post, Ni Made Yuniati, seketika menangis dan langsung masuk ke kamarnya. Ia tak sanggup mengenang masa kebersamaan dengan kakaknya. “Maaf pak, bu Made belum siap untuk diwawancarai,” ungkap salah satu kerabatnya.

Melihat kondisi Ni Made yang belum memungkinkan, Gorontalo Post bergeser ke rumah orang tua mereka di desa Sari Murni, untuk menunggu I Komang pulang dari berkebun.

Warga setempat pun sedikit menceritakan tentang kehidupan I Gede Kartika selama tinggal di desa Sari Murni. “Pak Gede itu orangnya baik dan sangat rajin sekali. Ketika pulang (kampung), bahkan sudah menjadi Kapten, beliau pun masih membantu orang tuanya di kebun seperti kebiasaannya sejak kecil,” tutur I Nyoman Tanah, warga setempat.

Setelah berjam-jam menunggu, akhirnya I Komang, adik bungsu Gede pun tiba di rumah. Sama halnya dengan Gede, I Komang juga dikenal rajin membantu orang tua di kebun. “Kurang lebih begitu lah, karena didikan orang tua kami dari kecil memang begitu,” ujar Komang.

“Aktifitas kami kalau pulang dari kebun itu kita sama-sama istirahat dulu, mandi, terus paling sering itu makan malam sama-sama. Di keluarga kami itu biasanya begitu, kalau makan itu sama-sama. Kalau keluar itu jarang, ndak terlalu suka di luar, bukan artian apa tapi lebih suka di rumah aja,” tambahnya.
Ia kemudian menceritakan kisah kakaknya itu yang memang sedari kecil sudah bercita-cita menjadi tentara, hingga berhasil masuk akademi militer angkatan laut (AAL), bahkan menjadi yang terbaik saat lulus. Tentunya, kata I Komang, mereka bangga. Sebagai anak petani, I Gede Kartika mampu membuat orang tua bangga karena menjadi perwira TNI AL. (*)

Comment