logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Politik “Sang Pangeran” Machiavelli

Lukman Husain by Lukman Husain
Thursday, 12 September 2024
in Persepsi
0
Hamka Hendra Noer

Hamka Hendra Noer

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh :
Hamka Hendra Noer

 

KETIKA melakukan studi Doktoral di The National University of Malaysia, pembimbing saya Prof. Mohammad Agus Yusoff merekomendasikan untuk membaca buku Il Principe (Sang Pangeran) karya filsuf besar Italia Niccolo Machiavelli. Setelah diskusi di ruang kerja Prof Agus, saya bergegas menuju Perpustakaan Tun Seri Lanang (PTSL), sebuah perpustakaan modern dan terlengkap. Tapi, karena buku yang tersedia masihberbentuk textbook sehingga membutuhkan waktu yang agak lama untuk membacanya, sementara tugas pembuatan jurnal dan penyelesaianDisertasi menjadi prioritas utama.

Muncul idesaat itu, kenapa tidak mencari terjemahan buku tersebut untuk mempercepat saya membacanya. Berangkatlah saya ke Perpustakaan Alam dan Tamadun Melayu (ATMA), yang banyak mengkoleksi buku-buku lengkap terbitan Melayu dan Indonesia terlengkap. Singkat cerita, saya mendapatkan buku tersebut dalam terbitanGramedia Pustaka Utama (1991) tetapi, lagi-lagi, saya belum maksimal membuat summary apalagi menulis artikel pendekkarena terlalu fokus mengerjakan Disertasi. Sekarang saya bisa membaca secara lengkap edisi terbaru terbitan Cakrawala Sketsa Mandiri(2024)—walaupun membutuhkan waktu 15 tahun lamanya untuk membacanya kembali.

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Pertanyaannya, kenapa Prof Agus menyuruh membaca buku tersebut, asumsi saya karena alasan akademik untuk memperkaya pengetahuan dan ketika itu akan berlangsung Pilpres 2009 di Indonesia—yang hasilnya SBY terpilih kembali menjadi presiden periode 2009-2014. Dalam buku tersebut, banyak pelajaran tentang substansi kekuasaan, ketatanegaraan, organisasi militer dengan pernyataan-pernyataan politis dan kontroversial yang menarik perhatian dunia.

Setelah menyelesaikan studiDoctor of Philosophy (Ph.D) tahun 2012, saya belum bisa menghasilkan artikel untuk mengulas buku Sang Pangeran. Mudah-mudahan artikel ini dapat menebus “hutang akademik”saya kepada guru dan teman diskusi Profesor Agus sekaligus merespon dinamika politik akhir-akhir ini.

Bicara tentang Niccolò Machiavelli, penulis buku “Il Principe”, diterjemahkan menjadi “The Prince” atau “Sang Pangeran” adalah seorang filsuf, penulis, dan diplomat Italia pada abad ke-16. Lahir tahun 1469 di Firenze, Italia, Machiavelli hidup dalam periode yang ditandai oleh perubahan sosial, politik, dan budaya yang signifikan. Saat itu, Italia terbagi menjadi banyak negara-kota yang berperang dan bersaing untuk kekuasaan. Machiavelli secara aktif terlibat dalam urusan politik dan diplomatik, memainkan peran penting dalam pemerintahan Republik Firenze.

Namun, tahun 1512, setelah jatuhnya Republik Firenze, Machiavelli diasingkan dan terpaksa menjalani kehidupan terisolasi. Di masa pengasingannya, ia menulis banyak karya yang menggambarkan pengalamannya dalam politik dan memberikan nasihat praktis kepada para pemimpin.Pada tahun 1513, Machiavelli menulis Sang Pangeran sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan dari keluarga penguasa Medici, yang saat itu memerintah Firenze. Buku ini merupakan karya politik yang revolusioner karena mengesampingkan pandangan tradisional tentang moralitas dan mengungkapkan prinsip-prinsip politik yang realistis dan pragmatis.

Ketika Sang Pangeran diterbitkan tahun 1532, karyanya segera mencuri perhatian publik. Buku ini menyajikan pandangan yang kontroversial tentang politik dan kekuasaan, menggambarkan realitas politik yang kasar dan seringkali amoral. Sang Pangeran menjadi terkenal karena mengungkapkan bahwa tujuan politik dapat melebihi cara yang digunakan untuk mencapainya, menantang pandangan konvensional tentang moralitas dalam politik.

Dalam kondisi politik yang tidak stabil dan konflik antarnegara, Machiavelli mencoba memberikan panduan praktis kepada para pemimpin dalam menjalankan kekuasaan dan mempertahankan negara mereka. Sang Pangeran tetap menjadi karya yang relevan dan kontroversial dalam ilmu politik hingga saat ini, menimbulkan diskusi dan perdebatan yang berkelanjutan.

Pemimpin Politik

Dalam Sang Pangeran,Machiavelli mendasarkan pemikirannya pada pendekatan realistis dan pragmatis terhadap politik. Dia menolak pandangan romantik atau idealis tentang politik dan menggambarkannya sebagai arena kekuasaan yang keras dan penuh dengan intrik. Machiavelli percaya bahwa para pemimpin harus memiliki pemahaman yang jelas tentang sifat manusia dan kekuasaan untuk mempertahankan kendali mereka.Salah satu kajian teoritis yang Machiavelli gunakan adalah analisis historis.

Dia mempelajari sejarah negara-negara kuno dan peristiwa politik yang terjadi untuk menarik kesimpulan yang relevan. Melalui studi kasus sejarah, ia mengamati keputusan dan tindakan para pemimpin yang berhasil maupun yang gagal, serta menyimpulkan prinsip-prinsip politik yang dapat diterapkan dalam situasi politik yang beragam. Machiavelli juga mempertimbangkan sifat manusia dalam konteks politik. Dia menyoroti ambisi, kepentingan pribadi, dan naluri manusia untuk mencapai tujuan mereka sendiri.

Pemahaman ini membentuk dasar teoritis Machiavelli dalam merumuskan strategi politik yang efektif. Ia menekankan bahwa pemimpin harus memahami kekuatan manusia dan memanfaatkannya untuk keuntungan politik.Selain itu, Machiavelli mencermati hubungan antara penguasa dan rakyat. Dia mengakui bahwa pemimpin politik harus mempertimbangkan kepentingan rakyat untuk memperoleh dukungan mereka, tetapi pada saat yang sama, harus berani dan tegas dalam mengambil keputusan yang sulit.

Kajian teoritis Machiavelli ini berfokus pada dinamika kekuasaan dan interaksi antara pemimpin dan rakyat.Dengan pendekatan realistis dan pragmatis, Machiavelli mengeksplorasi dimensi politik yang seringkali diabaikan atau diromantisasi oleh teori politik konvensional. Kajian teoritisnya membantu membentuk landasan untuk prinsip-prinsip politik yang diajukan dalam Sang Pangeran dan menawarkan wawasan berharga bagi pembaca dalam memahami politik dalam perspektif yang lebih realistis.

Dalam Sang Pangeran, Machiavelli menyampaikan tiga hal subtantif dalam konteks kepemimpinan politik dan kekuasaan. Pertama, Machiavelli menekankan pentingnya pemimpin untuk mempertimbangkan kepentingan negara di atas segalanya. Menurutnya, tujuan utama seorang pemimpin adalah mempertahankan kekuasaan dan kestabilan negara. Dalam mencapai tujuan ini, pemimpin harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan, terlepas dari pertimbangan moralitas. Pemimpin harus siap menggunakan kekuatan dan manipulasi politik untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Kedua, Machiavelli menyoroti pentingnya kecerdikan dan kebijaksanaan pemimpin dalam menjalankan kekuasaan. Ia menyatakan bahwa pemimpin harus cerdas dalam membaca situasi politik, memahami dinamika kekuasaan, dan mampu mengambil keputusan yang tepat. Machiavelli menekankan bahwa pemimpin harus fleksibel dan siap beradaptasi dengan situasi yang terus berubah untuk mempertahankan kekuasaan.

Ketiga, Machiavelli membahas strategi dan taktik pemimpin yang efektif dalam mempertahankan kekuasaan. Ia menguraikan prinsip-prinsip politik seperti membangun sekutu yang kuat, memenangkan kepercayaan rakyat, dan mengendalikan elit politik. Machiavelli menekankan pentingnya pemimpin dalam kekuasaan yang kokoh dan tidak bergantung pada faktor-faktor yang tidak dapat diandalkan.

Pembahasan Sang Pangeran juga mencakup analisis tentang pengaruh moralitas dalam politik. Machiavelli berpendapat bahwa realitas politik seringkali tidak sejalan dengan standar moralitas yang dipegang oleh masyarakat umum. Ia mengajukan pandangan bahwa pemimpin harus siap untuk melakukan tindakan yang “tidak bermoral” jika itu diperlukan untuk mempertahankan kekuasaan dan kestabilan negara.

Secara keseluruhan, hasil dan pembahasan dalam Sang Pangeran menyoroti sifat politik yang realistis dan pragmatis. Machiavelli menawarkan pandangan yang tidak konvensional dan kontroversial tentang politik dan kekuasaan. Karyanya mengajak para pembaca untuk melihat politik dari sudut pandang yang lebih rasional dan praktis, yang tidak selalu sejalan dengan norma moralitas yang dianut oleh masyarakat umum.

Jadi, politik merupakan suatu realitas yang kompleks dan seringkali tidak sesuai dengan standar moralitas yang dianut secara umum. Machiavelli menunjukkan bahwa pemimpin harus memiliki kesiapan untuk mengambil tindakan yang tidak bermoral jika diperlukan untuk mempertahankan kekuasaan dan kestabilan negara. Namun, ini tidak harus menjadi pembenaran untuk bertindak sewenang-wenang atau melanggar hak asasi manusia, tetapi kecerdikan dan kebijaksanaan merupakan atribut penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Pemimpin harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika politik, mampu membaca situasi dengan tepat, dan mengambil keputusan yang cerdas. Pemimpin yang efektif harus fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan politik. Pemimpin harus memiliki dukungan dan kepercayaan yang kuat dari rakyat dan menjaga hubungan yang baik dengan elit politik dan kekuatan lain yang relevan. Memenangkan kepercayaan dan dukungan rakyat, serta mengendalikan kekuatan politik yang ada, dapat menjadi faktor kunci dalam mempertahankan kekuasaan.

Pemimpin harus memperhatikan konteks politik dan kepentingan negara di atas segalanya. Dalam menghadapi tantangan politik, pemimpin harus mengutamakan kepentingan umum dan memastikan bahwa tindakan dan keputusan yang diambil bertujuan untuk memajukan negara dan masyarakatnya. Selain itu, pemimpin juga harus mampu membangun ketrampilan politik yang kuat, seperti diplomasi, negosiasi, dan komunikasi efektif.

Dalam menerapkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Machiavelli, perlu diingat bahwa konteks politik berbeda-beda dan prinsip tersebut harus diterapkan dengan bijaksana. Moralitas dan etika pemimpin tetap harus menjadi pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan politik, dan langkah-langkah yang merugikan atau melanggar hak asasi manusia harus dihindari.

Jika Sang Pangeran memberikan wawasan berharga tentang politik dan kekuasaan, meskipun pandangannya mungkin kontroversial. Karya ini mengajak pembaca untuk mempertimbangkan dinamika politik secara realistis dan memberikan dasar pemikiran yang dapat diterapkan dalam konteks politik hari ini dengan cerdas dan cermat.

Kekuasaan Politik

Gagasan kekuasaan Machiavelli setidaknya dikarenakan oleh dua alasan. Pertama, gagasannya telah menjadi sumber inspirasi yang tak pernah kering bagi banyak penguasa sejak awal gagasan itu dipopulerkan hingga abad XX. Kedua, banyak negarawan dan penguasa yang secara sembunyi-sembunyi atau terus terang mengaku telah menjadikan buku Machiavelli sebagai hand book mereka dalam memperoleh dan mempertahankan kekuasaannya, misalnya Hitler dan Massolini.

Sebagai seorang negarawan Italia, Machiavelli menganjurkan para penguasa untuk mengkombinasikan kelicikan (cunning) dengan sikap tidak mengenal belas kasihan dan brutal.Bagi Machiavelli kekuasaan adalah raison d’etre negara dan negara juga merupakan simbolisasi tertinggi kekuasaan politik yang sifatnya mencakup semua (all embracing) dan mutlak.

Bertolak dari pandangan-pandangan Machiavelli di atas, beberapa sarjana seperti; French., John., & Raven (1959) dan Russell (2007) berpendapat bahwa Machiavelli mempunyai obsesi terhadap negara kekuasaan (maachstaat) dimana kedaulatan tertinggi terletak pada kekuasaan penguasa dan bukan rakyat dan prinsip-prinsip hukum.

Kekuasaan memang sesuatu yang sangat ajaib bagi seseorang yang sedang menggenggam kekuasaan biasanya menjadi tokoh yang disegani, dihormati, ditakuti, dan tidak jarang pula dibenci dan dicaci maki. Namun, selama kekuasaan itu masih melekat kuat pada diri seseorang, orang tersebut punya kedigdayaan untuk berbuat banyak hal. Ia dapat memaksa orang lain untuk menyatakan ketundukan dan kadang-kadang kepasrahan.

Menurut Machiavelli jika pada suatu negara yang pemerintahannya berpusat pada birokratis, raja memiliki “lebih banyak kekuasaan” dibandingkan dengan negara feodal yang kekuasaanya disebar. Dalam negara birokratis, secara langsung atau tidak langsung, raja mengangkat semua pejabat politik dari kalangan keluarga aristokrat, sedangkan dalam negara feodal yang kekuasaan tersebar, jabatan dan kekuasaan selalu diwariskan.

Dengan demikian negara birokratis ditandai dengan terbukanya peluang mobilitas sosial dan politis, dimana orang-orang yang berasal dari tingkatan bawah dapat mencapai kedudukan tinggi. Sedangkan negara feodal terdiri dari banyak lapisan sosial dan jarang sekali orang dapat beranjak dari kedudukan yang satu ke posisi lain.

Dalam negara birokratis selalu terdapat lebih banyak spesialisasi fungsi-fungsi pemerintahan dibandingkan dengan negara feodal. Dengan demikian negara birokratis selalu cendrung mengarah pada pemisahan fungsi dan pemisahan kekuasaan, sedangkan negara feodal cenderung menuju pada penggabungan fungsi dan pembagian kekuasaan.

Machiavelli adalah filsuf kekuasaan yang hebat dan brilian untuk segala zaman. Menurutnya, “kekejaman” asal dipakai secara tepat, merupakan sarana stabilisasi yang diperlukan bagi kekuasaan. Bahwa lebih baik kalau penguasa ditakuti daripada kalau ia dicintai. Ketakutan bisa mempertahankan persatuan, kemegahan dan martabat penguasa.

Manajemen rasa takut ini yang harus dilaksanakan melalui suatu sentral kekuasaan yang membuat tunduk, patuh dan ketidakberdayaan menjadi landasan untuk tegaknya negara. Negara yang kuat adalah negara yang ditakuti. Kekuasaan, tidak perlu mewakili mayoritas, namun ia bisa menundukkan mayoritas untuk menyetujui apa yang menurut penguasa adalah yang paling baik bagi negara.

Oleh itu, Machiavelli mengungkapkan seyogianya negara itu adalah negara kekuasaan. Dalam negara kekuasaan, kedaulatan berada pada negara. Hanya dengan menjadi negara kekuasaan, negara memiliki kekuasaan pemaksa yang digunakan untuk melindungi, menjaga, dan mempertahankan eksistensi negara.

Catatan saya dari membaca buku “Sang Pangeran” sama dengan membaca politik Indonesia hari ini, ada nasehat yang diberikan oleh  Machiavelli, “orang yang belum terlebih dahulu meletakkan fondasinya mungkin dapat dengan kemampuan yang besar untuk meletakkannya kemudian, tetapi fondasi tersebut akan diletakkan dengan menyusahkan arsiteknya dan membahayakan bangunannya”. Apakah penguasa kita hari ini seperti adagium Machiavelli? Nanti waktu yang akan menjawabnya. (*)

 

Penulis adalah Dosen Ilmu Politik, FISIP,
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Tags: Hamka Hendra NoerpersepsiPolitikTulisan Hamka Hendratulisan persepsi

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Puluhan botol miras yang berhasil disita oleh Satpol-PP beberapa hari lalu, Rabu (11/9/2024) (F. Diyanti/Gorontalo Post)

Tak Ada Izin Edar, Puluhan Botol Miras Disita

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.