Oleh :
Irvan Usman, Wahyuni Citra Tine, Cardiva Alinska Ente, SindiyatiPakaya, NurFadila Putri Sainudin, Nur Rajiku, Siti Rahma Ismail
Tantangan peran keluarga di masa depan semakin kompleks seiring perubahan sosial dan teknologi. Keluarga harus menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan rumah tangga, beradaptasi dengan teknologi digital, sambil mempertahankan komunikasi bermakna antar anggota. Puspitawati (2018) menekankan, Keluarga perlu beradaptasi dengan penggunaan teknologi digital sambil tetap mempertahankan interaksi yang bermakna. Tantangan lain meliputi pengasuhan dalam struktur keluarga yang berubah, menjaga kesehatan mental, dan mempersiapkan anak menghadapi dunia yang terus berubah. Rahardjo et al. (2019) menyatakan, Keluarga masa depan perlu mengembangkan resiliensi untuk menghadapi ketidakpastian yang meningkat. Menghadapi ini semua, keluarga dituntut lebih adaptif dan kreatif.
Permasalahan tantangan peran dalam berkeluarga di era modern mencakup berbagai aspek yang kompleks dan saling terkait. Menurut Sunarti (2018), Keluarga saat ini menghadapi tekanan ganda antara tuntutan pekerjaan dan tanggungjawab rumah tangga, yang sering kali menimbulkan konflik peran dan stres.
Tantangan ekonomi dan ketidakpastian pasar kerja dapat meningkatkan tekanan finansial pada keluarga. Rahardjo (2019) menekankan, Ketahanan keluarga diuji oleh berbagai faktor eksternal, termasuk perubahan sosial-ekonomi yang cepat dan tidak terduga. Menghadapi semua ini, keluarga dituntut untuk lebih adaptif, fleksibel, dan resilient dalam menjalankan perannya, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai inti dan kesejahteraan anggotanya.
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, menghadapi tantangan unik dalam konteks peran keluarga di era modern. Sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi digital. Gen Z memiliki pendekatan berbeda dalam komunikasi dan interaksi keluarga, yang dapat mempengaruhi dinamika hubungan antar anggota keluarga. Mereka cenderung lebih mahir dalam penggunaan teknologi, yang bisa menjadi pedang bermata dua – memfasilitasi komunikasi jarak jauh namun berpotensi mengurangi interaksi tatap muka.
Dengan pola pikir yang lebih terbuka dan progresif, Gen Z juga cenderung menantang norma-norma tradisional keluarga, mendorong perubahan dalam struktur dan dinamika keluarga yang dapat menimbulkan konflik antar generasi namun juga berpotensi membawa pembaruan positif dalam konsep keluarga modern.
Dalam berkeluarga, beberapa hal penting yang harus diperhatikan meliputi komunikasi efektif, pembagian peran dan tanggungjawab yang adil, pengelolaan keuangan yang bijak, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga, pendidikan anak, serta pemeliharaan hubungan emosional dan inti masi antar anggota keluarga. Penting juga untuk memperhatikan kesehatan mental dan fisik setiap anggota keluarga, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan tantangan eksternal.
Solusi untuk mengatasi berbagai aspek ini meliputi: mengadakan waktu berkualitas bersama keluarga secara rutin untuk meningkatkan komunikasi dan kedekatan; melakukan diskusi terbuka tentang pembagian tugas rumah tangga dan pengasuhan anak; menyusun anggaran dan rencana keuangan bersama; menerapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu keluarga; melibatkan seluruh anggota keluarga dalam pengambilan keputusan penting; memanfaatkan teknologi secara bijak untuk memfasilitasi komunikasi tanpa mengorbankan interaksi langsung; serta mencari dukungan profesional seperti konseling keluarga jika diperlukan. Keluarga perlu mengembangkan fleksibilitas dan ketahanan dalam menghadapi perubahan.
Mengetahui tantangan dalam berkeluarga sangat penting karena pemahaman ini memungkinkan individu dan pasangan untuk lebih siap menghadapi realitas kehidupan berkeluarga. Dengan menyadari potensi masalah seperti konflik peran, tekanan finansial, atau tantangan komunikasi, keluarga dapat mengembangkan strategi proaktif untuk mengatasinya.
Pemahaman ini juga membantu dalam membangun ekspektasi yang realistis tentang kehidupan berkeluarga, mengurangi risiko kekecewaan dan konflik yang mungkin timbul dari harapan yang tidak realistis. Lebih lanjut, kesadaran akan tantangan dapat mendorong pengembangan keterampilan penting seperti komunikasi efektif, pengelolaan konflik, dan adaptabilitas. Ini juga dapat memotivasi keluarga untuk mencari dukungan atau sumber daya yang diperlukan sebelum masalah menjadi serius. Pada akhirnya, pemahaman tentang tantangan dalam berkeluarga dapat meningkatkan ketahanan keluarga, mempererat ikatan antar anggota, dan membantu menciptakan lingkungan yang lebih stabil dan nurturing bagi semua anggota keluarga, terutama anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang. (*)
Penulis adalah Dosen Pengampu, dan Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling, FakultasIlmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo










Discussion about this post