Plastisitas Otak Dari Ramadhan Ke Idul Fitri

Oleh:
Dr. dr. H. Muhammad Isman Jusuf, Sp.N

 

PLASTISITAS otak atau juga dikenal sebagai Neural Plasticity merupakan kemampuan jaringan saraf di otak untuk berubah melalui reorganisasi. Perubahan tersebut terjadi pada neuron-neuron individu yang membuat koneksi-koneksi baru sehingga terbentuk penyesuaiansistematis di otak. Ada dua jenis plastisitas otak yaitu plastisitas struktural dan plastisitasfungsional.

Plastisitas struktural adalah proses di mana pengalaman, kebiasaan, dan memori dapat mengubah struktur fisik dari otak karena pemberian stimulus secara berkala. Sementara itu, plastisitas fungsional terjadi jika terdapat bagian otak yang mengalami gangguan dan fungsi dari bagian otak yang mengalami gangguan itu diambil alih oleh bagian otak yang normal.

Sejumlah penelitian kedokteran menunjukkan bahwa selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri terjadi plastisitas otak bagi umat islam yang menjalankan ritual ibadah. Dalam bulan Ramadhan terhadap beberapa aktivitas ibadah yang berdampak pada plastisitas otak diantaranya puasa, sholat tarawih, tilawah Qur’an, bersedekah dan lailatul qadar.

1. Puasa

Menurut Dr. Taruna Ikrar, Peneliti dari Universitas California, puasa akan mempengaruhi tiga macam plastisitas otak, yaitu sinaptik, neurogenesis, dan fungsional.Plastisitas sinaptik terjadi ketika otak terlibat dalam pembelajaran dan pengalaman baru. Interaksi dan jaringan baru akan terbentuk pada hubungan sel-sel saraf di otak.

Neurogenesis adalah proliferasi atau perkembangan secara cepat neuron baru pada sel otak. Plastisitas fungsional akan memengaruhi fungsi otak secara keseluruhan yang pada orang tua biasanya sudah menurun. Pada saat berpuasa, otak akan mengelola informasi lebih banyak.

Hal ini dikarenakan organ pencernaan, jantung, paru-paru, ginjal, dan lainnya menghemat energi, sehingga tubuh akan berkonsentrasi ke otak.Saat seseorang berniat puasa,kesadaran internalnya akan menginformasikan ke hipotalamus dan hipotalamus akan menanggapinya dengan memberi perintah ke seluruh organ tubuh untuk menyesuaikan diri, dimanasemua organ tubuh selain otak akandiseting dalam mode hemat energi.

2. Sholat Tarawih

Presiden International Islamic Research Foundation, Dr.Ibrahim B. Syed, dalam artikelnya yang berjudulThe Medical Benefits of Taraweeh Prayers menyebutkan beragam manfaat shalat tarawih untuk kesehatan fisik, emosional, dan mental.Sholat Tarawih meningkatkan daya ingat pada orang lanjut usia terutama dengan pengulangan ayat yang terus-menerus.

Kombinasi aktivitas otot yang berulangdengan pengulangan kata-kata yang diucapkan selama jangka waktu tertentu dalam sholat tarawih akan menimbulkan respon kimiawi pada otak berupa keadaan rileks. Aktivitasdoa setelah sholat tarawih menyebabkan pelepasan neurotransmiter seperti endorfin dan enkefalin yang bekerja pada sistem saraf pusat dan tepi, untuk mengurangi rasa sakit dan memberikan efek menenangkan pikiran.

3. Tilawah Qur’an

Sebuah studi literatur menemukan bahwa pembacaan Al Qur’an, yang disebut sebagai Qur’an recitation approach atau QRP sangat berguna dalam meredakan anxiety pada kondisi medis tertentu dan pada kondisi psikososial. Di otak, seperti ditunjukkan oleh gambaran electroencephalography (EEG), QRP dapat memberikan pengaruh relaksasi di otak, meski pendengarnya tidak mengetahui apa yang dibaca atau didengarnya.

QRP juga ternyata dapat meningkatkan kadar serotonin pada penderita strokedan memperbaiki prognosis klinisnya.Sebuah studi dari Universitas Oxford menunjukkan bahwa membaca Al-Qur’an secara rutin dapat merangsang pertumbuhan hippocampus yang merupakan bagian otak yang berperanalam memori jangka panjang dan pembelajaran. Ini berarti bahwa membaca Al-Qur’an dapat membantu meningkatkan daya ingat serta kemampuan konsentrasi yang lebih baik dalam aktivitas sehari-hari.

Membaca Al-Quran setelah maghrib dan subuh dapat meningkatkan kercerdasan otak hingga 80 persen, hal ini karena pada waktu tersebut merupakan pergantian dari siang ke malam dan dari malam ke siang hari. Disamping itu, ada tiga aktivitas sekaligus yang dilakukan yaitu membaca, melihat dan mendengar.

4. Bersedekah

Penelitian oleh Moll (2006) dari Universitas California melakukan pemantauan  aktivitas otak ketika seseorang bersedekah. Ditemukan terjadi peningkatan aktivitas area mesolimbik, striatum dorsal, ventral, dan tegmental ventral pada otak orang yang bersedekah.

Selain itu didapatkan adanya peningkatan konsentrasi hormon dan neurotransmitter di otak yaitu oxytocin, serotonin, epinephrine, dopamine, dan endorphin yang akan memacu perasaan bahagia dan tenang dalam diri seseorang. Penelitian lain dari Universitas Oregon menunjukkan bahwa nukleus kaudatus dan nukleus akumbens pada otak seseorang akan bereaksi sebagai tanda ia bahagia, manakala ia bersedekah.

5. Lailatul Qadar

Lailatul Qadar dapat secara total merubah pola perilaku seseorang, karena pengaruh medan kuantumyang merubah lobus frontalis di otak. Lobus frontalisberperan dalam mengintegrasikan pemikiran yang membentuk pola pikir dan perilaku seseorang. Sesuai dengan riset Ernest Lawrence Rossi dan Kathryn Lawrence Rossi (2016) yang dimuat dalam International Journal of Neuropsychotherapybahwa medan kuantumdi alam semesta, berkomunikasi dengan otak melalui bagian tubular di sel syaraf otak yang mengantarkan vibrasi aktif ke seluruh bagian otak, dan mengintegrasikan seluruh pemikiran, perasaan dan spiritualitas dalam satu koherensi.

Penghantaran gelombang otak yang terjadi pada malam Lailatul Qadar akan mereset otak para manusia yang dipilih Allah mendapat anugerah lailatul qadar seperti yang terjadi pada reset sebuah komputer. Hal ini dapat merubah orang tersebut secara menyeluruh dan konsisten hingga hitungan seribu bulan ke depannya atau setara dengan  83 tahun.

6. Idul Fitri

Setelah melaksanakan seluruh rangkaian ibadah Ramadhan sebulan penuh, otak manusia akan membentuk struktur baru, ditandai oleh adanyarute jaringan baru di otak yang membentuk pribadi baru secara biologis, psikologis, dan fungsional. Sel-sel saraf baru akan bermigrasi ke sejumlah daerah di otak untuk merehabilitasi sel-sel yang rusak atau mati. Koneksi inilah yang menentukan kemampuan berpikir, kepribadian seseorang, serta menentukan pola dan cara berpikir seseorang, termasuk baik-buruknya perilaku seseorang.

Aktivitas ibadah ramadhan dapat mengubah rute, kepribadian atau cara berpikir negatifke rute positif dan akan mengubah seseorang menjadi pribadi yang baik, beriman, dan bertakwa. Setiap orang yang telah menyelesaikan rangkaian ritual ibadah ramadhan diibaratkan menjadi pribadiyang terlahir kembali saat hari raya IdulFitri seperti seorang bayi yang suci dari noda dan dosa.

Pada saat hari raya Idul Fitri, setiap orang melaksanakan kegiatan silaturahmi dengan keluarga,  kerabat, sahabatdan masyarakat. Sebuah penelitian di University of Michigan AS, menunjukkan bahwa kegiatan silaturahmi yang meliputi berbicara, berdiskusi, dan semua aktivitas interaksi sosial akan membuat otak  makin terasah dan berkembang.  Kemampuan sel otak berkembang dengan adanya rangsangan dari lingkungan yang meliputi interaksi sosial ini yang dikenal sebagai proses plastisitas otak.

Oleh karena plastisitas otak telah terjadi selama Ramadhan dan Idul Fitri, maka kondisi ini harus senantiasa dpertahankan bahkan ditingkatkan. Walaupun Ramadhan telah berlalu, aktivitas ibadah seperti puasa, sholat, membaca qur’an dan bersedakah tetap harus dirutinkan untuk menjadi sebuah habit atau kebiasaan.

Hal ini selain untuk mempertahankan derajat takwa yang sudah diperoleh, juga akan  terus menstimulasi plastisitas otak yang telah didapatkan agar  tetap aktif dan berkembang. Bulan Syawal ini menjadi momentum bagi setiap muslim untuk tetap istiqomah atas apa yang telah dilakoni selama bulan suci Ramadhan. Semoga kita semua pasca Ramadhan dan Idul Fitri, senantiasa berada dalam orbit ketakwaan kepada Allah SWT. Aamiin. Selamat Hari Raya Idul fitri, Mohon maaf lahir dan bathin.

 

Ketua Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Gorontalo/

Sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia Cabang Gorontalo

Comment