Tumbilotohe Kembali Semarak

Gorontalopost.id – Tradisi malam pasang lampu atau tumbilotohe di Gorontalo paling ditunggu. Bahkan tradisi ini menjadi ‘magnet’ bagi warga Gorontalo rantau untuk pulang kampung, pun merupakan tradisi yang masuk dalam kalender pariwisata Gorontalo. Dalam tiga tahun terkhir, tumbilotohe tidak semarak. Adanya pembatasan lantaran pandemi Covid-19, membuat tradisi yang hanya ada pada tiga malam jelang Idul Fitri ini, hanya berlangsung sederhana, yakni pemasangan lampu tumbilotohe cukup di rumah saja.

Tumbilotohe di Desa Bongoime, Tilongkabila
Tumbilotohe di Desa Bongoime, Tilongkabila

Sejak sepekan ramadan 1444 hijriah, tanda-tanda tumbilotohe bakal semarak makin nampak. Warga secara sukarela memasang perlengkapan tumbilotohe di jalan atau tanah lapang. Dikemas semenarik mungkin, ada yang berbentuk kapal, lapangan penuh lampu botor, terowongan lampu, dan banyak kreasi lainya. Semarak tumbilotohe ini, terlihat Senin (17/4) malam. Jalanan bahkan macet, karena membludaknya warga yang ingin menyaksikan tumbilotohe dari dekat.

Misanya, tumbilotohe di Desa Talango, Kecamatan Kabila, Bone Bolango, warga setempat mengusung konsep tumbilotohe tempo dulu. Bahkan disediakan pakaian-pakaian model jadul untuk digunakan pengunjung berfoto.

“Kami mengusung tema tumbilotohe klasik dengan sentuhan moderen, ini dilakukan anak-anak karang taruna,” kata penyelenggara.

Tumbilotohe di Jl. Arif Rahman Hakim, Kota Gorontalo
Tumbilotohe di Jl. Arif Rahman Hakim, Kota Gorontalo

Selain pakaian jadul, juga ada sepeda ontel, dan model rumah jaman dulu. Di tempat lain, seperti di tanah lapang sombari, Jl Arif Rahman Hakim Kota Gorontalo, disulap menjadi lautan lampu botol. Lampu tersusun rapi, sehinggga sangat menarik untuk dilihat, dan bahkan menjadi tempat swafoto bagi pengunjung. Begitu pun di Desa Bongoime, Kecamatan Tilongkabila, warga membuat miniatur kapal dikelilingi tumbilotohe. Ajang tumbilotohe, juga dijadikan momentum promosi sejumlah perusahaan, buktinya nampak beberapa produk dan nama perusahaan pada sejumlah titik pelaksanaan tumbilotihe. Kendati tetap mempertahankan tumbiliotohe secara tradisional, ada pun yang mengemasnya secara moderen, yakni dengan menggunakan lampu listrik berwarna.

“Alhamdulillah sudah masuk malam tumbilotohe, tapi saya lihat lebih banyak lampu listrik yang dipasang, lampu botolnya kurang,” ungkap Awin, wwarga Bone Bolango, semalam. Hal senada juga diutarakan Faisal Mohammad yang mengaku bahwasekarang masyarakat lebih tertarik dengan lampu listrik dibandingkan dengan lampu botol, sehingga tradisi yang ditanamkan ke masyarakat itu sudah mulai hilang.

Tumbilotohe di Kompleks Puncur, Kelurahan Bugis.
Tumbilotohe di Kompleks Puncur, Kelurahan Bugis.

“Harapannya pemerintah dapat mengembalikan tradisi Tumbilotohe yang lebih sederhana,” tutur Faisal Mohammad (warga Kota Gorontalo). Warga lainnya juga menitipkan harapan, agar kiranya Pemerintah dapat berperan penting dalam mengembalikan budaya Tumbilotohe yang saat ini sudah mulai terkesan telah termakan moderenisasi. (tro/mg)

Comment