logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Kota, Dusta, dan Karakter  

Jitro Paputungan by Jitro Paputungan
Tuesday, 31 January 2023
in Persepsi
0
Reposisi Gorontalo  (Bonus Demografi dan Basis Kepemimpinan)

Basri Amin

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh :
Basri Amin

Masa depan sebuah kota terlalu penting untuk hanya diserahkan kepada pemerintah. Apalagi, jika perangai yang dibangun oleh pemerintah kota lebih banyak memproduksi “kata-kata” dan tidak memperlihatkan sebuah kerelaan untuk “belajar” dan “bekerja” dengan tuntas-cerdas. Kebanyakan pemerintah (kota) kita sok tahu dan sok bicara tapi tidak pernah terkesan bergerak dan sungguh-sungguh bekerja-memahami yang rinci persoalan kotanya.

Mereka juga gagap mendayagunakan sumberdaya yang eksis di kota-kotanya. Banyak bicara, banyak acara. Ekspose piagam (“penghargaan”) tersusun-susun beritanya, tapi tak jua mampu memungut masukan-masukan dan jalan-jalan (keluar) yang kreatif atas setiap persoalan. Kota-kota (hebat) di dunia tidak pernah memberitakan “kesuksesan palsu” atas kemajuan kotanya, tapi warganya dan pendatang menyaksikan karakter kota yang sebenarnya.

Demikian juga dengan keterbukaan dan kejujurannya untuk menerima kesalahan. Ada kesan yang kuat, pemerintah kota-kota di negeri ini lebih sibuk menebar “tontonan” dan kesan-kesan yang dangkal –-termasuk beragam gaya seremoni— daripada sungguh-sungguh mengerahkan kemampuan tata-kelola terbaiknya dan dengan sikap itu pula ia rela berkeringat dan kerja keras-cerdas untuk perbaikan-perbaikan mendasar di kotanya. Terbukti, kita cenderung “unggul di gaya, bukan karena daya-saing”.

Kata-kata yang disertai angka-angka tentang kemajuan sebuah kota hanyalah lapisan luar dari apa-apa yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakatnya. Tak perlu kita berbasa-basi bahwa kota-kota kita masih menampung angka kemiskinan yang lumayan; demikian juga dengan rentannya rasa aman dan nyaman di berbagai sudut. Di luar itu, kriminalitas dan penggunaan Narkoba sejak awal sudah menyasar berbagai segmen; belum lagi dengan premanisme dan beragam illegalitas lainnya. Dan pada saat yang sama roda pasar dan sektor perdagangan memaksa pemanfaatan ruang di perkotaan, tidak jarang membuahkan gesekan dan guncangan.

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Setiap jengkal ruang kota hendaknya dipastikan status dan kontribusi (fungsionalnya) dalam pembangunan perkotaan kita. Dengan begitu, “tata ruang” tidak sekadar gincu dari motif kita yang sebenarnya, yakni “tata uang”. Di kota, antara ruang dan uang sudah sangat tumpang-tindih. Di sinilah letaknya mengapa kuasa (pemerintah) mudah digeser oleh kuasa-kuasa “lain” di luar dirinya, terutama karena kepentingan akan penguasaan ruang merupakan kekuatan paling keras yang menekan (otoritas) negara di perkotaan. Jika ini tidak disadari sejak awal dengan memadai, maka sebuah kota tak lagi punya ruh dan identitas. Ia tak lebih sebagai tumpukan pemukiman, pertokoan dan tempat hiburan saja yang disesaki dengan gedung, gudang dan gugusan komoditi, orang dan kendaraan yang lalu-lalang.

Kota sejatinya di bangun di atas sejarah, gagasan dan gerakan tertentu. Meski setiap kota tetaplah mempunyai semacam “luka” yang membutnya perih, entah itu sebuah luka di masa lalu dan/atau di masa kini, tapi kota tetaplah merupakan pencapaian kebudayaan manusia yang tinggi. Tak heran kalau orang cenderung menyenangi kota dan berlomba-lomba untuk tinggal di kota, menjadi warga yang urbanized.

Pertumbuhan kota-kota baru di dunia, terutama di Asia, menjadi bukti nyata atas sejarah baru ini. Secara teknis, hanya dalam ukuran 15-20 tahun, sebuah wilayah yang tandus dan pinggiran, bisa menjadi kota yang subur dan aktif. Sekali arus manusia, barang, modal, informasi dan transportasi bergerak bersama, kota pun akan tumbuh dengan “otomatis”. Beberapa kota (pulau) di Asia memperlihatkan gejala positif ini. Kota ibarat “gula” dan yang lainnya akan berposisi sebagai “semut” yang mengikuti.

Sekian kali saya berada di Yogyakarta dan menyaksikan dengan amat jelas betapa kota ini menjadi “magnet” besar yang unik di sektor pendidikan dan kebudayaan. Semua kita tahu, Yogyakarta sudah sangat lama berperan sebagai kota pelajar. Atmosfir sosialnya sudah terbangun sejak awal. Tak heran kalau kota ini menjadi oase perjumpaan yang “istimewa” antara modernisme dan tradisi. Sehingga, antara yang mondial dan yang lokal bisa berbagi secara kreatif, sekaligus mengajak untuk saling mengajukan pertanyaan dan rencana-rencana.

Sebagai sebuah kota yang sudah “matang”, Yogya pun tak pernah bebas dari “beban” baru yang terus bertambah dan mengepungnya. Tapi karena kematangan (identitas) kotanya, tak heran kalau setiap orang di Yogya -–dalam kesan umum saya–, sadar atau tidak, sepertinya terlatih mengemban tugas-tugas keindonesiaan di satu sisi, tapi juga mengerjakan diri melakoni amanah-amanah universalnya di sisi lain, yakni sebagai bagian dari dunia dan sebagai anak negeri yang datang dari ratusan daerah di negeri ini. Semua bekerja! Semua sibuk untuk maju!

Menoleh sejenak di tingkat lokal, terasa bahwa begitu banyak harapan dengan kota-kota kita. Demikian juga dengan daftar keluhan dan persoalan. Untuk memenuhi setiap harapan, sepertinya cara “menyicil” merupakan pilihan, agar kota-kota kita tidak sesak nafas dengan harapan-harapannya sendiri. Yang jelas, beban yang terus membesar membutuhkan penyikapan, pelibatan dan penyesuaian tindakan dan cara bernalar. Jika tidak, yang kita bangun hanyalah sebuah kota yang berisi keramaian dan kerumunan; kota yang kelihatan sibuk tapi tak punya arah dan capaian jangka panjang. Kota seperti ini pada akhirnya hanya akan mewariskan “luka” dan “dusta” yang menyesakkan nalar dan nurani. ***

Bekerja di Universitas Negeri Gorontalo
Anggota Indonesia Social Justice Network (ISJN)
E-mail: basriamin@gmail.com

Tags: basri aminKota Dusta dan Karakterpersepsispektrum sosial

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Muslimah Pohuwato Makin Berkualitas, Harapan Asisten Pemkesra Saat Kajian Akbar

Muslimah Pohuwato Makin Berkualitas, Harapan Asisten Pemkesra Saat Kajian Akbar

Discussion about this post

Rekomendasi

Seorang buruh ditemukan sudah meninggal dunia di lokasi perusahaan yang ada di wilayah Bone Bolango, dan langsung dibawa oleh pihak Kepolisian ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan.

Seorang Buruh Ditemukan Tak Bernyawa, Sempat Mengeluh Pusing dan Muntah, Keluarga Tolak Autopsi

Tuesday, 2 December 2025
Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Kepala Kantor Perwakilan LPS III, Fuad Zaen dan Deputi Kepala Kantor Perwakilan LPS III Deputi bersama para media dalam kegiatan Meet Up, di Aston Gorontalo, Senin (1/1/2025).

LPS Tekankan Pentingnya Penjaminan Simpanan bagi Masyarakat

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.