Gorontalopost.id — Meninggalnya Jafar Hengua (55), warga Desa Daenaa, Kecamatan Limboto Barat, saat ini didalami oleh pihak Satuan Reskrim Polres Gorontalo. Bahkan, pasca dilakukan otopsi, Selasa (5/7), Polres Gorontalo, rencananya akan segera memanggil sejumlah saksi.
Pantauan Gorontalo Post, sejak jumat malam (1/7), jenazah Jafar Hengua dipindahkan ke kamar mayat Rumah Sakit MM Dunda Limboto, sembari menunggu proses otopsi, yang baru terlaksana, kemarin. Pada pelaksanaan otopsi tersebut, tampak keluarga korban memenuhi pelataran depan kamar mayat. Pelaksanaan otopsi digelar sekira pukul 11.30 Wita hingga pukul 13.00 Wita.
Kapolres Gorontalo, AKBP Ahmad Pardomuan,S.I.K,M.H melalui Kasat Reskrim yang disampaikan oleh Kanit Pidum, Aipda M Arif mengatakan, proses autopsi ini dilakukan oleh satu dokter forensik, didampingi seorang asisen dan satu orang dari pihak keluarga. “Pelaksanaan autopsi memakan waktu kurang lebih satu jam setengah,” ujarnya.
Menurut Aipda Arif, untuk hasil autopsi ini masih akan menunggu dari ahli forensik. Hasil otopsi itu yang nantinya menjadi pentunjuk penyebab kematian korban. “Oleh karena itu, kami meminta pada pihak keluarga untuk menyampaikan kepada pihak kepolisian, jika menemukan saksi lain untuk membantu proses penyelidikan polisi,” pintanya.
Sementara itu salah seorang kerabat korban yang masuk ke dalam ruangan otopsi mengaku, dari penjelasan dokter, jika korban meninggal karena terkena benda tumpul dan bukan karena tenggelam.
“Pokoknya hanya seperti itu dokter sampaikan, meninggal bukan karena terhirup banyak air, melainkan terkena benda tumpul,” katanya singkat.
Seperti diketahui, Jafar Hengua (55) ditemukan meninggal dunia di Sungai Bondula. Menurut anak korban, Jefri Hengua (23), ayahnya sempat terlibat adu mulut di lokasi arena sabung ayam di Dusun III, Desa Ombulo, Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Jumat malam (1/7).
“Kami di lokasi sabung ayam, lalu ayah saya terlibat adu mulut dengan orang. Saya tidak tahu apa penyebab mereka saling adu mulut, tapi satu ayam sudah mati,” katanya.
Ditambahkan pula, kejadian itu terjadi sekitar pukul 17.30 Wita, jelang salat magrib. Usai terlibat adu mulut, Jafar diduga dikejar oleh sejumlah orang, dalam kesempatan itu ia masih sempat mengajak Jefri untuk lari.
“Kami lari, ada sekitar 2 sampai 3 orang yang mengejar ayah saya, menggunakan pisau dan saya tidak mengenal mereka. Ayah saya lari ke kanan menuju arah sungai, sedangkan saya lari ke arah kiri,” terang Jefri.
Setelah peristiwa kejar-kejaran tersebut, Jefri menganggap ayahnya selamat, dia lalu kembali ke tempat sabung ayam untuk mengambil motor. Di tempat itu Jefri menerima informasi, jika ayahnya ditemukan tak bernyawa di Sungai Bondula.
“Saya pikir ayah saya selamat, pas waktu adzan magrib saya kembali ke tempat sabung ayam mengambil motor. Disitu saya menerima informasi orang tua saya sudah meninggal, ditemukan tak bernyawa di sungai,” tutur Jefri.
Sementara itu Melki salah seorang saksi, mengaku, sempat mendengar korban terlibat adu mulut dengan seseorang di lokasi sabung ayam.
“Saya sementara makan di lokasi (arena sabung ayam). Saya sempat mendengar ada yang terlibat adu mulut, tapi saya tetap makan. Lalu informasi warga korban loncat ke sungai,” kata Melki.
Melki menambahkan, setelah itu dirinya bersama warga menyusuri sungai. “Pak Kahar yang lebih dulu menemukan, lalu saya. Saya lihat korban terapung di sungai dan korban ditemukan sudah tak bernyawa. Kedalam air sungai sampai leher orang dewasa, lebar sungai kurang lebih 5 meter, kami beranggapan korban masih hidup, namun setelah kami perhatikan ada luka dibagian kepala,” tutupnya. (Wie)










Discussion about this post