Gorontalopost.id — Sudah dua hari, jenasah Jafar Hengua (55) warga Desa Daenaa, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, berada di kamar jenazah RS MM Dunda Limboto, untuk menunggu pelaksanaan autopsi oleh dokter forensik, Ahad (3/7).
Pengajuan autopsi sudah diajukan pihak keluarga, dalam hal ini Asni Karim (52) selaku isteri korban. Seperdi diketahui, korban ditemukan meninggal dunia, terapung di Sungai Bondula. Pengajuan tersebut ditujukan kepada Satuan Reskrim Polres Gorontalo, karena pihak keluarga menduga ada kejanggalan dalam kematian Jafar.
“Kami meminta diautopsi, biar jelas apa penyebab suami saya meninggal, lebar luka di bagian kepala 6 sentimeter dengan kedalaman 2 sentimeter, itu hasil pemeriksaan,” kata Asni waktu ditemui di depan kamar mayat RSUD MM Dunda Limboto, kemarin.
Asni menuturkan, permintaan keluarga ke Polres Gorontalo belum dapat segera ditindaklanjuti, karena tidak ada dokter forensik di RSUD MM Dunda Limboto. Berdasarkan informasi yang diterima keluarga dari pihak kepolisian, dokter yang akan menangani bertugas di Pohuwato, namun masih berada di Manado, Sulawesi Utara.
“Saya pikir Rumah Sakit (Dunda Limboto) punya dokter forensik, ternyata tidak. Dokter yang akan menangani pun masih di Manado, begitu penyampaian Polisi kepada kami,” ujar Asni.
Asni berharap, dokter forensik yang akan melakukan autopsi terhadap suaminya bisa segera tiba di Gorontalo.
“Kendala dokter belum bisa datang karena masih menghadiri acara duka keluarga 40 hari, sesuai rencana Senin (Hari ini,red). Kami hanya berharap agar bisa secepatnya,” harapnya.
Kendati rencana autopsi baru akan terlaksana pada Senin, isteri dan sejumlah keluarga korban nampak memilih untuk tetap bertahan di depan ruang kamar mayat.
“Kami akan tetap menunggu disini, paling pulang makan setelah itu balik lagi,” tutup Asni.
Sementara itu secara terpisah, Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD MM Dunda Limboto, dr. Rila Rita Thaib membenarkan, rumah sakit tidak memilik dokter forensik untuk autopsi.
“Kalau untuk (Pelayanan) autopsi dalam, kami harus mendatangkan dokter forensik, karena kami belum punya dokter forensik,” jawab Rila.
Disampaikan pula, jika keluarga tetap kekeh meminta dilakukan autopsy, maka tanggungjawab mendatangkan dokter forensik adalah tanggungan keluarga.
“Jika permintaan itu dari pihak keluarga, maka mereka sendiri yang harus mendatangkan dokter forensik. Hal yang sama berlaku bagi Kepolisian, mereka yang mendatangkan,” tutup Rila.
Seperti diketahui, Jafar Hengua (55) ditemukan tewas bersimbah darah pada bagian kepala di Sungai Bondula. Menurut Jefri Hengua (23) anak korban, Jafar sempat terlibat adu mulut di lokasi arena sabung ayam di Dusun III, Desa Ombulo, Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Jumat malam (1/7).
“(Kami di lokasi sabung ayam), lalu dia terlibat adu mulut dengan orang, saya tidak tahu apa penyebab mereka saling adu mulut, tapi satu ayam sudah mati,” katanya.
Ditambahkannya, kejadian itu terjadi sekitar pukul 17.30 Wita, jelang salat magrib dan usai terlibat adu mulut, korban lalu dikejar oleh sejumlah orang, kemudian korban lantas mengajak Jefri untuk lari.
“Kami lari, ada sekitar 2 sampai 3 orang yang mengejar korban, menggunakan pisau dan saya tidak mengenal mereka. Ayah saya lari ke kanan menuju arah sungai, dan saya lari ke arah kiri,” terang Jefri.
Setelah peristiwa kejar-kejaran tersebut, Jefri menganggap ayahnya selamat. Dia lalu kembali ke tempat sabung ayam untuk mengambil motor. Di tempat itu Jefri menerima informasi, Jafar sudah ditemukan tak bernyawa di Sungai Bondula.
“Saya pikir ayah saya selamat, pas waktu adzan magrib saya kembali ke tempat (Sabung ayam) mengambil motor. Di situ saya menerima informasi orang tua saya sudah meninggal, ditemukan tak bernyawa di sungai,” tutur Jefri.
Sementara itu, Melki salah seorang saksi mengaku, sempat mendengar korban terlibat adu mulut dengan seseorang di lokasi sabung ayam.
“Saya sementara makan dilokasi arena sabung ayam. Saya sempat mendengar ada yang terlibat adu mulut, tapi saya tetap makan. Lalu informasi warga korban loncat ke sungai,” kata Melki.
Ditambahkannya, setelah itu dirinya bersama warga menyusuri sungai.
“Pak Kahar yang lebih dulu menemukan, lalu saya. Saya lihat korban terapung di sungai, dan korban ditemukan sudah tak bernyawa, kedalaman air sungai sampai leher orang dewasa, lebar sungai kurang lebih 5 meter. Kami beranggapan korban masih hidup, namun setelah kami perhatikan ada luka dibagian kepala,” tutupnya. (Wie)










Discussion about this post