Gorontalopost.id – Mundurnya Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bone Bolango Yusar Laya menyisakan banyak masalah yang cukup kompleks. Bahkan, Perumda Tirta Bone Bone Bolango ini terancam bangkrut. Hal ini tentu menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang harus dituntaskan oleh Pelaksana Tugas (plt) Dirut PDAM Bone Bolango Jusni Bolilio selama masa transisi.
Saat diwawancarai Gorontalo Post secara ekslusif, Plt. Dirut PDAM Bone Bolango Jusni Bolilio mengungka
pkan, sebagai Plt dirinya memiliki tugas yang sangat berat yakni selain memfsilitasi dan mempercepat rekrutmen atau pemilihan direktur utama, juga dimasa transisi ini akan berupaya maksimal dalam menyehatkan kembali keuangan PDAM. Pasalnya diakui Jusni,
saat ini kondisi keuangan PDAM Bone Bolango sungguh memprihatinkan. Dimana, hutang miliaran rupiah yang membelit PDAM ini ternyata dipengaruhi oleh penerimaan dan pengeluaran PDAM tidak seimbang. “Siapapun dia, ahli darimanapun yang memanej satu perusahaan, kalau penerimaan dan pengeluaran tidak seimbang pasti akan koleps. Nah ini yang dirasakan oleh PDAM saat ini,”ungkap Jusni Bolilio.
Lebih lanjut mantan Kepala Badan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BKPD) itu mengatakan, yang menjadi salah penyebab utama kerugian yang dialami pihak PDAM adalah harga air terlalu murah sekali, yakni Rp 3 Ribu perkubik, setra dengan harga air mineral 600 ml. Sementara biaya operasional yang dikeluarkan untuk mengelola Instalasi Pengelolaan Air (IPA) tidak sedikit.
“Air bersih ini adalah kebutuhan dasar masyarakat, sehingga pemerintah wajib untuk menghadirkan air bersih ke masyarakat, nah jika masyarakat miskin dinaikkan harganya tentu kasian mereka tidak bisa menjangkau, sehingga saya sarankan ke DPR, harus disubsidi, naikan harga air Rp 7 Ribu, dan Rp 4 Ribu disubsidi oleh APBD, artinya rakyat bisa menggunakan air bersih dan PDAM juga bisa hidup,”jelas Jusni.
Selajutnya dari hasil audit kinerja oleh pihak BPKP yang rekomendasinya mengurangi karyawan PDAM, Jusni kurang setuju dengan itu. Alasannya, hal ini justru lebih menyusahkan para karyawan tersebut terlebih bagi yang sudah berkeluarga. Olehnya langkah-langkah yang akan lakukan kedepan yakni tidak merumahkan para karyawan tetapi mengurangi gajinya sedikit yakni sekitar 30 persen.
Hal ini guna mengurangi biaya perusahaan untuk membayar gaji pegawai. Jusni mengakui gaji pegawai PDAM diatas rata-rata dibandingkan dengan tenaga kontrak yang hanya Rp 1 jutaan, namun karyawan PDAM hingga mencapai Rp 7 jutaan.
“Kalau saya lihat Pengawas internal yang mengawasi keuangan PDAM gajinya Rp 7 Juta, setara dengan gaji saya yang sudah 37 tahun masa dinas sebagao ASN. Jadi itu yang akan kami lakukan untuk menyehatkan kembali keuangan PDAM, sebab jika tidak, jutru lebih besar pasak daripada tiang,”ungkap Jusni.
Disisi lain jelas Asisten II Setda Bone Bolango ini, PDAM harus memperbaiki jaringan yang rusak akibat banjir beberpa waktu lalu. Kedepan pihaknya akan perbaiki pipa sepanjang 6 kilometer ke atas Longalo yang sudah putus, kemudian bangunan air yang sudah tertutup lumpur. Semua itu diakui Jusni tentu berkonsekwensi terhadap biaya operasional.
Disisi lain PDAM harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Kalauipun menaikkan harga air, tentu kata Jusni harus diimbangi dengan kualitas air yang baik.
“Bagaimana kualitas air bagus, untuk menggaji pegawai saja tidak cukup yang hampir Rp 300 Juta, sementara penerimaan sudah paling top Rp 400 Juta, nah jika pendapatan hanya Rp 350 Juta tentu selisih profitnya hanya Rp 50 Juta, sedangkan sisa selisuh tersebut digunakan untuk membayar biaya operasional yang lain-lain,”jelas Jusni.
Ketika disinggung soal upaya PDAM disaat masih dipimpin Yusar, sempat gadaikan mobil operasional Dirut PDAM dan SK Pegawai untuk talangi hutang-hutang PDAM, Jusni tidak menampik hal itu. “Ya, terkait hutang ke pihak ketiga ada sejumlah kontraktor sudah ambil barangnya seperti material untuk pengadaan pipa, asesoris dan lain-lain. (roy)
Comment