Gorontalopost.id – Peningkatan kasus Covid-19 di Gorontalo terjadi gila-gilaan dalam sepekan terakhir. Peta penyebaran covid yang awalnya hijau kini berubah kuning. Kota Gorontalo bahkan nyaris zona merah, lantaran memiliki jumlah kasus Covid-19 yang terbanyak. Peningkatan kasus Covid-19 ini terjadi jelang ramadan, atau tepatnya kurang dari dua bulan ibadah puasa. Gelombang ketiga Covid-19 kini sedang dihadapi.
Data satuan tugas Covid-19 Gorontalo yang diterima Gorontalo Post, Kamis (10/2) malam, menyebutkan, terdapat 73 kasus aktif di Gorontalo. Rincinya, Kota Gorontalo zona orange dengan 31 kasus aktif, kabupaten Gorontalo 23 kasus aktif, Bone Bolango delapan kasus, Pohuwato enam kasus, Boalemo tiga kasus dan Gorut dua kasus.
Dari jumlah itu, 29 orang melakukan isolasi mandiri, 39 isolasi terpusat, dan lima orang dirawat di rumah sakit.
Baru-baru ini, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo juga mengumumkan satu kasus probable Covid-19 varian omicron, yang terdeteksi saat dilakukan swab antigen ketika tiba di Bandara Jalaludin Gorontalo. Dari data yang diterima Gorontalo Post, penambahan kasus positif harian terus terjadi, sementara tidak ada pesien sembuh.
Misalanya pada Selasa (8/2) terdapat tambahan 19 kasus, pada Rabu (9/2) 10 orang positif Covid, dan pada Kamis (10/2) tercatat 16 orang positif Covid-19. Juru bicara Satgas Covid-19 Provinsi Gorontalo, dr.Triyanto Bialangi dalam pemaparanya terkait kesiapan Gorontalo hadapi varian omicron, baru-baru ini mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 tidak ada kaitanya dengan waktu apapun termasuk Ramadan atau ibadah puasa.
Kasus Covid-19 kata dia, hanya bisa dicegah dengan disiplin protokol kesehatan minimal 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, serta melakukan 3T yakni testing, traching, treatmen.
“Dan dilengkapi dengan vaksinasi. Itu satu kesatuan. Kalau ini kita lakukan, mudah-mudahan (peningkatan) kasus ini tidak sampai ramadan,”ujar dr.Triyanto. Hal yang sama disampaikan Kadis Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr.Yana Suleman, menurutnya, penanganan Covid-19 butuh kesadaran bersama, sehingga peningkatan kasus yang kini memasuki gelombang ketiga ini tidak sampai menganggu ibadah ramadan hingga lebaran nanti.
Ia kemudian meminta agar semua mengedukasi, tentang varian omicron yang sifat penyebaranya sangat cepat. Ia berharap masyarakat tidak menolak ketika dilakukan traching dengan tes antingen atau PCR.
“Karena ketika menolak kita tidak tahu ternyata ada (Covid) dan disitu menyebar. Kalau tidak menolak akan ketahuan, dimana omicronya, covidnya, dan itu segera akan diisolasi,”ujar dr.Yana. Ia khawatir, ketika traching dilakukan kemudian mendapat penolakan, jumlah kasus Covid akan semakin meningkat.
Jika begitu, maka pemberlakuan pembatasan kegiatan masyatakat (PPKM) kembali diterapkan. “Lalu menolak PPKM, padahal sendiri yang tidak bermasker, tidak mau divaksin, dan menolak ditraching,”katanya.
DIMINTA PATUH PROKES
Di Kabupaten Boalemo, kini sedang berlangsung festival I look Boalemo. Agenda yang digagas Bupati Anas Jusuf ini, mendapat izin pemerintah dengan catatan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, lantaran sedang terjadi lonjakan covid. Dalam rangkaian kegiatanya, seperti beberapa lomba justru mengundang kerumunan.
Prokes jaga jarak diabaikan, beberapa pengunjung bahkan tidak bermasker. Seperti pada kegiatan senam toliditi yang digelar di alun-alun Tilamuta, pengunjung berjubel tidak jaga jarak, kendati begitu penyelenggara tetap berusaha meminta agar tetap mematuhi protokol kesehatan.
Pada acara welcome diner i look boalemo, yang berlangsung, Kamis (2/10) tadi malam, Bupati Anas Jusuf melaporkan ada beberapa daerah dari luar Provinsi Gorontalo yang turut ikut dalam kegiatan itu, bahkan dengan membawa rombongan yang berjumlah puluhan hingga ratusan orang.
Hanya saja, pelaksanaan welcome diner, juga tampak mengabaikan protokol kesehatan, seperti sebagian pengunjung dan tamu yang tidak memakai masker, bahkan tidak menjaga jarak. (tro)
Comment