GORONTALO – GP – Sepertinya harus lebih teliti dalam membeli dan mengkonsumsi beras. Di Gorontalo kini dibanjiri beras asal luar daerah, hasil uji beras yang dilakukan Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, sangat mengejutkan, rata-rata beras asal luar daerah yang dijadikan sampling, mengandung logam berat berupa Kadmium (Cd) dan Arsenik (As), termasuk carbendazim.
Kandungan logam berat Cd dan As bahkan melebih ambang batas untuk bahan pangan yang menjadi ketetapan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dalam peraturan kepala BPOM RI nomor 23 tahun 2017, tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan olahan, menyebutkan, untuk kategori pangan serealia (termasuk beras) kandungan As maksimum 0,10, dan kandungan Cd maksimum 0.05.
Dari hasil uji sampling yang dikirimkan Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo ke laboratorium Saraswanti Indo Cenetech di Bogor, Jawa Barat, kandungan As pada beras untuk sample beras dari luar daerah, dari beberapa pedagang beras di Gorontalo, menyebutkan, kandungan As 0,11, dan kandungan Cd juga mencapai 0,11. “Artinya melebihi ambang batas. Terus terang, kami juga kaget, tapi ini fakta, ada hasil laboratorium. Bahwa, beberapa sample beras asal luar daerah yang kita kirimkan ke laboratorium menunjukan kandungan Arsenik dan Kadium itu melebihi ambang batas,”ujar Kadis Pertanian, Mulyadi D Mario, Selasa (30/3).
Kepada Gorontalo Post, Mulyadi D Mario menjelaskan, pengambilan sample beras dilakukan sejak awal Maret 2021 pada beberapa outlet pedagang beras di Gorontalo. Menurutnya, dilakukan uji laboratorium tidak saja beras asal luar daerah, namun juga beras lokal di Gorontalo. “Ada beberapa pedagang beras yang memasok beras dari luar daerah, kita ambil sampelnya, dan kita kirim ke laboratorium, hasilnya ya itu, kandungan logam berat melebihi ambang batas,”ujarnya.
Dengan adanya hasil laboratorium tersebut, ia berharap masyarakat lebih selektif lagi memilih beras yang akan dikonsumsi. Memang kata dia, di pasaran terjadi persaingan antara beras lokal dan beras ‘impor’ dari daerah lain. Pihaknya sendiri tidak melarang terjadi distribusi beras antar daerah, sebab beras diperjual belikan secara bebas.
Namun ia mengatakan, beras lokal memiliki kualitas yang tak kalah baik. “Buktinya, hasil laboratorium kandungan gizinya justeru lebih baik beras lokal,”jelas Mulyadi. Ia tidak merinci apa yang menjadi penyebab beras asal luar daerah itu mengalami kandungan As dan Cd secara berlebihan. “Mungkin bisa jadi proses jadi beras-nya itu yang kurang baik,”katanya.
Dikutip dari laman alodokter.com, disebutkan, terpapar arsenik dalam jumlah banyak atau sedikit tapi sering, tidak baik bagi kesehatan. Beberapa efek negatif arsenik bagi tubuh seperti, penyebab kanker, mengganggu sistem endokrin, menyebabkan diabetes, meningkatkan risiko jantung, termasuk mengganggu tumbuh kembang anak. Sementara Kadmium juga menjadi pemicu kanker, ginjal, serta gangguan pankreas dan berdampak pada reproduksi.
Poktan Penggilingan Padi Dilatih
Sementara itu, Dinas Pertanian terus melakukan perbaikan kualitas beras di Gorontalo. Para kelompok tani (poktan) pelaku usaha penggilingan padi di daerah, dilakukan pelatihan yang berlangsung di Balai Pelatihan Teknis Pertanian, 29-31 Maret 2021.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Muljady Mario, menjelaskan mutu beras yang dihasilkan para petani sangat tergantung pada presentase broken terkait dengan kualitas budidaya dan kualitas gilingan. Pembayaran jasa gilingan padi berkisan antara 10-12 persen.
“Pemilik gilingan jangan membeli beras tapi membeli gabah, karena apabila beli gabah maka tanggung jawab terhadap mutu beras pasti ada,” kata Muljady Mario. Selain itu Bulog juga memiliki kewajiban mengintervensi harga gabah jika terjadi kemerosotan harga. Bulog kata dia, akan membeli beras petani apabila harganya anjlok. “Pelatihan ini penting karena bertujuan untuk mengubah perilaku Poktan/gapoktan penggilingan padi agar dapat menghasilkan beras berkualitas/premium sesuai kebutuhan masyarakat,” tutur Muljady Mario.
Ia juga menambahkan agar peserta para poktan pengelola gilingan pada itu, tidak memproduksi beras berdasarkan kebutuhan atau permintaan petan karena adanya hasil ikutan atau dedak. Para petani harus mampu meningkatkan mutu beras yang dapat memiliki daya saing yang dapat meningkatkan pendapatan. Pelatihan ini kata Mulyadi, juga merupakan bentuk perhatian Gubernur Rusli Habibie terhadap petani di Gorontalo. “Kita latih agar mereka tidak saja mengejar banyaknya jumlah beras hasil gilingan tapi perhatikan kualitasnya,”tandas Mulyadi. (tro)
Comment