Tembus Rp 100 Ribu per Kg, Harga Rica pe Pidis

GORONTALO-GP – Harga rica/cabe di Gorontalo semakin tak terkendali. Dalam beberapa pekan, harga rica terus mengalami kenaikan. Pantauan Gorontalo Post di Pasar Sentral Kota Gorontalo, harga rica kini dibanderol Rp100 ribu per kg. Sebelumnya, harga rica beberapa kali mengalami kenaikan. Mulai dari Rp60 ribu per kg, naik menjadi Rp80 ribu dan terakhir Rp100 ribu per kg.

Bambang yang sudah menjadi pedagang tetap di pasar sentral semenjak tahun 1997 mengaku bahwa harga rica kini naik 10 persen dibandingkan dengan beberapa pekan lalu. Sejak pertengahan bulan Januari 2021 harga cabai tidak menetap, dari sebelumnya dipatok Rp60 ribu per kg hingga Februari mencapai Rp80 ribu per kg, dan tercatat awal Maret menjadi Rp100 ribu per kg. “Terakhir bulan Desember, harga rica bertahan antara 40-60 per kilo. Namun karena stok yang mulai terbatas, akhir bulan Desember hingga saat ini harganya harus naik,” ungkap Bambang.

Selain stok yang terbatas, rica juga harus dikirim ke luar daerah Gorontalo, seperti Manado dan beberapa daerah di Kalimantan.Kondisi harga rica yang kian meroket tersebut diakibatkan oleh musim kemarau yang mulai melanda beberapa wilayah.

Baik rica lokal maupun yang berasal dari luar daerah sama-sama memiliki harga yang cukup mahal. “Untuk harga cabai yang berasal dari Gorontalo naik menjadi Rp100 ribu per kg. Sedangkan dari luar itu dibanderol dengan harga Rp80 ribu per kg. Dan sudah tentu kedua jenis cabai ini berbeda kualitasnya, cabai lokal sendiri kurang kadar airnya dan tahan lama,” tuturnya.

Sementara di pasar rakyat Moodu juga tidak jauh berbeda. Salah seorang pedagang tetap di pasar tersebut mengaku harga cabai memang sudah sering naik sejak awal tahun 2021. “Kalau kami menjualnya dengan harga Rp85-90 ribu per kg. Karena cabai yang kami dapatkan berasal dari daerah lokal yaitu kabupaten Pohuwato. Sebelumnya, penjualan itu hanya Rp60-70 ribu per kg. Saat ini memang lagi marak harga cabai yang melambung tinggi,” ungkap salah seorang pedagang yang enggan dikorankan namanya.

Harganya yang terus meningkat, membuat pedagang agak resah. “Ditambah lagi masih suasana pandemi, pasar juga masih belum terlalu normal seperti biasa. Tapi, sebagai pedagang kami juga ingin merasakan sedikit keuntungan,” ungkapnya.
Hingga saat ini, stok cabai mulai tersedia. Omzet pun cukup menutupi kekurangan, dari hasil penjualan didapatkan Rp1,5 juta per hari.

Sementara para konsumen atau pembeli juga berpendapat terkait harga cabai yang mulai merombak. Beberapa dari pembeli mengeluh dikarenakan tarif cabai dipasaran, mengakibatkan sebagian besar pemburu cabai hanya membeli secara eceran. “Jujur, saya juga agak terkejut dengan harga cabai. Bisa saja, kalau kemarau berkepanjangan tentu harganya juga akan terus naik. Tidak ada yang bisa memungkiri, bagaimana pedagang dalam menaruh harga,” ungkap Lisa sebagai pembeli di pasar sentral.(dan/tr-71)

Comment