Oleh :
Fory Armin Naway
Dosen FIP UNG dan Ketua TP-PKK Kab. Gorontalo
Di era Pandemik Covid-19 saat ini dan entah kapan akan berakhir, membutuhkan siasat, ikhtiar dan upaya-upaya komprehensif untuk bertahan hidup. Siasat merupakan sikap adaptatif yang bersifat naluriah yang melekat pada manusia agar tetap eksis dalam situasi dan kondisi apapun. Pandemik Covid-19 yang lebih populer dengan nama Virus Corona dan sudah setahun lamanya melanda dunia, termasuk Indonesia, bukan saja meresahkan serta membatasi ruang gerak manusia, tapi juga membawa hikmah tersendiri.
Hikmah terbesar adalah munculnya kesadaran kolektif, bahwa ternyata dalam hidup dan kehidupan ini, segala bentuk kesombongan, keangkuhan dan keterlenaan dalam kemegahan serta kesenangan individual yang sudah mulai melanda dan merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan manusia modern, tidaklah sejalan dengan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan sekaligus sebagai makhluk sosial.
Covid-19 seakan mengajarkan bahwa sombong dan angkuh bukanlah “pakaian” manusia. Buktinya, hanya dengan virus yang super kecil bahkan tak terlihat oleh mata telanjang saja, manusia kelabakan, dilanda keresahan dan merasa terancam tak berdaya. Virus Corona juga seakan mengajarkan, bahwa sikap individualisme yang bersikap acuh tak acuh, bersikap masa bodoh serta tidak peduli dengan kehidupan orang lain, bukanlah pilihan hidup yang tepat. Bukti terhadap hal itu tersaji begitu vulgar di hadapan kita, bahwa ternyata, kita tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang lain. Di era pandemik, keteledoran, kesalahan dan kelalaian satu orang, menjadi ancaman banyak orang.
Paling tidak, hal itu mengajarkan bahwa kebaikan, ketaatan dan kedisiplinan, sesungguhnya bukan untuk kita semata, tetapi juga untuk orang lain. Secercah kebaikan yang kita tanam menjadi noktah yang terus menjalar menjadi sumber kebaikan bagi orang banyak, tidak hanay dalam ruang lingkup keluarga tapi dalam ruang lingkup yang lebih luas.
Benang merah dari semua itu, terletak pada konsep berpikir individu yang tetap berada dalam koridor jati diri ke-manusia-an kita yang senantiasa tetap berpikir positif, ideal dan normatif. Tidak ada jalan lain, di era pandemik saat ini, berpikir positif dan bertindak kreatif adalah cara bertahan hidup. Berpikir postif dapat merangsang daya nalar setiap kita untuk selalu optimis, memiliki harapan, cita-cita dan obsesi. Dengan berpikir positif, iman dan imun kita akan berperan lebih aktif, menuntun jalan hidup dan keridhaan. Dengan berpikir positif hubungan antar sesama kita, juga akan menjadi selaras dan harmoni.
Dengan berpikir positif pula, maka insting untuk bertahan hidup akan terus tumbuh dan berkembang. Intuisi bertahan tersebut, secara naluriah akan menjadi adrenalin yang dapat melahirkan daya kreativitas dan inovasi dengan output karya-karyanya yang berharga. Apalagi, salah satu dampak negatif dari Pandemi Covid-19, adalah merosotnya perekonomian negara, karena pembatasan sosial yang menyebabkan pengangguran meningkat, daya beli masyarakat yang menurun dan mandegnya beberapa sektor produksi barang dan jasa. Oleh karena itu, di era pandemi, kreatifitas individu-individu masyarakat sangat penting dalam memberikan penguatan terhadap upaya pembenahan perekonomian negara secara keseluruhan.
Membaiknya perekonomian negara, tidak hanya ditentukan oleh kebijakan-kebijakan pemerintahan yang harus tepat dan terarah, tapi justru sebenarnya, perbaikan perekonomian negara bahkan kemajuan bangsa ini, terletak pada kemampuan individu-individu warga negara dalam mereaktualisasi dan merekonstruksi konsep berpikir dalam konteks memperbaiki kehidupannya, keluarganya dan orang-orang di sekitarnya. Jika rekontruksi berpikir itu terbangun secara kolektif, maka secara kelembagaan, negara akan keluar dari krisis.
Bagaimanapun, negara adalah terdiri dari individu-individu warga negara yang terbentuk melalui keluarga, RT-RW, dusun, Desa, Kelurahan, kecamatan, kabupaten, kota dan provinsi hingga menjadi sebuah negara besar. Oleh karena itu, individu-individu memiliki peran yang besar dalam menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Salah satu instrumen penting yang menjadi landasan utama setiap indvidu dalam berkontribusi bagi kemajuan bangsa ini adalah membentuk watak dan kepribadian yang berawal dari sebuah konstruksi berpikir secara positif.
Berpikir positif merupakan kemampuan untuk menilai pengalaman-pengalaman hidupnya sebagai bahan berharga yang selanjutnya menganggap semua itu sebagai proses hidup yang harus diterima. Orang yang berpikir positif, tidak pernah berkeluh kesah, sabar, tabah dan ikhlas menerima apapun yang terjadi seraya terus berpikir, berusaha, berupaya dan berikhtiar agar keluar dari berbagai persoalan.
Berpikir positif merupakan mindset yang berangkat dari hal-hal baik yang mampu menyulut semangat dan tekad untuk melakukan perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. itulah sebabnya orang yang berpikir positif cenderung lebih kreatif, inovatif. Hal itu sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa individu yang berpikir positif, sudah pasti akan mendapatkan hasil yang positif. Sebaliknya individu yang selalu berpikir negatif akan mendapatkan hasil yang negatif pula.
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, bukan tidak ada sama sekali peluang dan kesempatan untuk bangkit. Dengan kata lain, peluang dan kesempatan itu selalu ada dan terbuka bagi mereka yang kreatif. Berpikir positif atau pikiran positif merupakan “potensi dasar” yang mendorong setiap individu untuk berbuat dan bekerja dengan menginvestasikan seluruh kemampuan kemanusiannya.
Menurut El-Bahdal (2010), pikiran positif adalah ketika merasa gelisah, tetapi merasa senang yang lebih besar. memandang hal-hal yang mencerahkan dan tidak memenuhi akal dengan pikiran-pikiran negatif. Pikiran positif dengan demikian, tidak hanya berpotensi membangun dan memperkuat kepribadian dan karakter, tapi juga secara aplikatif dapat membangkitkan semangat untuk berkreasi dan bekerja apa saja yang bisa digarap serta diolah yang dapat menghasilkan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan orang lain.
Kesimpulannya, pikiran positif akan melahirkan rasa percaya diri, memiliki daya inisiasi yang kuat, memunculkan ketekunan, ulet dan kreatif serta kemampuan menghasilkan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan orang lain. Di tengah pandemi Covid-19, faktor-faktor itu sangat penting sehingga patut didorong dan dikembangkan dengan starting pointnya berangkat dari pribadi-pribadi dan individu-individu warga negara. Semoga. **
Comment