Menjelang Musyawarah Besar VIII LAMAHU : MENARUH ASA, MENAKAR ARAH SINERGI PASCA-SUKSESI

Heluma Huyula Lohulonthalo, atau LAMAHU, adalah organisasi paguyuban masyarakat perantauan Gorontalo di Jabodetabek. Paguyuban yang berperan besar menjadi wadah mempererat silaturahmi antarwarga Gorontalo di rantau ini dipimpin oleh H. Abdul Harris Bobihoe, yang terpilih lewat Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) 2015 lalu.

Tahun 2020 ini pun, menjadi momen suksesi. Meski dibayangi pandemi COVID-19, LAMAHU akan melaksanakan Musyawarah Besar VIII di Jakarta, yang akan dibidani oleh Haris Rahim sebagai Ketua Steering Commitee (SC) dan Zack Mozin sebagai Ketua Organizing Commitee (OC), sesuai amanah rapat pengurus LAMAHU, akhir Februari 2020 lalu.

Sebagai sebuah paguyuban, organisasi ini bergerak atas dasar sukarela, kesamaan aspirasi yang dilandasi oleh ukhuwwah Islamiyah. Selama ini, LAMAHU punya visi, berpartisipasi dalam pembangunan demi mencapai cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berasas Pancasila. Keberadaannya pun kian memperkuat tali silaturahmi warga Gorontalo di rantau, serta memupuk rasa kekeluargaan sesama warga sekampung halaman, lewat sejumlah kegiatan. Susah-senang, dijalani bersama. Diantaranya, pengajian rutin, silaturahmi anggota lintas daerah, menyediakan fasilitas  prosesi adat untuk acara kedukaan, hingga tanggap menggalang bantuan untuk warga yang tertimpa musibah, seperti banjir di Gorontalo beberapa waktu yang lalu.  Haris Rahim, sang Sekjen yang kini didapuk jadi Ketua SC Mubes ke-VIII LAMAHU, bahkan menyebut, LAMAHU juga punya mimpi ikut berperan memfasilitasi peningkatan sumberdaya manusia, lewat Akademi LAMAHU.

Selain itu, LAMAHU era Harris Bobihoe juga telah menggagas  sebuah program kolaborasi kebudayaan dengan entitas seni budaya Betawi yang bertajuk Festival Seni Budaya Gorontalo-Betawi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bahkan berharap, program ini dapat berlanjut sebagai pola sinergi kebudayaan nasional.

Program lain, yang juga penting agar perantau asal Gorontalo tak lupa kampung halaman, adalah  pembinaan Bahasa Gorontalo Baku kepada generasi muda Gorontalo di Jakarta, serta  penelitian dan pengembangan naskah serta film dokumenter tentang Hari Patriotik 23 Januari 1942 dan Pahlawan Nasional asal Gorontalo, Nani Wartabone.

Pandemi COVID-19 pun, tak menghalangi LAMAHU untuk bisa tetap produktif dan berfungsi sebagai wadah silaturahmi anggotanya. Pertemuan bulanan pun diubah jadi lebih mencegah penularan wabah, lewat seminar virtual, dan diskusi online dalam acara LAMAHU MOHIMELU.

Singkatnya, embrio semangat LAMAHU terletak pada partisipasi dan sinergi anggotanya,  masyarakat Gorontalo perantauan yang mengabdi dengan sukarela, secara swadaya. Sinergi LAMAHU ini, tak lepas dari kebersamaan masyarakat Gorontalo perantauan untuk ikut aktif di berbagai bidang, baik sosial dan keagamaan, membangun kampung halaman, yang selama ini tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah Gorontalo.  Oleh karena itu, kemitraan antara organisasi LAMAHU dengan Pemprov Gorontalo diharapkan bisa ikut menopang pembangunan di semua lini, mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan kondusif, untuk mencapai sasaran program yang telah diagendakan.

Lewat sinergi berskema kemitraan dengan Pemerintah Gorontalo, LAMAHU pun seharusnya bisa lebih leluasa, independen membuat program sendiri, tanpa konflik kepentingan atau menjadi komoditas politik, dan fokus berkontribusi bagi kesejahteraan warga di Gorontalo, serta berorientasi kepentingan publik. Untuk mewujudkan kemitraan ini, Pemerintah Gorontalo perlu terbuka menerima masukan LAMAHU, agar sinergi LAMAHU-Pemerintah Gorontalo bisa saling berdampingan, demi kesejahteraan masyarakat Gorontalo.

Di sisi lain, kondisi ekonomi sebagian masyarakat Gorontalo di perantauan akhir-akhir ini juga ikut terimbas oleh pandemi. Namun, alhamdulillah, bagi sebagian masyarakat Gorontalo, pandemi justru menjadi momen pendorong adaptasi teknologi informasi. Mereka mulai memanfaatkan media online sebagai sarana memasarkan produk makanan khas Gorontalo. Pandemi pun, bisa diubah jadi peluang baru.

Jika jeli melihat kondisi ini, calon-calon pengurus LAMAHU di ambang suksesi, sudah seharusnya berinovasi. Mencari cara memecahkan masalah serupa yang menimpa internal anggotanya, serta hadir membantu mereka yang butuh beradaptasi, menyelesaikan problematika ekonomi di tengah pandemi. Tak hanya dari aspek ekonomi, LAMAHU juga seharusnya dapat berkontribusi, membantu masyarakat yang terbelit persoalan hukum, namun tetap independen dan tidak dikendalikan siapapun.

Ibarat mekanisme pembuatan undang-undang di Parlemen agar jelas dan terukur target serta prioritasnya, LAMAHU juga harus memiliki “program legislasi nasional”nya sendiri. Progam kerja disusun dengan skala prioritas, untuk mempermudah pemantauan, memeriksa target pencapaian, demi memastikan semuanya berjalan dan mencapai sasaran. Yang paling penting adalah transparansi dalam penggunaan biaya, dan penyusunan anggaran program, agar organisasi paguyuban sebesar LAMAHU, bisa terhindar dari penyalahgunaan dana.

Selain menjadi wadah silaturahmi antarwarga Gorontalo di perantauan, LAMAHU juga diharapkan bisa jadi mediator, antara masyarakat dengan Pemerintah Gorontalo untuk bersinergi dalam pembangunan, yang menjunjung tinggi kearifan lokal. Setiap anggota bisa berkontribusi sesuai bakat, minat, dan kompetensinya, untuk give back, membangun Gorontalo.

Sebagai organisasi yang besar, LAMAHU memang menjadi “pasar potensial” bagi kontestasi politik. Namun, organisasi sebesar LAMAHU, sudah seharusnya tidak dipakai sekedar menjadi kendaraan atau alat politik praktis, mencari dukungan.

Pasca-suksesi, LAMAHU juga diharap bisa menjadi think tank, yang bisa melakukan riset dan analisis untuk memperkuat atau bahkan mengkritisi kebijakan pemerintah daerah. Hasil riset ini bisa digunakan pula sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan atau kebijakan.

Mengoptimalkan potensi dan kapabilitas para anggotanya, LAMAHU juga dapat berperan menyalurkan informasi ilmiah bersifat teknis dari para peneliti akademis kepada pemerintah daerah Gorontalo, sebagai pertimbangan dalam membuat kebijakan, menyusun peraturan, merespons masalah.

Misalnya, masalah  lingkungan yang akhir-akhir ini yang menimpa Kabupaten dan Kota Gorontalo, hingga pendangkalan Danau Limboto, yang bisa berpengaruh pada suplai air tanah dangkal di wilayah sekitarnya. Disinilah LAMAHU bisa berperan, menerima aspirasi serta keluhan masyarakat, meneruskan informasi, dan membantu proses advokasinya terhadap Pemerintah, terutama Pemda Gorontalo.

Instansi atau dinas yang berwenang pun dapat menindaklanjutinya melalui kebijakan atau tindakan. Kerjasama ini menjadi gambaran sinergi kemitraan antara Pemerintah dan LAMAHU. Dalam kontribusinya terhadap masyarakat, dan komunitas, LAMAHU juga bisa melakukan pemberdayaan lewat program edukasi, juga program sosial, seperti penyediaan air bersih dan pengembangan ekonomi masyarakat. Tentunya ini akan berdampak signifikan, di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi.

Dalam aspek keorganisasian, LAMAHU juga harus bisa mengidentifikasi permasalahan intenal, bahkan studi banding bertukar pikiran dengan organisasi lain, yang lebih mapan. Jika pasca-suksesi, LAMAHU bisa mewujudkan harapan-harapan ini, maka sudah saatnya, LAMAHU melebarkan sayap, tak hanya di Jabodetabek, tetapi di semua provinsi, memayungi “diaspora-diaspora” Gorontalo yang penuh potensi. Jika sudah sampai tahap sebesar ini, maka LAMAHU juga punya peran penting menjaga kesatuan bangsa dan negara.

Tantangan lain yang harus dihadapi  LAMAHU kedepan adalah menjaga organisasi tetap bersih, dan selalu peka menjadi bagian dari solusi permasalahan yang ada di masyarakat. Terima kasih Mongodula’a, Selamat melaksanakan Musyawarah Besar ke-VIII.  Semoga LAMAHU selalu sukses, dan berkibar, dipimpin pribadi-pribadi yang amanah, dan semangat berkontribusi. Odu’olo.

Penulis adalah
Ahli Geologi Kelautan/
Ketua Umum Ikatan Orangtua Mahasiswa ITB (IOM-ITB).

Comment