Jokowi Respon KEK Gorontalo,  Eduart Sodorkan Berbasis Pedesaan

GORONTALO -GP- Hasil pertemuan Forum Rektor Indonesia (FRI) bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Senin (19/10), membawa kabar gembira untuk Gorontalo. Yang sudah lama berjuang untuk ditetapkan menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK) oleh pemerintah pusat.

Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi memberikan repons atas usulan Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Eduart Wolok, yang menyampaikan usulan Gorontalo menjadi KEK. Tapi usulan KEK Gorontalo yang disampaikan ke Presiden, agak berbeda dengan daerah-daerah lain. Seperti KEK berbasis pariwisata atau KEK berbasis perikanan. Yang dipaparkan Eduart Wolok adalah KEK berbasis pedesaan.

“Presiden memberikan respon positif terkait pengembangan kawasan ekonomi khusus berbasis pedesaan di Teluk Tomini,” aku Eduart. Menurut Eduart, pihaknya kini sedang menjalin kerjasama dengan Kemendes PDTT dalam pengembangan kawasan ekonomi khusus berbasis perdesaan di Teluk Tomini, harapannya kawasan ini menjadi buffer (penyangga) sosial-ekonomi bagi rencana pemindahan Ibukota Negara di Kalimantan.

Jika Ibukota dipindahkan ke Kalimantan, maka kawasan di sekitar Ibukota mau tidak mau harus ikut dipersiapkan diri sedari sekarang. Eduart tidak menginginkan jika nanti Ibukota pindah namun kawasan terdekat malah hanya menjadi beban baru bagi Ibukota.

“Bapak Presiden dalam arahannya telah menyampaikan untuk mendukung pengembangan kawasan-kawasan yang memiliki potensi ekonomi di Indonesia yang selama ini belum terkelola dengan baik. Sebagai anggota dari Forum Rektor Indonesia, tentunya niat baik Presiden dan upaya FRI sebagai wadah perguruan tinggi di Indonesia yang telah ikut memfasilitasi pertemuan tersebut kami dari Gorontalo mengucapkan terima kasih,” ucap Eduart Wolok.

Lebih jauh, Eduart Wolok menyebutkan, dalam pertemuan itu dirinya secara khusus menyampaikan mengenai pentingnya pengembangan kasawan ekonomi khusus di Indonesia Timur, khususnya pengembangan kawasan perdesaan di Teluk Tomini.

“UNG adalah perguruan tinggi negeri yang berada di tengah-tengah kawasan Teluk Tomini, menjadi kewajiban kami untuk memberikan policy brief kepada Presiden untuk bisa memberikan perhatian kepada daerah ini untuk menjadi Kawasan Ekonomi Khusus yang berbasis perdesaan. Sebab, masih banyak desa-desa di kawasan yang kaya ini masih berada di skala yang tertinggal jika kita melihat Indeks Data Membangun yang dirilis setiap tahun oleh Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,” ujar Eduart.

Salah satu skema yang diterapkan dalam KEK Perdesaan adalah pengembangan kawasan ekonomi perdesaan, dengan pengembangan komoditas desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), nantinya dikawasan ini akan ada superholding BUMDes, sehingga peran BUMDes dan pemberdayaan ekonomi lokal akan lebih kuat.

Upaya ini dilakukan karena ternyata indeks desa membangun di kawasan teluk tomini masih dalam kondisi tertinggal. Indeks desa membangun sendiri ada beberapa tingkatan, seperti tertinggal, berkembang, maju dan mandiri. Tak hanya desa, ada daerah di kawasan teluk tomini yang masih tergolong miskin, padahal teluk tomoni merupakan kawasan kaya sumber daya alam.

Selain itu, sektor interkoneksi seperti jalur transportasi laut di kawasan teluk tomini pun masih sangat terbatas. Misalnya, transportasi laut antar kabupaten/kota, padahal itu sangat menunjang lalu lintas barang dan orang. Dengan konsep ini, nantinya kawasan teluk tomini akan menjadi penyangga Ibu Kota Negara yang baru di Kalimantan Timur.

Sebagai tetangga, peran daerah-daerah di kawasan teluk tomoni sangat penting untuk menyuplai kebutuhan di Ibu Kota. “Kebutuhan pangan, barang dan jasa itu akan sangat tinggi, dan daerah-daerah di kawasan Teluk Tomini tentunya harus memanfaatkan ini,”tambahnya.

Selain Rektor UNG, ada lima Rektor dari perguruan tinggi lain di Indonesia yang ikut dalam pertemuan dengan Jokowi tersebut. Yaitu Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Arif Satria sebagai Ketua Umum Forum Rektor Indonesia (FRI). Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Ir. Panut Mulyono, Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP) Prof. Yos Johan Utama, Rektor Universitas Tanjung Pura Prof. Dr. Garuda Wiko, Rektor Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) Dr. H.M Nasrullah Yusuf.

Pada pertemuan dengan Presiden tersebut, Eduart juga menyampaikan salah satu agenda yang digagasnya yaitu kampus kerakyatan. (tro/wan)

Comment