Gorontalopost.co.id, GORONTALO – Dugaan penolakan pasien BPJS oleh Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Multazam pada Jumat, 21 November 2025 dibantah pihak manajemen. Rumah sakit menegaskan persoalan yang terjadi bukan karena penolakan pelayanan, melainkan ketidaktersediaan ruang rawat inap saat pasien dan keluarga meminta dilakukan perawatan.
Direktur RS Multazam, dr. H. Renny Ibrahim menjelaskan, pasien berinisial HN (64) datang ke IGD sekitar pukul 11.00 Wita dengan keluhan buang air besar cair berulang. Setelah dilakukan pemeriksaan, kondisi medis pasien dinyatakan stabil dengan tekanan darah 120/80, nadi 87, respirasi 22, suhu tubuh 36°C, saturasi oksigen 99 persen, serta dalam keadaan sadar dan masih mampu berjalan tanpa bantuan kursi roda.
“Setelah pemeriksaan, keluarga meminta agar pasien dirawat. Namun seluruh ruangan saat itu penuh sehingga keluarga menyatakan akan mencari rumah sakit terdekat lain. Saat itu pasien masih stabil, sehingga dokter memberikan obat untuk dibawa pulang,” jelas dr. Renny dalam konferensi pers, Selasa (25/11/2025).
Lanjut, setelah diketahui ternyata pasien tidak mencari RS terdekat melainkan hanya kembali kerumahnya. Dan keluarga kembali datang ke RS Multazam pada sore hari setelah salat Jumat untuk menanyakan ketersediaan ruang rawat.
Rumah sakit sempat memproyeksikan satu kamar yang kemungkinan kosong, namun ruangan tersebut masih menunggu keputusan pemulangan pasien sebelumnya oleh dokter penanggung jawab. Ruangan mulai disiapkan, tetapi keluarga tidak kembali membawa pasien ke IGD.
Keesokan harinya, Sabtu 22 November, pasien kembali ke IGD dan tercatat mengalami sedikit penurunan tekanan darah. Dokter jaga kemudian langsung mengambil keputusan untuk merawat pasien secara inap hingga 25 November 2025, dan kondisi pasien dinyatakan berangsur membaik.
Selain itu, isu ruang kelas III yang terlihat kosong juga ikut diklarifikasi pihak rumah sakit. Meski tersedia enam tempat tidur, empat di antaranya tidak dapat digunakan karena plafon masih dalam perbaikan dan berpotensi bocor saat hujan. Kondisi tersebut dinilai dapat membahayakan pasien.
“Secara prinsip keselamatan, kamar yang berpotensi menimbulkan risiko tidak boleh ditempati. Karena itu pasien kami tempatkan di kelas II demi keamanan,” tegas dr. Renny.
Ia menambahkan, RS Multazam saat ini sedang menambah bangunan baru untuk meningkatkan kapasitas ruang rawat guna menghindari situasi kamar penuh seperti yang terjadi pada pasien HN. Evaluasi internal juga telah dilakukan untuk memastikan pelayanan tetap berjalan sesuai standar.
“Kami sangat terbuka terhadap kritik dan keluhan masyarakat. Semua masukan menjadi bahan evaluasi untuk peningkatan kualitas pelayanan. Komitmen kami jelas: RS Multazam tetap menjadi pilihan masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan,” tutupnya. (Tr-76)










Discussion about this post