logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Bicara Lain, Perbuatan Lain

Lukman Husain by Lukman Husain
Monday, 6 October 2025
in Persepsi
0
Basri Amin

Basri Amin

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh:
Basri Amin
Parner di Voice-of-HaleHepu

 

PEMERINTAHAN di negeri ini sudah mengantarkan di tingkat mana martabat Indonesia di tengah-tengah perubahan dunia? Hampir semua parameter negara-global cenderung masih menempatkan negeri kita di posisi yang “biasa-biasa” saja. “Reformasi dikorupsi,” demikian investigasi Tempo edisi Januari 2024 lalu.

Tampaknya, politik kita lebih dominan hanya memproses pembentukan “elite yang menjadi pejabat” dengan kekuasaan yang serba sepihak, mengelompok, dan nyaman/hedonis dengan mentalitas status quo.

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Di alam nyata, “fasilitas negara” lebih banyak dimanfaatkan bukan untuk kebajikan dan kepuasan publik melainkan demi kenyamanan elitisme orang-orang berkuasa karena jabatannya. Dari acara yang satu ke acara yang lain. Dari berita hari ini menuju berita-berita ‘tambal-sulam’ citra untuk hari esok dan seterusnya

Di berbagai tingkatan, mentalitas “cari nyaman” dengan posisi itu demikian tampak. Bentuk-bentuk tanggung jawab yang dibangun di atas komitmen dan dedikasi kerja semakin mengecil panampakannya.

Partai-partai kita sewajarnya melahirkan pemimpin-pekerja-pemikir, bukan menjadi pemelihara kelompok pencari rasa aman dan pemain-pemain yang maunya selalu nyaman dengan fasilitas kekuasaan dan seremoni politik serta rutinitas birokrasi yang seluruhnya dibiayai oleh negara.

Nilai dasar “Politik” –dengan “P” besar seharusnya kembali ditegakkan dan diabdikan setulus-tulusnya oleh partai-parti di negeri ini, bersama-sama dengan “Pemerintahan” –dengan “P” besar dalam mewujudkan governance dan tata-kelolanya yang memihak kepada keadilan bagi semua golongan dan generasi.

Di banyak tempat, apa yang dengan mudah kita saksikan sepuluh tahun terakhir ini?

kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompok politik begitu lihai dibungkus dengan pembenaran berulang dan bahasa basa-basi yang rutin. Kepentingan publik ditumpangi dengan sesaknya retorika politik dan kebijakan.

Gaya dan bahasa yang dimunculkan setiap hari makin jauh dari keteladanan, baik dalam arti bertata-negara maupun dalam pergaulan sehari-hari. Antara kata dan perbuatan, kesenjangannya makin menganga. Kita kehilangan pegangan, karena keteladanan nyaris sudah mati.

Kita kehilangan rasa malu dan sikap berani memihak kepada kebenaran karena “siasat” hidup semakin mengedepan. Hidup tak lagi dirasakan sebagai “panggilan”, melainkan ruang bagi prinsip “aji mumpung”. Kejujuran sudah tumpul.

Emosi dan rasio untuk berteriak kepada kebohongan tak lagi beroleh tempat di ruang-ruang rapat pimpinan dan di sidang-sidang resmi, pun di upacara-upacara dan di seremoni-seremoni. Diam-diam kita pongah menutupi apa yang “sebenarnya” terjadi di alam nyata. Aturan dan akal sehat tak berdaya di hadapan akal-bulus, nafsu kuasa, uang, dan perkawanan.

Kegundahan kita sudah lama: tentang hilangnya pegangan dan keteladanan.

Jangan ragu! Amatilah dalam pergaulan sehari-hari kita. Perhatikan sejenak di tempat-tempat kerja kita: kepentingan pribadi dan tindakan jangka pendek makin mengepung! Ketulusan berkorban dan keterpanggilan berbuat untuk hari esok yang lebih baik makin terasa sebagai “pemanis bibir” saja. Sang “Aku” selalu tak puas untuk hadir-selalu di publikasi.

Kita seperti tak punya lagi ukuran-ukuran moral dan kepantasan dalam menyikapi sesuatu. Orang cenderung “mendua” ketika bersikap terhadap kebenaran. Rasa malu dan prinsip tanggung jawab nyaris sudah diparkir jauh di dunia lain.

Setiap orang makin mudah mengedepankan kepentingannya sendiri, betapa pun kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah “demi” orang banyak, demi negara dan demi kepentingan bersama.

Kini kita demikian mudah membungkus keaslian diri dengan bersolek-kata dan muka di publikasi yang artifisial. Tidak jarang bahkan kemewahan dan ketenaran digiring sedemikian rupa oleh banyak “kalangan atas” di wilayah publik. Semuanya demi mengelabui motif-motif aslinya dalam kiprah kerja-kerjanya.

Semua tahu betapa pemberitaan media selalu memiriskan hati ketika percakapan nasional belakangan ini terus meluas tentang “robohnya kemuliaan” di kalangan atas. Demikian banyak terbukti bahwa yang kini bertengger di kekuasaan bukanlah terdiri dari para negarawan yang punya integritas dan moralitas tinggi, dengan kedalaman pemahaman (praktik) bernegara yang mumpuni dan dengan keagungan pribadinya sebagai “pengabdi bangsa”

Kita tak boleh mundur untuk yakin bahwa masih banyak orang baik yang lurus dan orang hebat yang berani di negeri ini. Inilah yang masih kita yakini, saksikan dan rasakan. Orang seperti itu tersebar di banyak tempat. Mereka berperan dengan cara dan dayanya masing-masing.

Mereka masih terus menyuarakan kebenaran dan mengerjakan cita-cita luhur republik ini. Mereka sangat paham dan terus berusaha bahwa “abad kegelapan” tidak boleh menjerat masa depan Indonesia. Mereka tidak pernah kehilangan harapan.

Mereka mengukuhkan sikap-sikap patriotis di berbagai arena kehidupan, mulai dari dunia perdesaan di pelosok, usaha-usaha kecil menengah di perkotaan, perdebatan-perdebatan aktual di parlemen, program-program pemberdayaan di instansi-instansi negara, di kantor-kantor media independen, NGOs, kelompok-kelompok muda-kreatif, di sekolah-sekolah, hingga di universitas, dst.

Negara jangan sampai dikelola sebagai “pelayan” buat keserakahan dan nafsu-nafsu sepihak demi (kepuasan) politik jangka pendek, sementara negeri-negeri lain demikian melaju sangat cepat kemajuannya. Generasi mereka semakin produktif, sementara pelajar-pelajar kita menghabiskan waktunya ‘main game’. Kota-kota (provinsi) mereka makin berdaya ekonomi kreatifnya, sementara kota-kota kita semakin “tua-tua keladi” penampakannya.***

 

Penulis adalah Anggota Indonesia Social Justice Network (ISJN)
E-mail: basriamin@gmail.com

 

Tags: basri aminHarian Persepsipersepsispektrum sosialtulisan basri amintulisan persepsi

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Tim BSG FC pada Gala Karya Nasional 2025.

Ambil Bagian di Gala Karya Nasional 2025, BSG FC Optimis Bawa Pulang Prestasi

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.