logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Sulawesi yang Sebenarnya

Lukman Husain by Lukman Husain
Monday, 26 May 2025
in Persepsi
0
Basri Amin

Basri Amin

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Oleh:
Basri Amin

PULAU Sulawesi adalah pulau terindah langitnya di Nusantara. Demikian juga dengan kekayaan buminya. Tak ada yang bisa menandingi pulau Sulawesi, kecuali Borneo. Udara di Sulawesi segar, tanahnya subur, dan penduduknya lebih maju.

Pulau ini, Sulawesi, adalah “gabungan pemandangan ceria pulau Lucon dan unsur megah pulau Timor, serta alam Sumatera yang perkasa dan keliaran Borneo.”

Lanskap alam Sulawesi menjulang tinggi, bergunung-gunung terutama di bagian utara. Di pulau ini, penduduk pribumi banyak yang berusia lebih seratus tahun karena daya tahan dan kesehatan mereka terpelihara, seperti halnya mereka tinggal di Skotlandia dan Rusia.

Gadis-gadis (di) Sulawesi dibesarkan oleh ibu mereka.

Kesaksian di atas diutarakan tahun 1830 oleh seorang perwira Perancis, anggota pengawal pasukan Raja Charles X. Ia mengalami pengasingan selama 15 tahun di Hindia dan sempat berkeliling Nusantara. Lebih setahun dia menyelami Sulawesi dan daerah-daerah sekitarnya. Kesaksian di atas termasuk catatan orang Barat yang cukup panjang, sekitar 39 halaman (Dorléans, 2016).

Kesaksian romantik seperti ini adalah sangat tipikal Barat ketika menggambarkan eksotisme kawasan tropis di Asia Tenggara. Meski masih sering diabaikan bagaimana peran “ekspedisi ilmiah” dalam menempatkan kontribusi kawasan ini sebagai sebuah pusat yang penting menurut kacamata Barat (Miller, 2012).

Dalam skala regional, ketika melihat perjalanan sejarah manusia Sulawesi dari jarak dekat, termasuk Gorontalo, yang akan kita temukan adalah sebuah dinamisme yang berkecamuk, terutama kalau kita merujuk tiga abad perjalanan sejarahnya sejak abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-20.

Jaringan niaga di Kawasan Timur Indonesia adalah bagian dari simpul-simpul perubahan besar yang menghubungkan Asia Tenggara dan Eropa di satu sisi, sementara kelompok niaga yang lain yang berasal dari China, Arab dan India di sisi lain juga melangsungkan hubungan-hubungan intensif dengan kerajaan-kerajaan utama di Nusantara yang sudah berlangsung sejak abad ke-17, bahkan jaringan niaga itu sudah terjadi berabad-abad sebelumnya di beberapa kota pelabuhan di Nusantara (Hall, 1975; Reid, 1992; Clarence-Smith, 1998; Amal, 2002; Wirawan, 2013).

Tetapi jauh sebelum kedatangan “bangsa luar” tersebut sebenarnya sangat jelas bagaimana kekuatan (maritim) lama secara progresif berhasil menopang dinamisme ekonomi di kawasan ini, terutama di laut Sulawesi dan Maluku.

Mereka adalah para pelaut Bugis, Makassar, Mandar, Melayu, Maluku dan Sulu (Van Leur, 1955; Warren, 1981; Andaya, 1992; Lapian, 1986 [2009]; Juwono & Hutagalung, 2005; Knapp, 2006; Hasanuddin, 2014; Amin, 2014; Hasanuddin, 2016; Karim, 2018).

Gorontalo sebagai kawasan yang sejak pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20 merupakan persilangan sejumlah komoditi penting, baik dari dalam Gorontalo sendiri maupun yang berasal dari pulau-pulau sekitarnya di Teluk Tomini (Ulaen, 2005; Hasanuddin, 2014; Karim, 2018).

Di luar itu, perjumpaan kultur ekonomi baru yang memberi peluang-peluang tertentu bagi konsolidasi ekonomi Gorontalo berjalan seiring dengan mobilitas pedagang pribumi, ketersediaan tenaga kerja lintas pulau dan “mitra usaha” pribumi yang siginifikan, yaitu pedagang Arab, China dan Bugis.

Di sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20 Gorontalo, tekanan-tekanan ekonomi yang monopolistik oleh Belanda sedemikian rupa memaksa kekuatan ekonomi Gorontalo –yang berbasis komoditi dan dukungan kawasan sekitarnya—sehingga hanya mampu bertahan pada komoditi yang terterima di pasar global.

Dalam konteks ini, kopra adalah komoditi utama yang kuat bertahan dan masih sangat signifikan eksis sampai 1950an (Purba, 2017), bahkan sampai saat ini masih terus berusaha merebut ruang-ruang ekonomis idealnya sendiri di Gorontalo dan di pulau-pulau sekitarnya.

Bagi Gorontalo, Kwandang jelas sangat strategis di pantai Utara Gorontalo. Ia terhubung sepanjang jalur pantai yang juga menopang mobilitas komoditi di bagian utara, yaitu dengan Boroko, Kaidipang, Bolaang Itang.

Jika diurut dari Timur ke Barat, pelabuhan-pelabuhan utama di kawasan ini adalah Amurang, Inobonto, Labuan Boroko, Kaidipang, Kwandang, Buol dan Toli-Toli. Sejalur dengan itu, penting dicatat adalah pelabuhan Buol karena di wilayah ini terdapat penggalian emas, bahkan tetap aktif hingga awal abad ke-20 (Lapian, 2009: 47-48).

Pantai adalah titik temu niaga yang dinamis, meski dalam kasus-kasus lain dinamika jaringan dan muara sungai dan pelabuhan pantai dan laut merupakan ruang yang dominan diceritakan dalam sejarah, sebagaimana terjadi pada umumnya di Asia Tenggara (Kathirithamby-Wells & Villiers, 1990).

Di Teluk Tomini, kedudukan perdagangan lintas pulau sangat jelas merupakan karakter utamanya. Terdapat sejumlah pelabuhan yang menjadi basis interaksi ekonomi, baik sebelum kedatangan Barat maupun setelah periode pasca monopoli perdagangan dan pelayaran oleh Belanda dan Inggris, serta Jepang.

Melalui jalur niaga dan pelayaran itu pula kompetisi di antara kekuatan “perahu layar” (Bugis, Mandar, Makassar, Maluku) dan ekspansi “kapal uap” (Eropa) terjadi secara terbuka di akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, sekaligus masih membenarkan kelanjutan dari “perebutan samudera” di Laut Sulawesi sebagaimana disimpulkan oleh Andri Lapian (1984).

Pada periode berikutnya, terutama pada era 1930an, membawa cakrawala baru bagi perlintasan (komoditi) dari Indonesia dan arus impor dari luar negeri dalam percaturan ekonomi dunia, khususnya di Asia Pasifik (Ratulangie, 1984).

Secara khusus, kedudukan pelabuhan Gorontalo sejak abad ke-19 telah diberi perhatian mendalam oleh Hasanuddin (2014) yang berhasil mengidentifikasi sejumlah armada Eropa dan bagaimana persinggungannya dengan kekuatan “perahu layar” yang sama-sama membangun divisi ekonomi yang ekspansif, baik dalam arti kedalam —pembelian hasil-hasil tambang, laut, perkebunan dan kehutanan–, maupun dalam arti keluar —berupa kegiatan suplai kebutuhan-kebutuhan lokal yang harus diimpor dari negara-negara lain, atau dari pulau Jawa–.

Sejak 1850-an, sejumlah konsesi dagang menjadi tema sentral ekonomi kolonial yang menempatkan kawasan ini sebagai pusat monopolinya, terutama melalui jalur-jalur perjanjian resmi dengan penguasa-penguasa lokal (raja), di mana sistem pajak menjadi semakin dominan, demikian pula dengan bentuk-bentuk aliansi regionalnya untuk hampir semua komoditi utama yang disasar oleh Belanda, terutama di masa VOC dan di periode berikutnya di masa “pemerintahan langsung” (Juwono & Hutagalung, 2005; Hasanuddin, 2014).

Dinamisme ekonomi Gorontalo di abad ke-19, sebagaimana hal serupa dialami oleh banyak kawasan lain di Indonesia Timur yang tersambungkan sekian abad sebagai “kawasan rempah”, tidak bisa sepenuhnya dimengerti berdasarkan gambaran tunggal dengan hanya melihat monopoli dan penguasaan semata.

Kekuatan jaringan niaga Arab dan China sangat jelas “bermain” sangat lincah di antara kekuatan-kekuatan tersebut, termasuk di antaranya yang mempunyai reputasi penguasaan jalur niaga untuk komoditas tertentu, seperti damar, rotan, tekstil, beras, kayu-kayuan, minyak, hasil laut, dst.

Dewasa ini, jaringan niaga Sulawesi, khususnya Gorontalo, tampaknya semakin mengalami perlambatan yang serius. ***

Penulis adalah warga Hepuhulawa.
Surel: basriamin@gmail.com

Tags: basri aminHarian Persepsipersepsispektrum sosialtulisan basri amintulisan persepsi

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
LARIS MANIS Jelang hari raya Idul Adha, penjual sapi di Kelurahan Pauwo, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, meraut keuntungan besar, Ahad(25/5). (Foto : Natharahman/Gorontalo Post)

Jelang Idul Adha, Penjualan Sapi Qurban Mulai Ramai

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.