Oleh:
Hatfan Hizriyan Syaidan
Analis Yunior di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo
DI tengah teriknya matahari Kota Gorontalo, warga berbondong-bondong datang ke lapangan yang langsung beratapkan langit. Para warga, yang sebagian besar Ibu-ibu, tetap semangat mengantre; menunggu gilirannya menukarkan kupon untuk membeli paket sembako dengan harga distributor. Melihat peluang dalam antrean tersebut, kami menghampiri Ibu-ibu yang sedang mengantre lalu menjelaskan pembayaran melalui QRIS, manfaatnya, sekaligus menawarkan tantangan untuk scan QRIS experience.
Bu Yusnam, salah satu Ibu pemberani yang menerima tantangan tersebut, gembira menerima apresiasi kecil yang kami berikan atas partisipasinya. Ia juga memberikan terstimoni bahwa dirinya merasa terbantu dalam bertransaksi dengan hadirnya QRIS, “Mo balanja tinggal scan depe QRIS di aplikasi mobile banking, tidak perlu repot membawa uang kecil dan terhindar dari (risiko) uang palsu”, tuturnya.
Testimoni singkat Bu Yusnam merupakan salah satu outcome dari inisiatif digitalisasi pembayaran yang Bank Indonesia tuangkan dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI). Dalam end state SPI 2030 tersebut, digitalisasi sistem pembayaran mengambil perannya untuk memudahkan transaksi masyarakat dan bisnis/pelaku usaha.
Digitalisasi sistem pembayaran semakin memudahkan transaksi masyarakat. Kini, transaksi menjadi mudah dilakukan kapanpun dan di manapun. Peningkatan transaksi digital tercermin dari volume transaksi QRIS yang tumbuh signifikan. Pada 2024, volume transaksi QRIS tumbuh pesat sebesar 186% (yoy) mencapai 689,07 juta transaksi. Peningkatan tercatat lebih tinggi pada kota tier 2 dan 3.
Di Gorontalo misalnya, volume transaksi QRIS tumbuh 202% (yoy) mencapai 709,12 ribu transaksi pada periode yang sama. Hal ini sejalan dengan riset Alpha JWC Ventures (2021) yang menyatakan bahwa kota tier 2 dan 3 menunjukkan pertumbuhan ekonomi digital yang lebih pesat seiring adopsi digitalnya yang masif dari untapped market, growing middle-class dan dorongan faktor makro lain yang mendukung.
Selain meningkatkan transaksi, kemudahan transaksi secara digital ternyata juga memperluas opsi barang/jasa yang masuk dalam basket of goods konsumen. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan signifikan volume transaksi QRIS pada kategori kelompok usaha yang tergabung dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) non-kebutuhan pokok sepanjang 2024.
Tercatat, kelompok usaha dalam KBLI Kesenian, Hiburan Dan Rekreasi; Perdagangan Peralatan Informasi dan Komunikasi; serta Aktivitas Profesional Dan Jasa Konsultasi masing-masing diprakirakan meningkat 174% (yoy), 1786% (yoy) dan 233% (yoy). Kategori usaha yang tergabung dalam KBLI Makanan dan Minuman memang masih mendominasi pangsa transaksi secara keseluruhan, namun patut kita syukuri kondisi ini semakin mendekati definisi pembangunan yang dikonsepkan oleh Todaro sebagai proses untuk meningkatkan taraf hidup dan memperluas freedom of choices masyarakat.
Selanjutnya, digitalisasi sistem pembayaran juga memudahkan transaksi bisnis, utamanya UMKM, dan institusi penyedia layanan publik. Kita tentu ingat saat berbagai aktivitas dibatasi ketika pandemi COVID-19. Pembatasan juga berdampak pada transaksi di merchant, yang tak sedikit menyebabkan mereka merugi hingga akhirnya gulung tikar.
Namun, pandemi ini juga menjadi blessing in disguise dalam mempercepat adopsi teknologi pembayaran digital. Dengan terhubung secara digital pelaku usaha dapat tetap melayani transaksi dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, pembayaran layanan publik juga dimudahkan dengan digitalisasi. Berbagai institusi publik telah menyediakan kanal digital sebagai opsi bagi masyarakat, antara lain untuk pembayaran pajak, retribusi, dan utilites.
Kabar baiknya sekarang dengan QRIS, onboarding digital bagi pelaku usaha dan institusi publik semakin mudah dan terjangkau. Tercatat pada 2024, jumlah merchant yang telah on boarding QRIS mencapai 35,1 juta merchant secara nasional. Di Gorontalo, jumlahnya mencapai 123 ribu merchant, artinya 2 dari 5 penduduk yang berprofesi sebagai wiraswasta/berusaha telah terhubung ke dalam ekosistem digital. Lebih lanjut, jika dilihat dari komposisinya lebih dari 90% merchant tersebut adalah UMKM. Hal ini semakin memperkuat bukti bahwa QRIS adalah game changer dalam transformasi digital nasional.
Digitalisasi sistem pembayaran memudahkan transaksi seluruh pihak yang berpartisipasi dalam ekonomi (rising tide raises all boats). Dengan digitalisasi pembayaran, konsumen, perusahaan besar, UMKM dan institusi publik pada daerah metropolitan maupun aspiring cities mendapat kesempatan tumbuh dan berkembang yang setara, ibarat gelombang pasang di samudera yang mengangkat berbagai jenis kapal baik kecil maupun besar.
QRIS bagaikan gelombang pasang tersebut, universalitas dan kemudahan yang ditawarkan dapat membuat ekosistem di dalamnya naik kelas. Ke depan, menjadi tugas bagi regulator dan industri untuk turut menjaga, serta menciptakan, ‘gelombang pasang’ inovasi sistem pembayaran untuk mencapai end state SPI 2030 demi Indonesia maju.
*Artikel adalah pandangan dan pendapat pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan Bank Indonesia










Discussion about this post