Siswa di Kota Gorontalo Diduga Dibully, Orang Tua Siswa Akui Anaknya Sempat Alami Epilepsi

Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Siswa kelas 5 di Sekolah Dasar (SD) berinisial JN (11) di Kota Gorontalo diduga menjadi korban perundungan atau bully oleh kakak kelasnya hingga trauma. Tak hanya bully secara verbal, orang tua JN berinisial SK, mengatakan bahwa anak sempat dibully fisik dengan cara ditendang.

Informasi yang dirangkum Gorontalo Post, aksi bully tersebut sudah dilakukan beberapa kali dari bulan September. SK menceritakan waktu itu, dirinya menjemput anak yang sedang les, JN dilihat murung dan sedih.

Setelah ditanyakan, JN mengaku dibully oleh kakak kelasnya dengan menggunakan kata-kata ejekan. Awalnya, SK tak ingin memperpanjang masalah tersebut, namun pada minggu berikutnya anaknya, kembali bercerita bahwa dirinya ditendang. Hal inipun membuat SK untuk mencari tahu siapa pelaku tersebut.

“Awalnya saya berpikir ini adalah orang yang sama, namun anak saya mengatakan kalau bukan anak itu, tapi ada yang lain, dan ternyata pelaku ini adalah anak dari seorang guru agama di sekolah tersebut. Akhirnya saya pun membicarakan hal tersebut kepada guru itu, namun apa yang saya dapatkan guru tersebut malah balik marah,” jelas SK ketika diwawancara awak media, Senin (13/1/2024)

Lanjut, SK menambahkan dalam menyelesaikan masalah ini dirinya sudah beberapa kali bertemu dengan para guru dan kepala sekolah. Namun dirinya menyangkan pihak sekolah yang dinilai acuh dalam menyelesaikan masalah ini, bahkan dinilai memperluas masalah. Padahal dirinya hanya berharap keadilan bagi dirinya dan juga anaknya sudah menjadi korban.

“Saya paham anak saya, dia pasti tidak salah menunjuk orang yang notabene orang itu sudah ditunjuk dua kali, itu artinya orang itulah yang tapi apa guru-guru tidak percaya, memang anak saya merupakan anak spesial tapi dia pintar apa yang guru jelaskan dia mengerti dan soal ini dia tidak bohong,” tambahnya dengan tegas.

Sakit hati SK pun bertambah dengan pernyataan seorang guru yang mengatakan “oh yang penting tidak luka”. Hal ini dinilai bahwa tak ada perlindungan bagi anaknya, guru yang seharusnya melindungi siswa dengan lantang berkata seperti itu. Padahal, SK hanya ingin ada jaminan dari sekolah untuk anaknya, tidak menjadi korban bully lagi.

“Tapi jawabannya kepsek itu luar biasa loh, ‘oh saya tidak bisa kasih jaminan ada 300 anak disini tidak mungkin kita urus satu persatu’. Ini yang sangat sayangkan, sampai akhirnya saya mengatakan bahwa akan mendidik anaknya saya agar bisa bela diri,” jelasnya lagi dengan mata yang mulai berkaca.

Dan akhirnya SK pun mengaku bahwa diri yang sudah meminta maaf, tapi tak ada kata sedikitpun mereka meminta maaf kepada dirinya yang merupakan korban dalam kejadian tersebut. SK pun mengatakan, trauma yang dialami anaknya pun sangat besar, bahkan JN perna dirawat di rumah sakit karena sempat mengalami epilepsi (kejang-kejang).

“Padahal kami tidak ada sama sekali ada riwayat epilepsi, tapi tiba-tiba anak saya seperti itu, saya sebagai orang tua pasti khawatir dan setelah dilakukan konsultasi sama dokter bahwa trauma kejadian yang dialami anak saya bisa menjadi kemungkinan anak saya epilepsi,” tambahnya.

Terakhir dirinya mengatakan bahwa hal ini sudah dilaporkan ke Dinas Perlindungan Anak (PPA) Kota Gorontalo, dengan harapan keadilan bagi anaknya, serta berharap tak ada bully disekolah lagi. (Tr-76)