Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Jembatan Molowahu, yang terletak di perbatasan antara Dusun Bulungguhe 1 dan Bulungguhe 2, telah ambruk sejak tiga tahun lalu.
Kondisi ini pun sempat viral dan menjadi perbincangan public. Hanya saja, selama tiga tahun ini, jembatan yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat itu, belum juga diperbaiki.
Kepala Desa Molowahu, Irwandi Ibrahim menyampaikan, kondisi jembatan saat ini semakin berbahaya untuk dilalui. Bahkan pihaknya sudah berulang kali mengajukan proposal ke pemerintah daerah dan pemerintah provinsi.
Tak hanya itu saja, pihaknya pula turut melibatkan anggota legislatif, tapi anggaran untuk perbaikan tidak kunjung terealisasi. “Kami berharap agar ini bisa menjadi prioritas dan diseriusi oleh para wakil rakyat dan juga pihak pemerintah, untuk menangani perbaikan jembatan ini,” ungkapnya.
Selama tiga tahun, warga dan pemerintah desa telah bergotong royong membangun jembatan darurat. Bahkan, untuk mewujudkan pembangunan jembatan darurat tersebut, biaya yang dipergunakan diambil dari penggalangan dana masyarakat.
Masyarakat menyumbang secara sukarela, dan hingga kini dana tersebut terus digunakan untuk mempercepat pembangunan jembatan darurat yang diharapkan dapat dilalui kendaraan roda empat. Langkah ini terpaksa dilakukan karena lambatnya respon pemerintah serta ketidakpastian alokasi dan realisasi dana dari pihak terkait.
“Kami terus menggalang dana dari masyarakat dan pihak lain, meski tidak memaksa. Semua dilakukan secara sukarela. Bahkan, saya pribadi telah mengeluarkan dana pribadi di tengah gaji yang belum cair selama dua bulan karena Pemilu,” tambah Irwandi.
Keterlambatan penanganan ini berdampak langsung pada aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat. “Perekonomian warga semakin menurun karena akses terganggu. Padahal, ini adalah infrastruktur vital,” tegasnya.
Masyarakat pada dasarnya berharap agar pada 2025 ini, bisa menjadi tahun kepastian bagi perbaikan jembatan. Irwandi juga mengimbau Pemda dan DPRD Gorontalo untuk segera menganggarkan dana, terutama jika anggaran dari BNPB RI tidak cair.
“Kami hanya meminta pemerintah melihat ini sebagai kebutuhan mendesak, bukan sesuatu yang bisa terus ditunda,” harapnya. Di sisi lain, Irwandi mengapresiasi perhatian dari warganet yang membuat masalah ini viral. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya bijak dalam berkomentar.
“Kami mendukung viralnya isu ini, tapi kritik harus membangun. Semoga perhatian dari publik ini bisa mendorong pemerintah lebih serius menangani jembatan Molowahu. Jembatan Molowahu bukan sekadar infrastruktur. Jembatan ini adalah adalah penopang utama kehidupan warga. Dengan lambatnya penanganan, warga hanya bisa berharap dan terus berdoa agar pemerintah mendengar suara mereka,” tutupnya. (mg-06)









