Gorontalopost.id, GORONTALO – Bencana banjir di Gorontalo makin meluas, bahkan sejumlah pihak menyebut banjir kali ini yang terparah dalam satu dekade terakhir.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Gorontalo, dan Kabupaten Gorontalo, tercatat kurang lebih 32 ribu warga terdampak dan menjadi korban bencana banjir.
Rincinya 12.487 jiwa di Kota Gorontalo, dan 19.513 jiwa di Kabupaten Gorontalo. Selain merendam rumah warga yang memaksa mereka harus mengungsi, banjir juga merendam sejumlah fasilitas publik, termasuk sekolah.
Akibatnya, pemerintah daerah memutuskan untuk meliburkan sekolah. Pun gedung sekolah yang tidak kebanjiran, digunakan sebagai tempat atau posko pengungsian.
Di Kota Gorontalo, banjir nyaris merata di sejumlah wilayah, diakibatkan meluapnya sungai Bulango, dan Danau Limboto, termasuk sebagian akibat melaupnya Sungai Bone.
Di Kabupaten Gorontalo 11 kecamatan terdampak, dengan empat kecamatan yang menjadi lokasi banjir terparah. Yaitu Kecamatan Limboto, Telaga Biru, Telaga Jaya dan Limboto.
Berdasarkan data resmi Pemerintah Kabupaten Gorontalo, banjir yang terjadi di 11 kecamatan itu menyebabkan 5.755 KK atau 19.513 jiwa terdampak banjir.
Ada 3.019 rumah, 253 Sekolah yang terdiri dari PAUD, SD dan SMP serta 319.9 hektar areal persawahan terendam banjir.
Lurah Kayubulan Kecamatan Limboto Tasril Limula saat dikonfirmasi mengakui jika wilayahnya yang terdampak di empat lingkungan yakni lingkungan 2,3, 4 dan paling parah adalah lingkunga 5.
”Alhamdulilah mereka sudah mengungsi ke lokasi yang sudah disediakan pemerintah, baik itu masjid, rumah penduduk dan sekolah,” jelas Tasril.
Sementara itu Bupati Nelson seusai turun meninjau sejumlah daerah terdampak banjir menekankan, pentingnya identifikasi kerusakan yang disebabkan banjir maupun longsor di wilayah kecamatan dan desa oleh semua pimpinan OPD.
“Dibuatkan peta dan identifikasi lokasi banjir maupun longsor,” tegasnya. Bupati Nelson juga berharap, layanan evakuasi masyarakat terdampak banjir di pesisir Danau Limboto dapat berjalan maksimal.
“Sentral evakuasi di Kecamatan Tilango, Telaga, Telaga Jaya, Limboto, dan Batudaa harus difokuskan pada evakuasi,” tambahnya. Ia juga menambahkan, kerusakan yang diidentifikasi akan segera direncanakan perbaikannya.
“Segera dimasukkan, jangan menunggu tahun depan, jika ada anggaran segera kita lakukan, jika tidak, bisa dianggarkan dalam perubahan,” pintanya.
Bupati Nelson mengingatkan penanganan bencana banjir bukan hanya tanggung jawab Dinas Sosial dan BPBD, tetapi semua OPD dan desa binaan. OPD diharapkan mengumpulkan dan memberikan bantuan langsung kepada masyarakat terdampak.
Sentral dapur umum juga akan dibuat dengan standarisasi makanan yang kualitas dan jumlahnya terjamin. “Bencana banjir adalah tanggung jawab bersama, camat harus berkolaborasi dengan puskesmas untuk turun langsung,” tegasnya.
Dirinya juga telah intrusikan ke semua pimpinan OPD dan Camat untuk bergerak cepat menyediakan sentral evakuasi. Karena banjir yang terjadi berasal dari luapan air danau Limboto. Memang kejadian serupa sudah pernah terjadi sebelumnya tetapi ini yang parah.
”Untuk itu ke depan harus ada langkah kongkrit yang kita tempuh sehingga ke depan bisa ada pencegahan terlebih dahulu,” jelasnya.
Dalam peninjauan itu, Nelson pun memastikan lokasi dapur umum dan mengintrusikan camat, OPD dan pemerintah desa kolaborasi untuk menyediakan sentral dapur umum.
”Mobil pengangkutan evakuasi dan kebutuhan makanan bagi warga kita siapkan, termasuk juga bantuan Polri dan TNI keamanan rumah warga karena ketika diungsikan rumah-rumah warga kosong, jangan sampai mereka selamat, rumah mereka tidak aman,” harap Nelson.
Tak hanya itu, Bupati Nelson memastikan kesehatan warga. Ia pun dalam kunjungan itu didampingi Kepala dinas kesehatan bersama kepala puskesmas dan jajarannya.
”Jadi warga kita selamatkan dievakuasi, makanan kita siapkan juga layanan kesehatan disiapkan pula,” tandasnya. (tro/wie)
Comment