Gorontalopost.id – Akhir-akhir ini masyarakat pengendara roda dua, mengeluhkan lambatnya pengisian BBM di SPBU, yang mengakibatkan terjadi antrian panjang.
Pantauan Gorontalo Post, hampir diseluruh SPBU sering terjadi antrian panjang, karena sebelum pengisian BBM, operator nosel BBM pertalite, harus melakukan edisi atau scan barcode terlebih dahulu.
Hal inilah yang kemudian dikeluhkan oleh para pengguna kendaraan. Moh. Fadly salah seorang pengendara yang sedang mengantri BBM berjenis pertalite ketika diwawancara mengatakan, kenapa harus diadakan scan seperti itu? Padahal dirinya beserta yang lain, hanya pengendara roda dua. Dengan adanya scan tersebut, antrian makin lama dan makin panjang.
“Kami juga ketika buru-buru ingin berpergian, kemudian mengisi BBM jenis pertalite di SPBU, kami malah harus mengantri lama. Padahal belum semua SPBU menerapkan scan seperti ini. Bagi kami, pelayanan seperti ini bukan mempercepat, malah memperlambat,” ucapnya.
Sementara itu, menanggapi hal tersebut, Koordinator SPBU, Vip Mokodongan menjelaskan, scan yang dimaksud oleh masyarakat pengendara roda dua tersebut yakni edisi. Edisi ini merupakan barcode khusus yang disediakan oleh pihak SPBU.
“Edisi ini sudah cukup lama kami gunakan. Di mana, setiap motor yang masuk pakai barcode khusus yang disediakan oleh SPBU. Kami gunakan ini karena, untuk meminimalisir terjadinya pengisian BBM bersubsidi berjenis pertalite, dengan batas pengisian sebanyak 10 liter, sehingganya edisi ini kami gunakan agar BBM bersubsidi berjenis pertalite tersebut, bisa tersalurkan kepada seluruh pengendara roda dua maupun bentor roda tiga,” jelasnya.
Ditambahkan pula, ketika ada sepda motor mengisi BBM berjenis pertalite, lebih dari batas pengisisannya yakni 15 liter, maka dispenser akan sendirinya terhenti.
“Meski demikian, untuk barcode yang digunakan oleh SPBU terhadap pengisian BBM bersubsidi untuk kendaraan roda dua, sampai dengan saat ini belum bisa meminimalisir terjadinya pengisian BBM jenis pertalite secara berulang kali,” pungkas Koordinator PT. Babul Malik Sejahtera ini. (TR-77)










Discussion about this post