logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Potong Pohon-Pohon (Sejarah “Gorontalo” 2022)

Lukman Husain by Lukman Husain
Monday, 26 September 2022
in Persepsi
0
Generasi (Terbaik) Gorontalo

Basri Amin

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Oleh

Basri Amin

 

Di hampir semua jalan utama di Gorontalo kini pohon-pohonnya nyaris sudah habis ditebang. Di beberapa wilayah perkantoran pemerintah, permukiman warga, dan kawasan pendidikan pun mengalami hal serupa. Mengapa? Alasannya pasti ada, bahkan banyak pembenaran untuk itu. Yang jelas, udara terasa lebih panas, pepohonan yang plontos, langit bebas lebih terlihat, kabel-kabel listrik dst lebih tampak.

Kecelakaan karena kondisi pepohonan di jalan-jalan raya memang sering terjadi. Tetapi, pembenaran tunggal untuk menjadikan “kebijakan pembangunan” potong-potong pohon rasanya menyisahkan persoalan. Perubahan iklim yang kini tak terkendali meniscayakan pembaruan lingkungan yang menyegarkan. Apa yang selama ini diimpikan dengan ketersediaan “ruang hijau” di wilayah perkotaan dan kecenderungan urbanized development di banyak wilayah di Indonesia menuntut visi lingkungan yang utuh. Kini yang terjadi adalah paradoks (pembangunan) yang membingungkan arahnya. Semua pihak terkesan (berhak) membongkar atau memotong apa saja menurut kepentingannya masing-masing.

Di sisi ini, “kekerasan”, dalam hemat saya, diam-diam tengah melilit perangai pembangunan kita. Dengan ini, yang saya maksudkan adalah campuran antara pelonggaran menebas pohon-pohon –yang diklaim beberapa pihak– sebagai “pengganggu” di ruang publik dan fakta lemahnya tanggung jawab kita menerangkannya secara jujur kepada publik. Antara berbuat sesuatu agar daya-dukung lingkungan menopang kesehatan dan kesejahteraan orang banyak dan kekasaran kita memperlakukan pepohonan yang juga punyak hak hidup dan sebagai pemberi manfaat sangat besar untuk kita. “Hanya bangsa yang bebal dan bodoh yang menyia-nyiakan manfaat vegetasi yang luas di ruang-ruang kotanya. Betapa besar jasa pepohonan dalam menurunkan suhu-panas dan menetralisir sekian kiloton emisi gas karbondioksida di wilayah perkotaan.”

Di luar soal teknis pertanaman, katakanlah itu tentang jenis-jenis pohon yang tepat ditanam di kawasan permukiman, jalan-jalan raya, dst, usaha-usaha pelindungan dan pemeliharaan, serta tata-kelola resikonya tampaknya belum dicapai titik-temunya di Gorontalo dan di tempat-tempat lain di negeri ini. Padahal, di sejumlah kota yang sukses memanfaatkan lanskap alamnya, mereka relatif berhasil mengelola “kehijauan kota”nya dan menjadikannya sebagai infrastruktur-berkelanjutan bagi sumber-sumber kesehatan alami dan penghidupan yang sehat. Hasil lainnya, citra kota terbentuk, geliat ekonomi lebih produktif dan warga membangun identitas kota dan daerahnya secara partisipatif. Keteduhan rasa dan kesejukan pandangan pun akan memakmurkan keragaman dan kebersamaan.

Gorontalo, jika hendak menegaskan visi pembangunan berkelanjutannya, kepekaan kebijakan dan transformasi perilaku masyarakat haruslah tergerakkan lebih nyata. Kita harus lebih peka membaca perubahan iklim dunia dan bagaimana mutu lingkungan kita. Beberapa laporan menunjukkan, khususnya tentang polusi udara, Indonesia kita termasuk terburuk di Asia Tenggara. Kendati bisa kita sangka bahwa itu adalah kontribusi daerah-daerah industri dan metropolitan, sesungguhnya di tingkat lokal pun, katakanlah kita di Gorontalo, mengalami kecenderungan yang sama: volume kendaraan yang semakin membesar, ruang hijau yang terus-terusan menyempit, pola perilaku dan tindakan persampahan, pencemaran air, serta pola konsumsi kita serta kerja-kerja proyek (pembangunan) yang menyumbangkan banyak abu dan sampah teknikal, secara pasti (terbukti!) menurunkan mutu lingkungan kita. Perhitungan ekonomis atas degradasi lingkungan kita sudah di titik kritis dan memintakan koreksi serius atas istilah “sustainable development” (Daly, 1996).

Sayangnya, kita belum bergerak serius dan belum menempatkan fakta ini sebagai tema sentral di 2022-2024. Data sains-lingkungan (Gorontalo) sepertinya diam-diam saja! Padahal, teriakan aktivis lingkungan, frekuensi pemberitaan tentang sampah, bencana ekologis, sampah makanan, pengolahan limbah, dst secara berulang terberitakan di media dan di forum terbuka. Tak lama lagi, biaya yang akan kita kerahkan untuk perkara ini akan meningkat pesat. Belum lagi potensi konflik, diskriminasi, dan dampak kesehatan (anak, perempuan, dst) yang ditimbulkannya. Di daerah pertanian seperti Gorontalo, “asap karena pembakaran lahan memberi dampak luas atas mutu udara. Di permukiman yang sempit di perkotaan pun, tradisi ‘bakar sampah’ masih berlangsung hingga hari ini, hal mana merusak mutu udara sekitar…di luar itu, asap dari knalpot kendaraan adalah yang paling dominan…”

Kini, ketika isu kendaraan listrik menguat di permukaan, itu adalah tanda bahwa teknologi transportasi ramah lingkungan akan segera berubah. Dalam jangka panjang, regulasi yang ketat, kepemimpinan lokal yang pro-lingkungan, partisipasi sains dan edukasi publik menjadi keniscayaan. Kita bisa bayangkan bahwa Amerika Serikat sendiri misalnya, sebagai negara yang terkenal dengan ketegasannya soal lingkungan, sejak tahun 1970 sudah menerapkan undang-undang khusus yang bersejarah, Clean Air Act (1970). Dengan itulah perubahan besar terjadi di negara adidaya ini, kendati isu polusi udara tetap serius hingga kini. Di tingkat dunia, tercatat 50 kota paling tercemar udaranya berada di benua Asia, Tiongkok dan India adalah yang tertinggi, diikuti Pakistan (Gardiner, NG, 2021).

Gorontalo butuh men-dunia-akan wawasan pembangunannya dengan cara-cara yang lebih terukur dan tergerakkan perbaikannya di berbagai sektor dan level. Satu di antaranya adalah peran pemerintah dan kelompok-kelompok warga di tingkat terbawah (kelurahan/desa). Dari sanalah sewajarnya tertempa pemimpin-pemimpin nyata yang menggerakan daya-dukung lingkungan yang sehat dan menyehatkan produktivitas masyarakat. Sejauh ini, banyak jalan keluar yang tak terpantau pada skala mikro karena begitu padatnya “acara pembangunan” yang ditarik “ke atas” tapi lupa akar-akar pembaruannya di tingkat bawah. Padahal, di sanalah mestinya sumberdaya kesadaran dan aksi kepemimpinan yang berkelanjutan dikerjakan; bukan dengan sibuk saling-berlomba-memukau di baliho. Gorontalo kita butuh mediasi, bukan selebrasi palsu!. Menurut Anda, bagaimana? ***

Penulis adalah Mitra di Voice-of-HaleHepu.

Surel: basriamin@gmail.com

Tags: basri aminpersepsi

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Menyambut Ulang Tahun Kedua, ASTON Gorontalo Hotel & Villas memberikan kejutan promo GEBYAR ASTON

Menyambut Ulang Tahun Kedua, ASTON Gorontalo Hotel & Villas memberikan kejutan promo GEBYAR ASTON

Discussion about this post

Rekomendasi

Seorang buruh ditemukan sudah meninggal dunia di lokasi perusahaan yang ada di wilayah Bone Bolango, dan langsung dibawa oleh pihak Kepolisian ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan.

Seorang Buruh Ditemukan Tak Bernyawa, Sempat Mengeluh Pusing dan Muntah, Keluarga Tolak Autopsi

Tuesday, 2 December 2025
Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Kepala Kantor Perwakilan LPS III, Fuad Zaen dan Deputi Kepala Kantor Perwakilan LPS III Deputi bersama para media dalam kegiatan Meet Up, di Aston Gorontalo, Senin (1/1/2025).

LPS Tekankan Pentingnya Penjaminan Simpanan bagi Masyarakat

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.