Gorontalopost.id – Bertepatan dengan pelaksanaan festival saronde kemarin, pulau yang menjadi ikon wisata daerah bahkan Provinsi Gorontalo tersebut telah menjadi destinasi wisata private dan premium di Gorontalo. Launching-nya oleh Kemenparekraf ditandai dengan pemukulan polopalo, alat musik tradisional Gorontalo secara bersama dengan rombongan tamu undangan lainnya.
Tentu konsep wisata premium yang dimaksud mengacu kepada layanan yang berkualitas tinggi dan kental dengan keunikan alam, sosial, budaya, dan masyarakat. Dengan begitu, wisatawan bisa mendapat pengalaman bernilai tinggi dengan tetap memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup.
Sementara konsep private, tentu itu kaitan dengan pengelolaan Pulau Saronde yang berstandar internasional. Di mana, kenyamanan dan ketenangan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara jadi yang utama.
Mrs. Anke Andree, investor Jerman yang kini mengelola Pulau Saronde tersebut menjelskan bahwa Pulau Saronde sasarannya untuk mereka yang liburan panjang. “Kita ingin mereka yang berkunjung ke Pulau Saronde hanya sebatas mereka yang ingin benar-benar berlibur panjang. Jadi, paling cepat itu 3 hari. Kami sudah siapkan fasilitas resort,” terang Mrs. Anke.
Untuk fasilitas yang tersedia saat ini baru ada 2 resort yang terbangun dari 6 yang direncanakan. “Kedepan juga kita akan tambah fasilitas pendukung lainnya, agar wisatawan dapat menikmati liburan dengan lengkap di pulau yang cantik ini,” terang pengelola.
Disisi lain Wabup Gorut, Thariq Modanggu hal ini merupakan sesuatu yang baru, namun ini bukan berarti ke depan tidak ada lagi Festival Pesona Saronde di pulau tersebut. “Saya kira itu tidak tepat. Karena, Saronde ini adalah milik daerah. Meskipun ini sudah dikerjasamakan dengan pihak asing, tetapi minimal dengan Festival ini ada momen, di mana masyarakat umum bisa melihat langsung pulau ini. Artinya, kalau tidak ada lagi Festival Pesona Saronde, maka sudah sulit akses masuk. Apalagi ini hanya setahun sekali,” jelasnya
Hanya memang, kata Thariq, ke depan pemerintah daerah akan melakukan diversifikasi pariwisata. “Jadi, tidak hanya Festival Pesona Saronde, tapi juga Festival Dionumo, Festival Mohinggito dan lain sebagainya. Sehingga akses lokal lebih besar di situ, kira-kira begitu,” tandasnya.(abk)












Discussion about this post