Gorontalopost.id – Akademika Noto Negoro (ANN) pada tanggal 1 Juni 2022 ikut ambil bagian dalam memperingati hari lahir Pancasila yang oleh pemerintah ditetapkan tanggal 1 Juni. Dalam webinar diskusi ANN yang dihadiri sekitar 47 peserta, Dr. Yakob Noho Nani, S.Pd, M.Si. (Univ. Negeri Gorontalo) dalam diskusi malam itu melihat Pancasila dari perspektif konstruksi filsafat Pancasila versus filsafat konvensional di mana filsafat keseimbangan-pluralisme-humanisme versus emperisme/positivisme.
Selain itu dilihat ideologi Pancasila dalam perspektif administrasi publik di mana dari Sila-sila Pancasila memiliki korelasi dengan administrasi negara, dalam hal kesepakatan bernegara, landasan kerja sama, aktualisasi nilai-nilai bersama dan tujuan. ”Bahwa banyak kebijakan pemerintah yang sering berubah-ubah karena tidak berdasarkan pada nilai dasar Pancasila,” kata Dr. Yakob mengingatkan kepada pemerintah.
Berbeda dengan ahli dari Univ. Airlangga, Drs. Ajar Triharso, M.S. memfokuskan pada dekonstruksi pidato Soekarno 1 Juni 1945, dari Pancasila, didekonstruksi menjadi Trisila dan terakhir Ekasila atau gotong royong.
”Gotong royong menurut Soekarno adalah paham yang dinamis dari ”kekeluargaan,” sedangkan kekeluargaan adalah suatu paham yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan suatu usaha, suatu amal, suatu pekerjaan…” demikian pernyataan Drs. Ajar, M.S. Narasumber ketiga atau terakhir adalah Prof. Dr. Hanif Nurcholis, M.Si. (Univ. Terbuka) melihat Pancasila dari perspektif historis.
Setelah menerungkan apa yang terjadi di webinar ini, faktanya bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia begitu serunya diganti pada Konstitusi RIS dan dirubah lagi pada pemberlakuan UUD Sementara 1950, dan dipakai lagi dengan adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dengan alasan yang rasional sebagai akibat kegagalan Badan Konstiuante dalam menetapkan UUD baru pengganti UUD Sementera (UUDS) 1950.
Inilah romantika Pancasila sebagai dasar negara, yang didiskusikan selama lebih dari dua jam dalam webinar Akademia Noto Negoro, 1 Juni 2022 sebagai peringatan Hari Lahir Pancasila. Sebagai penutup dari serangkaian pembahasan tentang Pancasila dari berbagai perspektif, ada suatu hal yang penting untuk direnungkan yaitu jika kemudian ada sekelompok kecil warga negara Indonesia berniat akan mengganti Pancasila sebagai dasar negara, maka kelompok tersebut ”buta” sejarah negara Indonesia.
Ingatlah kata ”JAS MERAH,” Jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah negaranya dan perjuangan mati atau hidup para pahlawan untuk kemerdekaan negara Indonesia dan tokoh nasional atau ”the founding fathers.
” Kita bisa belajar dari seekor keledai yang tidak akan mau terjerumus ke lubang yang sama kedua kalinya. Bukankah kita manusia lebih bijak dan cerdas dari seekor keledai??? Save Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (wan)










Discussion about this post