logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Pompa Bensin dan Buku-Buku

Jitro Paputungan by Jitro Paputungan
Monday, 13 December 2021
in Persepsi
0
Negeri yang Ke(gemuk)an   

Basri Amin

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh :
Basri Amin

——————–


 

MANA yang Anda sukai, punya pompa bensin banyak atau buku berjumlah ribuan? Ini pertanyaan yang mungkin tak relevan dan tak nyambung. Yang jelas, Anda bisa bayangkan betapa kayanya Anda jika punya (usaha) pompa bensin. Ia adalah jualan cepat habis, untungnya pastilah besar dan membesar setiap saat. Bahkan ada yang bilang, jika mau sejahtera tujuh turunan, bangunlah pompa bensin.

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Bagaimana dengan buku? Nasib buku seperti tak banyak berubah. Dunia buku adalah dunia orang sekolahan. Buku dipandang melelahkan. Ia berjarak dengan yang praktis dan yang cepat. Ia tak menarik banyak orang. Orang cenderung “memperalat” buku untuk sekadar menjadi pernak-pernik kesibukan –ketika menempuh persekolahan. Posisi nasibnya pun relatif pasti: penghias daftar pustaka. Letaknya di belakang di bab paling akhir. Sesekali ia diintip, semata-mata agar ada rasa hebat di balik lembaran-lembaran karya tulis –yang biasanya di-klaim sebagai (tulisan) ilmiah–.

Dunia buku tak sepenuhya menjanjikan materi. Walau tentu saja banyak yang kaya karena buku, dalam arti ketika ia jadi “barang bisnis”. Terbukti toko-toko buku ada di mana-mana. Usaha percetakan dan penerbitan hadir hampir di setiap kota di Indonesia. Tapi tak semua tema buku punya “pasar besar” yang membesarkan pundi-pundi para penulis. Banyak di antara mereka bahkan yang menjadi peminta-minta biaya percetakan atas karya-karyanya.

Di daerah-derah, iklim perbukuan tidak pernah membaik. Hanya di daerah yang penguasanya cinta buku yang memicu lahirnya karya-karya anak bangsa yang berkualitas. Sikap filantropis dari beberapa kalangan acapkali sebagai pamacu munculnya penulis-penulis muda kreatif. Di kota Manado dan kota Ternate, gejala filantropis seperti ini sudah berlangsung sejak akhir 1990an, dan hingga kini beberapa buku bermutu yang terbit justru karena dukungan beberapa pihak yang jatuh cinta pada “budaya baca”.

Di sisi lain, sektor negara, terutama di bidang pendidikan, dukungan untuk itu terkesan “setengah hati”. Ia hanya tempelan alakadarnya; itu pun lebih sering disebut-sebut dalam bahasa “paket program” yang menempel malu-malu pada sebagai tambahan. Gejala ini saya sebut sebagai “penghinaan” kepada buku.

Kontras dengan dunia mesin yang terus meluas dan serba haus dengan bensin, pompa bensin pun akhirnya membengkak di banyak sudut. Ini selain menandai tentang sisi (permintaan) pasar karena pesatnya dunia otomotif dan sektor transportasi yang massif dan privat, hal ini juga sebagai tanda bahwa “polusi udara” dan kesehatan lingkungan kita makin terdegradasi. Di buku-buku perubahan iklim, ekologi, dan perubahan status kesehatan, sudah sangat lama menerangkan gejala degradasi ini. Sayangnya, terpampang jarak lebar antara pengetahuan, tindakan kebijakan, dan perilaku masyarakat.

Ketika tradisi baca belum kokoh, generasi masa kini sudah dibombardir oleh hiper-media. Semua nyaris jadi objek/tema tontonan dan percakapan. Kita demikian hiper-interaktif. Dengan ujung jari dan ujung lidah, mata, nalar dan telinga kita seperti “dikepung” oleh informasi. Semua hadir-melintasi dari berbagai arah sebagai tontonan dan percakapan. Kita tak punya lagi waktu untuk membaca, padahal secara kasat-mata kita tampak begitu aktif “membaca” rupa-rupa hal di layar smart-phone kita. Hasilnya? Kita meraih banyak hal tapi kehilangan satu hal: daya penghayatan! Tertib nalar dan rasa, serta “aroma” akal budi manusia, tak lagi bergema. Sensibilitas pun terlalu rentan diutak-atik. Ia hadir membludak tapi kemudian ia terlipat otomatis dan cepat, lalu kita gulung dengan enteng dan akhirnya kita lupakan tanpa pengertian yang memadai.

Buku punya sisi buruk karena bisa menciptakan kegilaan. Tapi uniknya, kegilaan pada buku akan menjadi sebab baru untuk sebuah kesadaran, perjumpaan dan kekayaan hidup yang lain. Dalam beragam bentuk dan pola artikulasinya, sebuah buku tetaplah abadi sebagai “nutrisi pikiran” bagi sebuah bangsa. Dan kontras dengan itu, sebuah pompa bensin sampai kapan pun tak bisa mengajarkan tentang kesadaran. Padahal, di balik keberadaan sebuah pompa bensin, ia adalah simbol pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam arti “pompa” (baca: alat/mesin) atau pun dalam arti “bensin” (baca: minyak bumi yang diproduksi) secara canggih. Jika demikian, simbol materialisme tidaklah terpisah (mutlak) dengan ilmu pengetahuan. Hanya saja, bagi masyarakat yang relatif baru berada di fase sebagai “konsumen” teknologi,  mereka seringkali abai mengetahui dan tak tertarik sepenuhnya membangun ilmu pengetahuan melalui buku-buku bermutu. Padahal, hanya dengan etos “produsen ilmu”lah yang mampu mengarahkan perbaikan-perbaikan mutu hidup manusia.

Buku adalah “barang abadi di tengah-tengah dunia yang tak abadi,” demikian sub judul “A Splendor of Letters”, buku mendunia dari Nicholas Basbanes (2003, 442 pages). Saya berjumpa dengan beliau di Honolulu pada 4 April 2005. Buku ini pavorit saya, apalagi bertanda tangan asli dari penulisnya. Terbukti, peradaban sebuah bangsa bisa ditunjukkan dari dunia perbukuannya. Mungkin karena itulah mengapa hampir semua Presiden di Amerika Serikat membangun perpustakaan di negara bagiannya masing-masing, setelah masa presidensinya selesai. Tak perlu heran pula kalau perpustakaan terbesar di dunia, Library of Congress, menjadi simbol peradaban Amerika. Kalau kita bagaimana? Sebagai bangsa, kita belum dipandang tinggi oleh bangsa-bangsa lain dalam urusan produksi dan konservasi pengetahuan. Apalagi dalam perkara literasi.Wajah kita tak kunjung membaik…Mengapa demikian? Barangkali karena “urusan perut” dan “perlombaan” status dan kuasa masih dominan.

Buku membuat orang jadi unik. Tercatat, seseorang bernama Gilkey, meskipun jejak hidupnya aneh karena ia terbukti berulang bekerja sebagai pencuri buku langka, tapi ia pada akhirnya memberi tahu kita satu hal yang istimewa, yakni tentang kemesraan bersama buku. Dan, tentang isi buku-buku yang abadi menggodanya, pun tak tanggung-tanggung. Hampir semuanya adalah buku antik yang langka dan berusia ratusan atau puluhan tahun. Untuk motif yang sama, sindikasi para pencinta buku di dunia juga unik. Dalam sebuah cerita, pompa bensin di Irlandia Utara adalah tempat transaksi “buku curian” atau lokasi perjumpaan dengan agen-agen buku langka (Bartlett, 2018). Tak ada orang yang bisa mengira khan?. Terbukti, dalam motif manusia yang terdalam, semua berpotensi menyatu. Pompa bensin dan buku pun bisa berjumpa di Irlandia.

Di Indonesia? Saya rasa, negeri kita tercinta punya kisah hebat tentang buku. Bukankah hampir semua pendiri negeri ini adalah penulis, pembaca, dan pecinta buku. Mereka berjuang dan menggagas ide-ide. ***

Penulis adalah Parner di Voice-of-HaleHepu
E-mail: basriamin@gmail.com

Tags: basri aminpersepsiPompa Bensin dan Buku-Bukuspektrum sosial

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Kroni Texmaco

Kroni Texmaco

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.