logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Bonus Demografi, Antara Harapan, Tantangan dan Realitas

Jitro Paputungan by Jitro Paputungan
Wednesday, 16 June 2021
in Persepsi
0
Guru, Insan Cendekia  dan Panggilan Pengabdian

Fory A Naway

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Oleh :
Fory Armin Naway

___

Tahun 2045, Bangsa Indonesia genap berusia emas, yakni 100 tahun bergelut sebagai sebuah bangsa yang berdaulat, sejak diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Menariknya, pada usia emas 2045 mendatang diprediksi Indonesia berada pada fase “Jendela Demografi”  (windows of demography). Itu artinya, pada rentang waktu 2020-2045,  diprediksi jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 70 persen populasinya, dibandingkan dengan usia yang tidak produktif (65 tahun ke atas).

Beberapa pakar mengingatkan semua komponen di negeri ini bahwa, dalam rentang waktu tersebut, Indonesia harus memiliki formula khusus, terutama dalam hal kebijakan pengembangan sektor Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. Jika Indonesia gagal dalam mengembangkan kualitas SDM, maka bukan “bonus demografi” yang diperoleh melainkan “kutukan demegorafi”. Lebih jelasnya, Bonus Demografi bisa tercapai, apabila SDM Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni, unggul, produktif dan berdaya saing. Sebaliknya, kutukan demografi akan terjadi,  jika jumlah pendududuk yang berusia produktif justru tidak memiliki kualitas yang baik.

Jika demikian komposisinya, generasi kelahiran tahun 2000-an atau mereka yang saat ini masih duduk di bangku sekolah, menjadi garda terdepan  dalam menentukan nasib bangsa ini. Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan elemen lainnya dalam mendongkrak kualitas SDM yang berkualitas hingga mencapai puncaknya pada 2045 mendatang.

Melalui jawaban atas pertanyaan itu, maka gerakan Indonesia emas yang dicanangkan oleh Pemerintah pusat, bukan sekadar retorika, tapi harus ada tindak lanjut yang komprehensif, terencana, kolektif dan terarah untuk mengemas proses pendidikan yang berbasis pada ilmu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), penguasaan teknologi dan karakter kebangsaan yang mumpuni.

Siapapun sepakat bahwa Indonesia harus optimis, namun optimisme yang rasional dan terukur. Optimisme yang rasional dan terukur, adalah sebuah harapan dan cita-cita yang dibarengi dengan berbagai upaya, ikhtiar perjuangan dan kerja keras. Indonesia bisa bermimpi, namun mimpi nyata, bukan mimpi dalam tidur, bukan buaian mimpi kaum rebahan, tapi mimpi yang disertai dengan kesungguhan dalam berjuang, bekerja dan menempa segala kemampuan dan kapasitas diri sebagai warga bangsa.

Jika mengamati fenomena dalam tataran realitas hari ini, paling tidak, terdapat beberapa instrumen yang menjadi tantangan Indonesia emas 2045, baik tantangan secara kelembagaan, tantangan struktural dan tantangan sosial.  Namun dalam tulisan ini, penulis lebih menitikberatkan pada “tantangan sosial” yang kasat mata, cukup fenomenal dan bahkan  meresahkan. Fenomena itu ada di sekitar kita, bahkan di dalam rumah kita yang perlu mendapat sentuhan-sentuhan solusi untuk mengendalikannya agar tidak menajdi “blunder” bagi bangsa ini ke depan.

Bagaimana mewujudkan Indonesia emas, jika anak-anak muda usia sekolah hari ini yang seakan menjadi kecanduan game online, kecanduan medsos, menjadi kaum rebahan yang selalu  menggenggam HP di tempat tidur sekalipun hingga larut malam. Bagaimana mungkin mewujudkan generasi emas, jika anak-anak didik kita hari ini mulai kehilangan jati dirinya sebagai manusia yang seakan-akan memandang HP atau Android sebagai sahabat sejati, orang dekat menjadi jauh dan justru orang jauh yang tidak dikenalnya menjadi sangat dekat.

Lihat saja di Warung-Warung Kopi, di kafe-kafe, di restaurant, di teras-teras rumah, di dego-dego dan di taman-taman, suasana keakraban sudah tidak nampak lagi, suasana “Senyap” di tengah keramaian” sungguh sangat menggejala, karena masing-masing sibuk dengan gadget di tangannya. Kalaupun berada di rumah, seorang anak  enggan lagi untuk bersosialisasi malah sebaliknya, menyendiri, mengurung diri bermain game sambil bersorak sendirian hingga lupa waktu, lupa keluarga bahkan lupa kesehatannya sendiri.  Yang lebih meresahkan lagi, fenomena game online dan kecanduan medsos saat ini, tidak hanya merebak di kalangan generasi muda di perkotaan, tapi sudah merasuk hingga ke pelosok-pelosok desa sekalipun.  Belum lagi fenomena lainnya yang membawa resistensi, seperti kecanduan fitur-fitur pornografi, kekerasan seksual melalui media sosial dan praktek culas lainnya yang dapat berdampak terhadap kesehatan mental dan psikologi anak.

Menurut Kepala Departemen Medik Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr Kristiana Siste Kurniasanti, dikutip ABC.net, di Jakarta, Jumat (14/6/2019), Prevalensi khusus kecanduan game online di Tanah Air lebih tinggi populasinya dibandingkan dengan negara-negara maju di Asia. Untuk itu menurut Kristina Siste, Pemerintah Indonesia perlu memiliki kebijakan nasional untuk mengantisipasi dampak adiksi game online demi melindungi kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Kecanduan game online dan Medsos, tidak hanya menurunkan produktifitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja dan menghambat proses pendidikan anak yang harus menempa skill dan kapasitasnya demi masa depan yang lebih baik, tapi juga yang paling fatal,  adalah kerusakan sel-sel otak yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Kristina Siste, pada bagian otak pecandu game berpotensi akan terjadi kerusakan, khususnya pada area yang berfungsi untuk mengendalikan diri dan perilakunya. Pada kasus adiksi ada bagian dari otak pecandu yang rusak, yakni area yang namanya pre-frontal cortex.  Area ini bertanggung jawab untuk mengendalikan diri, perilaku dan juga impuls, yakni hal-hal yang dilakukan tanpa berpikir lagi. “Jadi kalau bagian ini rusak dia gak bisa lagi berpikir, kata Dr Siste kepada Iffah Nur Arifah, seperti dikutip dari ABC Indonesia.

Bonus Demografi yang menjadi ikon Indonesia Emas 2045, adalah sebuah harapan, namun resistensi mewujudkan hal itu juga, sangat vulgar tersaji dalam ruang-ruang sudut generasi Indonesia yang cukup meresahkan. Itulah salah satu tantangan yang perlu mendapat perhatian, tidak hanya oleh  pemerintah, tapi juga keterlibatan seluruh  elemen masyarakat di manapun, terutama kesadaran kolektif anak-anak muda untuk mulai berbenah diri dari sekarang. Paling tidak, terdapat kesadaran bahwa generasi emas, tidak hanya dilihat dari usia, tapi ditinjau dari kualitas, kapasitas dan kompetensi yang harus dipersiapkan sejak dini. Hal itu tentu membutuhkan perjuangan dan kerja keras bukan dengan  game online dan medsos yang merasuk hingga menjadi candu. (***)

Penulis Adalah ; 
Dosen FI UNG dan Ketua PGRI Kab. Gorontalo

.

Tags: bonus demografiforry nawayfory armin nawaykabupaten gorontalopersepsi

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Mengenal TOEFL ITP

Mengenal TOEFL ITP

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.