Oleh :
Fory Armin Naway
Dosen FIP UNG dan Ketua TP-PKK Kab. Gorontalo
Pada momentum Hari Kartini yang bertepatan dengan bulan suci Ramdhan 1442 H tahun ini, terdapat aspek yang perlu dijawab terlebih dahulu, terkait pertanyaan, mana yang lebih tepat digunakan, istilah Perempuan atau Wanita?. Pertanyaan ini tentu berangkat dari kebingungan sebagian kalangan yang nampaknya melihat penggunaan kata “perempuan, dan wanita” di dalam lembaga-lembaga kenegaraan sekalipun seringkali berbeda.
Pada era Pemerintahan Orde baru misalnya, Kabinet Presiden Soeharto mengorbitkan sebuah Kementerian yang bernama Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (MENUPW), tapi di zaman reformasi, MENUPW diganti menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Demikian pula, dalam setiap memperingati Hari Kartini sebagai momentum mengenang perjuangan emansipasi, pertanyaan mana yang lebih baik sering mencuat ke permukaan , emansipasi wanita kah? atau emansipasi perempuan?
Meski bersinonim, namun kedua kata ini memiliki asal-usul, makna dan filosofi yang berbeda. Secara etimologis, istilah wanita sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, “Vanita”, artinya “yang diinginkan”. Dalam konteks istilah ini, wanita tidak saja merujuk pada perbedaan jenis kelamin, tapi juga diposisikan, dipersepsikan sebagai “objek” yang selalu diinginkan oleh laki-laki. Dalam perkembangannya istilah “Vanita” diserap ke dalam bahasa Jawa Kuno menjadi “Wanita”.
Sudarwati dan D. Jupriono dalam jurnal bertajuk “Betina, Wanita, Perempuan ; Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis, dan Pragmatik” (1997), menulis, istilah wanita telah berkembang, sehingga memunculkan konotasi terhormat akibat proses “Ameliorasi” Artinya, istilah Wanita melalui proses ini mengalami perubahan makna sehingga menjadi lebih bermakna yang diperoleh dari kata turunannya, yaitu kewanitaan.
Sebagai “obyek yang diinginkan” maka wanita tentu diharapkan mencerminkan sikap dan perilaku yang lemah-lembut, gemulai, sabar, halus, tunduk, patuh, mendukung, siap mendampingi dan menyenangkan kaum pria. Dengan demikian, maka makna kata “Wanita sangat relevan dan berkorelasi dengan budaya Jawa zaman dulu yang memang menganut paham “Feodal” sehingga seringkali menempatkan perempuan ke dalam ranah kewanitaan yang identik dengan kelemah-lembutan dan penurut.
Sementara kata “Perempuan” secara etimologis berasal dari kata “Empu” yang berarti tuan, orang yang dipandang mahir, terampil, berkuasa maupun kepala, hulu atau yang paling besar. Sudarti dan D. Jupriono dalam Jurnalnya juga menguraikan bahwa ditinjau secara etimologis istilah perempuan memiliki nilai cukup tinggi, tidak di bawah, tetapi sejajar, bahkan lebih tinggi dari istilah lelaki atau pria. Dari sini dapat diperoleh gambaran bahwa kata perempuan memiliki hubungan dengan kata “ampu” yang artinya sokong, memerintah, sebagai penyangga, penjaga keselamatan bahkan dipandang sebagai wali.
Istilah atau kata Perempuan dalam konteks ini dipandang lebih tepat digunakan dalam aspek apapun. Mengapa? karena kata “perempuan” menempatkan kaum ini sebagai simbol kehormatan, penyangga, penjaga keselamatan yang relevan dengan nilai-nilai, peran dan fungsi kaum perempuan dalam ranah bangsa-negara, ranah rumah tangga dan di tengah masyarakat.
Itulah sebabnya pula, kata Perempuan digunakan sebagai simbol perjuangan, perlawanan dan simbol pergerakan kemerdekaan. Puncaknya, kata Perempuan digunakan oleh para pejuang dari kaum ini yang menyelenggarakan “Kongres Perempuan Indoneisa tahun 1928. Ketika itu, mereka tidak menamai Kongres Wanita, melainkan kongres perempuan.
Dari makna dan filosofi yang terkandung dalam kata Perempuan, maka, istilah ini relevan dengan hakekat perempuan dalam perspektif Islam. Pada dasarnya, segala yang menjadi hak laki-laki, pun menjadi hak perempuan. Agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya dan jiwanya terjamin dan dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana kaum laki-laki. Bahkan istilah perempuan 14 abad yang lalu telah diabadikan dalam Al-Qur’an melalui Surat An-Nissa.
Momentum peringatan Hari Kartini tahun 2021 yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1442 H kali ini, dengan begitu terbilang spesial, karena di bulan ini kaum perempuan memiliki tempat khusus, terutama bagi kaum Ibu-Ibu Rumah Tangga yang dapat memetik pahala puasa lebih banyak dibandingkan dengan kaum Laki-laki.
Perempuan atau Ibu Rumah tangga di bulan Ramadhan, sebagaimana lazimnya memiliki ekstra tugas yang lebih berat dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya. Di bulan ini, kaum Ibu tidak hanya menjalankan Puasa, kemudian bekerja dan berkarir bagi perempuan karir, perempuan petani, tapi juga menjalankan tugas tambahan di rumah yang harus menyiapkan buka Puasa dan harus bangun lebih dulu di tengah malam suntuk untuk menyiapkan santapan sahur bagi seluruh keluarganya.
Oleh karena itu, melalui peringatan Hari Kartini 21 April 2021 tahun ini, siapapun kita, khususnya kaum perempuan, sejatinya menjadikan momentum ini untuk memaknai kembali, hakekat peran dan fungsi perempuan di tengah masyarakat. Emansipasi Perempuan yang diperjuangkan oleh kaum perempuan Indonesia zaman dulu, tidak hanya oleh Kartini, tapi oleh pejuang-pejuang perempuan Indonesia yang terkenal, seperti pejuang perempuan Cut Nya’ Dien dari Aceh, Cut Meutiah dan lain sebagainya, menjadikan kaum perempuan Indonesia harus lebih progresif dalam meningkatkan kapasitas sebagai perempuan unggul dan terhormat, baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maupun dalam ranah lokal dan dalam ruang lingkup kehidupan rumah tangga.
Perempuan sebagaimana maknanya, untuk saat ini dan ke depan sejatinya “berani” tampil dalam ranah apapun. Di bidang politik, pemerintahan, kewiraswastaan dan bidang-bidang lainnya memberikan ruang yang sebesar-besarnya bagi perempuan untuk tampil ke permukaan. Justru kehadiran kaum Perempuan dalam bidang apapun, memiliki nilai tambah, jika dibandingkan dengan laki-laki. Kaum perempuan memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri yang tentu menjadi sebuah potensi untuk tampil elegan di tengah masyarakat. (***) Selama Menunaikan Ibadah di bulan Suri Ramadhan. Semoga amal ibadah kita di bulan ini membawa rahmat, berkah dan pengampunan untuk kita. Aaamiin. (*)











Discussion about this post