logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Puasa, Perempuan dan Momentum Hari Kartini

Jitro Paputungan by Jitro Paputungan
Wednesday, 21 April 2021
in Persepsi
0
Guru, Insan Cendekia  dan Panggilan Pengabdian

Fory A Naway

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Oleh :
Fory Armin Naway
Dosen FIP UNG dan Ketua TP-PKK Kab. Gorontalo

Pada momentum Hari Kartini yang bertepatan dengan bulan suci Ramdhan 1442 H tahun ini,  terdapat aspek yang perlu dijawab terlebih dahulu, terkait pertanyaan, mana yang lebih tepat digunakan, istilah Perempuan atau Wanita?. Pertanyaan ini tentu berangkat dari kebingungan sebagian kalangan yang nampaknya melihat penggunaan kata “perempuan, dan wanita” di dalam lembaga-lembaga kenegaraan sekalipun seringkali  berbeda.

Pada era Pemerintahan Orde baru misalnya, Kabinet Presiden Soeharto mengorbitkan sebuah Kementerian yang bernama Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (MENUPW), tapi di zaman reformasi, MENUPW diganti menjadi  Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Demikian pula, dalam setiap memperingati Hari Kartini sebagai momentum mengenang perjuangan emansipasi, pertanyaan mana yang lebih baik sering mencuat ke permukaan , emansipasi wanita kah?  atau emansipasi perempuan?

Meski bersinonim, namun kedua kata ini memiliki asal-usul, makna dan filosofi yang berbeda. Secara etimologis, istilah wanita sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, “Vanita”, artinya  “yang diinginkan”. Dalam konteks istilah ini, wanita tidak saja merujuk pada perbedaan jenis kelamin,  tapi juga diposisikan, dipersepsikan sebagai “objek” yang selalu diinginkan oleh laki-laki. Dalam perkembangannya istilah “Vanita” diserap ke dalam bahasa Jawa Kuno menjadi “Wanita”.

Sudarwati dan D. Jupriono dalam jurnal bertajuk “Betina, Wanita, Perempuan ; Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis, dan Pragmatik” (1997), menulis, istilah wanita telah berkembang, sehingga memunculkan konotasi terhormat akibat proses “Ameliorasi” Artinya, istilah  Wanita melalui proses ini mengalami perubahan makna sehingga menjadi lebih bermakna yang diperoleh dari kata turunannya, yaitu kewanitaan.

Sebagai  “obyek yang diinginkan” maka wanita tentu diharapkan mencerminkan sikap dan perilaku yang lemah-lembut, gemulai, sabar, halus, tunduk, patuh, mendukung, siap mendampingi dan menyenangkan kaum pria. Dengan demikian, maka makna kata “Wanita sangat relevan dan berkorelasi dengan budaya Jawa zaman dulu yang memang menganut paham  “Feodal” sehingga seringkali menempatkan perempuan ke dalam ranah kewanitaan yang identik dengan kelemah-lembutan  dan penurut.

Sementara  kata “Perempuan” secara etimologis berasal dari kata “Empu”  yang berarti tuan, orang yang dipandang mahir, terampil, berkuasa maupun kepala, hulu atau yang paling besar. Sudarti dan D. Jupriono dalam Jurnalnya juga menguraikan bahwa ditinjau secara etimologis istilah perempuan memiliki nilai  cukup tinggi, tidak di bawah, tetapi sejajar, bahkan lebih tinggi dari  istilah  lelaki atau pria. Dari sini dapat diperoleh gambaran bahwa kata perempuan memiliki hubungan dengan kata “ampu” yang artinya sokong, memerintah, sebagai penyangga, penjaga keselamatan bahkan dipandang sebagai wali.

Istilah atau kata Perempuan dalam konteks ini dipandang lebih tepat digunakan dalam aspek apapun. Mengapa? karena kata “perempuan” menempatkan kaum ini sebagai simbol kehormatan, penyangga, penjaga keselamatan yang relevan dengan nilai-nilai, peran dan fungsi kaum perempuan  dalam ranah bangsa-negara, ranah rumah tangga dan di tengah masyarakat.

Itulah sebabnya pula, kata Perempuan digunakan sebagai simbol perjuangan, perlawanan dan simbol pergerakan kemerdekaan. Puncaknya, kata Perempuan digunakan oleh para pejuang dari kaum ini yang menyelenggarakan “Kongres Perempuan Indoneisa tahun 1928. Ketika itu, mereka tidak menamai Kongres Wanita, melainkan kongres perempuan.

Dari makna dan filosofi yang terkandung dalam kata Perempuan, maka, istilah ini relevan dengan hakekat perempuan dalam perspektif Islam. Pada dasarnya, segala yang menjadi hak laki-laki, pun menjadi hak perempuan. Agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya dan jiwanya terjamin dan dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana kaum laki-laki. Bahkan istilah perempuan 14 abad yang lalu telah diabadikan dalam Al-Qur’an melalui Surat An-Nissa.

Momentum peringatan Hari Kartini tahun 2021 yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1442 H kali ini, dengan begitu terbilang spesial, karena di bulan ini kaum perempuan memiliki tempat khusus, terutama bagi  kaum Ibu-Ibu Rumah Tangga yang dapat  memetik pahala  puasa lebih banyak dibandingkan dengan kaum Laki-laki.

Perempuan atau Ibu Rumah tangga di bulan Ramadhan, sebagaimana lazimnya memiliki ekstra tugas yang lebih berat dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya. Di bulan ini, kaum Ibu tidak hanya menjalankan Puasa, kemudian bekerja dan berkarir bagi perempuan karir, perempuan petani,  tapi juga menjalankan tugas tambahan di rumah yang harus menyiapkan buka Puasa dan harus bangun lebih dulu di tengah malam suntuk untuk menyiapkan santapan sahur bagi seluruh keluarganya.

Oleh karena itu, melalui peringatan Hari Kartini 21 April 2021 tahun ini, siapapun kita, khususnya kaum perempuan, sejatinya menjadikan momentum ini untuk memaknai kembali, hakekat peran dan fungsi perempuan di tengah masyarakat. Emansipasi Perempuan yang diperjuangkan oleh kaum perempuan Indonesia zaman dulu, tidak hanya oleh Kartini, tapi oleh pejuang-pejuang perempuan Indonesia yang terkenal, seperti pejuang perempuan Cut Nya’ Dien dari Aceh, Cut Meutiah dan lain sebagainya, menjadikan kaum perempuan Indonesia harus lebih progresif dalam meningkatkan kapasitas sebagai perempuan unggul dan terhormat, baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maupun dalam ranah lokal dan dalam ruang lingkup kehidupan rumah tangga.

Perempuan sebagaimana maknanya, untuk saat ini dan ke depan sejatinya “berani” tampil dalam ranah apapun. Di bidang politik, pemerintahan, kewiraswastaan dan bidang-bidang lainnya memberikan ruang yang sebesar-besarnya bagi perempuan untuk tampil ke permukaan. Justru kehadiran kaum Perempuan dalam bidang apapun,  memiliki nilai tambah, jika dibandingkan dengan laki-laki. Kaum perempuan memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri yang tentu menjadi sebuah potensi untuk tampil elegan di tengah masyarakat. (***) Selama Menunaikan Ibadah di bulan Suri Ramadhan. Semoga amal ibadah kita di bulan ini membawa rahmat, berkah dan pengampunan untuk kita. Aaamiin. (*)

Tags: Dosen FIPfory armin nawaygorontalogorontalo posthari kartini 2021perempuanpersepsiPKK Kabupaten GorontaloUNG

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Warek III Apresiasi Kemahasiswaan Fakultas Hukum

Warek III Apresiasi Kemahasiswaan Fakultas Hukum

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Kepala Kantor Perwakilan LPS III, Fuad Zaen dan Deputi Kepala Kantor Perwakilan LPS III Deputi bersama para media dalam kegiatan Meet Up, di Aston Gorontalo, Senin (1/1/2025).

LPS Tekankan Pentingnya Penjaminan Simpanan bagi Masyarakat

Monday, 1 December 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025
Seorang buruh ditemukan sudah meninggal dunia di lokasi perusahaan yang ada di wilayah Bone Bolango, dan langsung dibawa oleh pihak Kepolisian ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan.

Seorang Buruh Ditemukan Tak Bernyawa, Sempat Mengeluh Pusing dan Muntah, Keluarga Tolak Autopsi

Tuesday, 2 December 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.