BRI Sebut Tren Restrukturisasi Kredit Nasabah Konsisten Menurun

JAKARTA – Direktur Manajemen Risiko PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Agus Sudiarto, mengatakan, tren restrukturisasi kredit nasabah konsisten mengalami penurunan sejak masa puncak pada September 2020. Hal ini ditandai dengan menurunnya jumlah debitur yang kreditnya direstrukturisasi.

Menurut dia, pada puncaknya, restrukturisasi kredit setidaknya berjumlah 2,975 juta debitur dengan outstanding kurang lebih Rp 193 triliun. “Angka ini terus menurun sejak Oktober, konsisten terus turun hingga Desember. Bahkan di Januari dan Februari, untuk UMKM terus menurun,” ujar Agus saat jumpa pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun 2021 di Jakarta, dikutip JPNN.com, baru-baru ini.

Agus menuturkan, hingga Februari 2021, total restrukturisasi kredit BRI mencapai Rp 189,3 triliun dari 2,7 juta debitur. Kendati demikian, lanjut Agus, pada Januari dan Februari 2021 terdapat peningkatan jumlah restrukturisasi kredit. “Ada kenaikan sedikit di bulan Januari dan Februari. Itu lebih karena beberapa debitur korporasi yang sudah diputus di periode Desember, tetapi secara legally documented baru dilakukan di Januari dan Februari,” kata Agus. Dia berharap berkurangnya jumlah debitur restrukturisasi dapat terus konsisten berkurang hingga akhir tahun.

“Sehingga, pada akhir Desember 2021 total portofolio restrukturisasi kredit secara keseluruhan turun,” ungkap dia. Sementara itu, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto terkait rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) menargetkan bisa terus ditekan di bawah tiga persen hingga akhir tahun ini.

NPL Gross BRI sepanjang 2020 lalu tercatat 2,99 persen. “Harapan kami dan kalau kita lihat sekarang mulai ada vaksin sehingga PSBB bisa dilonggarkan dan kita tahu UMKM di samping ada transaksi digital, tapi faktor tatap mukanya masih besar,” kata dia. Dia pun optimistis bisa mempertahakan NPL di bawah tiga persen. “Maka kami optimistis 2021 dengan adanya vaksin ini akan membaik sehingga harapan kami NPL bisa dipertahankan di bawah 3 persen,” tegas Catur.

Pada tahun lalu, lanjut dia, bank spesialis kredit mikro tersebut mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 18,66 triliun, sehingga total aset perseroan mencapai Rp 1.511,8 triliun atau tumbuh 6,7 persen (yoy). Sementara itu, pertumbuhan kredit mencapai 3,9 persen (yoy) atau menjadi Rp 938,4 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) berhasil tumbuh 9,8 persen pada 2020 menjadi Rp 1.121,1 triliun. Sebagai informasi, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun 2021 BRI baru saja menyetujui pembayaran dividen sebesar Rp 12,1 triliun atau 65 persen dari laba bersih konsolidasi 2020 sebesar Rp 18,6 triliun, sedangkan sisanya sebesar 35 persen atau sebesar Rp 6,5 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan. (jpnn)

Comment