GORONTALO -GP- Teror terhadap pabrik gula Gorontalo masih terjadi, teror itu berupa pembakaran lahan perkebunan tebu. Dampaknya buruk, produksi gula terganggu. Akibatnya suplai gula di daerah juga tidak maksimal. Bukan cuma itu, ribuan pekerja terancam di-PHK, lantaran target produksi yang tidak tercapai. Pabrik Gula Gorontalo, menjadi satu-satunya pabrik di kawasan regional yang menyuplai kebutuhan gula pasir untuk Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.
Selama ini, persoalan utama yang dihadapi pabrik eks Naga Manis itu, adalah aksi pembakaran lahan tebu di wilayah Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Bahkan dalam kurun waktu September 2019 hingga Oktober 2020, lahan tebuh yang terbakar mencapai 2.445, 03 ha (haktere). Di Kabupaten Boalemo mencapai 1.794,60 ha, Kabupaten Gorontalo 650,43 ha. Adapun rincian tebu yang terbakar tersebar di beberapa desa diantaranya, di Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari, Paguyaman (Kabupaten Boalemo), serta di Kecamatan Asparaga, dan Tolangohula (Kabupaten Gorontalo). Pembakaran ratusan haktare laha tebu itu sudah terjadi sejak awal September 2019 hingga pertengahan akhir Oktober 2020. Kejadian tersebut dipastikan membuat produksi gula bakal mengalami penurunan drastis.
Manager Administrasi PT PG Gorontalo Amir Tahir, mengatakan, kebakaran lahan 2.450 ha itu, membuat 14.500 Ribu ton gula ‘menguap’. “Ya, ini setara dengan kebutuhan gula selama 7 bulan untuk Gorontalo. Kebutuhan gula Gorontalo 2.000 ton perbulan,”jelas Amir.
Berbagai upaya pencegahan kebakaran telah diupayakan, namun tetap saja ada kebakaran yang diduga sengaja dilakukan pihak yang tidak bertanggungjawab. Dengan ‘hilangnya’ produksi gula 14.500 ton, berarti masyarakat kehilangan pendapatan sebesar Rp 5,1 miliar, yang terdiri dari upah tebang Rp 3,5 miliar untuk 3.500 orang. Sewa truk 300 unit milik masyarakat, sekira Rp 1,6 miliar juga tak ada. “Bisa terancam kelangkaan gula, apalagi masa pandemi Covid-19 saat ini, dan Natal -Tahhn baru sudah didepan mata,”tegas Amir. Melihat kondisi ini karyawan PT PG Gorontalo prihatin dan tetap siaga antisipasi.
Pihaknya juga terus menelusuri pelaku pembakaran tebu tersebut. Adapun langkah-langkah yang telah ditempuh perusahaan yakni melakukan penjagaan dengan piket karyawan. Berkoordinasi dengan Pemda Gorontalo dan Boalemo. Kejadian ini juga telah dilaporkan ke pihak berwajib untuk menelusuri siapa dalang pelaku pembakaran. “Kami sudah sosialisai ke desa-desa terkait kejadian ini,”terang Amir. Pihaknya menduga kuat aksi pembakaran ini terorganisir. Karena satu hari bisa beberapa desa lahan tebu dibakar. Bahkan, di satu lokasi ada sampai belasan titik api. Pembakar kata Amir melakukan pembakaran tebu menggunakan sistem korek api (Macis kayu) yang diikat dengan obat nyamuk sampai dengan bawa obor.
Sejauh ini oknum pelaku pembakar tebu sudah berhasil ditangkap yakni, 4 orang dan telah divonis. Kata dia, pihaknya juga gencar melakukan aksi-aksi sosial, memberikan bantuan rumah, sembako bagi warga kurang mampu bahkan memperbaiki infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak, perbaikan rumah ibadah dan sekolah serta fasilitas umum lainnya sebagai bentuk partisipasi untuk masyarakat. “Masih kurang apalagi kami ini dimata masyarakat. Bahkan, kami satu-satunya perusahaan penyumbang pajak terbesar di Provinsi Gorontalo. Perusahaan yang menyerap hingga ribuan tenaga kerja. Jika perusahaan kami kolaps, tentu akan ada ribuan pekerja yang menganggur,”tandas Amir sembari berharap masalah ini segera mendapatkan solusi terbaik.
Ribuan Pekerja Terancam Dirumahkan
Ketua Serikat Pekerja PGG Yervan Bilondatu mengatakan, pihaknya kuwatir dengan maraknya pembakaran tebu saat ini membuat para pekerja bakal kehilangan pekerjaan karena pendapatan perusahaan merosot drastis. “Kami serikat pekerja telah melaporkan hal ini ke Polres Boalemo, Wabup Boalemo, DPRD Boalemo- DPRD Kabupaten Gorontalo. “Kami juga mengeluhkan hal ini ke Dinas Tenaga Kerja Provinsi Gorontalo akibat adanya kebakaran tebu ini menjadikan karyawan terancam dirumahkan,”ungkap Yervan.
Kedepan pihaknya berencana mendatangi lagi DPRD Propinsi Gorontalo maupun kabupaten Kota, Instansi terkait {POLDA/POLRES, PEMDA). “Jika tidak ada solusi kami akan lakukan unjuk rasa besar-besaran mengerahkan seluruh SDM yang terdiri dari karyawan tetap & kontrak 1.573 orang dan Karyawan Harian 550 orang. Selain itu mengerahkan juga seluruh alat Berat Pertanian,”pungkasnya.
Terpisah Kapolres Boalemo AKBP Ahmad Pardomuan mengatakan, pihaknya telah melakukan beberapa upaya terkait masalah pembakaran tebu ini. Salah satunya melakukan patroli di sejumlah titik yang dianggap rawan pembakaran tebu. Hanya saja minimnya personel sehingga menjadi salah satu kendala untuk mengungkap siapa oknum yang membakar tanaman tebu tersebut. “Saran saya agar pihak perusahaan bisa membuka kembali kran komunikasi dengan siapapun baik itu masyarakat, pemda maupun pihak-pihak terkait. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan solusi terbaik atas permasalahan tersebut sehingga tidak terus berlarut-larut,”kata Kapolres.
Lahan yang luasnya ribuan hektare seperti ini diakui Kapolres sangat tidak mungkin hanya diawasai oleh manusia saja. Perlu bantuan alat yang canggih, minimal seperti drone (Kamera pengintai dari udara). Kemudian penempatan petugas security perusahaan harus berada di titik-titik strategis yang dianggap rawan adannya pembakaran.
Penyidik PPNS Ketenagakerjaan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Gorontalo M. Yodi Panto Biludi, membenarkan kedatangan sejumlah perwakilan dari serikat pekerja PT PG Gorontalo mengeluhkan adanya pembakaran tebu yang mereka kerjakan saat ini. “Ya, mereka (serikat pekerja pabrik gula datang berkeluh kesah dengan adanya pembakaran tebu. Sebab akibat kebakaran lahan itu berdampak terhadap nasib mereka,”kata Yodi Panto. Pihaknya kata Yodi telah menampung keluhan itu dan akan menindaklanjutinya jika nanti terjadi permasalahan antara pekerja/karyawan dengan pihak perusahaan, misalnya adanya PHK dan lain sebagainya. “Untuk pembakaran itu bukan ranah kami melainkan hanya dampak hilangnya pekerjaan dari karyawan itu ranah kami,”tandasnya.
Sebelumnya, Wakil Bupati Boalemo Anas Jusuf juga mengaku prihatin dengan kasus pembakaran tebu, mengingat PGG merupakan investasi terbesar di Gorontalo. Bagi Anas, pembakaran tanaman tebu sebuah masalah yang sangat urgen. Ditegaskan Anas, jika ada oknum warga yang ketahuan dan terbukti melakukan tindakan
pembakaran tebu, maka dirinnya persilahkan agar warga tersebut diproses hukum. “Selaku pemerintah daerah kami selalu menyampaikan kepada masyarakat mengenai arti pentingnya keberadaan PGG di daerah ini. Bayangkan pekerja disitu mayoritas adalah masyarakat Gorontalo. Jika kita tidak jaga bersama maka tentu hal ini akan berimbas daerah kita akan kehilangan aset investor. Dan itu kita tidak inginkan terjadi,”pungkas orang nomor dua di Boalemo ini. (roy)
Comment