Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Meningkatnya tekanan akademik dan persoalan pribadi yang dialami mahasiswa mulai memunculkan kekhawatiran terhadap kesehatan mental di lingkungan kampus.
Universitas Negeri Gorontalo (UNG) merespons isu ini dengan membangun sistem dukungan antar-mahasiswa melalui program Konselor Sebaya.
Program tersebut menyiapkan mahasiswa di tiap fakultas sebagai pendamping bagi teman yang menghadapi stres, kecemasan, atau beban psikologis lainnya. Mereka dilatih memberikan keterampilan dasar konseling dan menjadi bagian dari ekosistem dukungan emosional di lingkungan kampus.
Kepala UPA Bimbingan dan Konseling UNG, Idriyani Idris, S.Pd., M.Pd., menyebut, mahasiswa sering kali memilih diam ketika menghadapi masalah mental karena takut distigma atau dianggap lemah.
“Kami melihat banyak mahasiswa mengalami tekanan tanpa tahu harus mencari bantuan ke mana. Konselor sebaya diharapkan menjadi jembatan pertama agar mereka tidak merasa sendirian,” ujarnya.
Menurut Idriyani, persoalan kesehatan mental di kalangan mahasiswa kian kompleks, mulai dari tuntutan akademik, masalah ekonomi, hingga tekanan sosial di dunia digital.
“Perguruan tinggi perlu hadir bukan hanya lewat kebijakan akademik, tapi juga dengan menciptakan ruang aman secara psikologis,” tambahnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Abdul Hafidz Olii, M.Si., Wakil Rektor Bidang Akademik, menegaskan bahwa kesehatan mental merupakan faktor yang menentukan kualitas pembelajaran.
“Mahasiswa yang tidak stabil secara emosional sulit berkembang secara intelektual. Karena itu, kampus harus menyiapkan sistem pendampingan yang manusiawi,” katanya.
Inisiatif pembentukan konselor sebaya ini menjadi langkah konkret UNG untuk mengatasi persoalan yang selama ini kerap terabaikan: krisis kesehatan mental mahasiswa. Melalui pendekatan sesama mahasiswa, kampus berupaya membangun budaya saling peduli dan mendukung kesejahteraan psikologis di lingkungan akademik. (Tr-76)













Discussion about this post