Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Reformasi pendidikan guru di Indonesia dinilai tidak bisa hanya berorientasi pada standar global, tetapi juga harus berpijak pada nilai dan konteks lokal.
Pandangan itu mengemuka dalam General Lecture Internasional bertajuk Learning Across Borders: Comparative Insights on Teacher Education Reform yang digelar Program Studi S3 Pendidikan, Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Kamis (4/9/2025).
Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama Prof. Branislav Pupala, Ph.D dari Trnava University, Slovakia, pakar pendidikan yang dikenal luas dalam reformasi pendidikan dan pengembangan profesi guru.
Acara dibuka oleh Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.P., Direktur Pascasarjana UNG, serta diawali sambutan dari Dr. Mohamad Zubaidi, S.Pd., M.Pd., Koordinator Program Studi S3 Pendidikan.
Hadir pula jajaran dosen pembimbing, mahasiswa S3, praktisi pendidikan, hingga masyarakat umum yang menaruh perhatian pada isu reformasi pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan inklusi, pendidikan vokasi, hingga pendidikan tinggi.
Dalam paparannya, Prof. Pupala menegaskan bahwa indikator kemajuan pendidikan dunia saat ini banyak ditentukan oleh standar global seperti Programme for International Student Assessment (PISA).
Menurutnya, capaian PISA bukan sekadar angka atau peringkat, melainkan gambaran kualitas berpikir kritis, literasi, dan kemampuan pemecahan masalah generasi muda.
“PISA adalah cermin yang memberi kita kesempatan menilai diri. Dari sana, kita tahu sejauh mana sistem pendidikan kita relevan dengan tuntutan dunia modern,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa reformasi pendidikan harus menyentuh berbagai level, mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan inklusif, pendidikan vokasi, hingga pendidikan tinggi. Guru, menurutnya, merupakan aktor utama transformasi sehingga penguatan pelatihan dan profesionalisme guru menjadi kunci.
Selain itu, aspek digitalisasi, kebijakan buku teks, sistem bimbingan pendidikan, serta konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong learning) juga harus menjadi prioritas agar masyarakat tetap adaptif menghadapi perubahan zaman.
Namun, Prof. Pupala mengingatkan pentingnya keseimbangan antara global dan lokal. “Reformasi pendidikan bukan sekadar menyesuaikan diri dengan standar internasional. Indonesia perlu menyeimbangkan pencapaian global dengan karakter bangsa dan identitas budaya,” jelasnya.
Kuliah umum ini mendapat perhatian luas dari peserta. Banyak akademisi, guru, dan mahasiswa menilai gagasan Prof. Pupala sangat relevan dengan kebutuhan Indonesia untuk memperkuat mutu guru sekaligus memastikan generasi muda mampu bersaing di tingkat internasional tanpa kehilangan akar budaya. (Tr-76)












Discussion about this post