logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Disway

Dewa Umat

Lukman Husain by Lukman Husain
Sunday, 15 June 2025
in Disway
0
Dewa Umat
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh:
Dahlan Iskan

Dewa di kelenteng Tuban “dikalahkan” oleh mereka yang menyembahnya. Maka yang lebih terkenal dari kelenteng Tuban kini bukan lagi dewanya melainkan pertikaian antar tokoh pengurusnya.

Pernah, salah satu pihak di kelenteng itu marah: pintu gerbang kelenteng pun mereka gembok.

Pihak satunya juga marah: mereka juga menggembok kelenteng. Gemboknya lebih besar. Maka gerbang kelenteng itu tidak bisa dibuka oleh pihak siapa pun.

Sampailah tokoh-tokoh kelenteng Surabaya diminta turun tangan. Dua pihak yang bertikai akhirnya setuju: minta tiga tokoh besar Surabaya mengambil alih sementara kelenteng itu: Wei Fan, Alim Markus, dan Soedomo Mergonoto.

Related Post

Airmata Ira

Nikmat Karina

Kopi (K)Mojang

Hemat Syarikah

Soedomolah yang diminta jadi ketua sementara. Anda sudah tahu siapa Soedomo: pemilik kerajaan bisnis kopi Kapal Api.

Kelenteng pun dibuka kembali. Untuk mengurusnya sehari-hari Soedomo menempatkan orangnya di sana: urus keuangan dan manajemen.

Maka setidaknya dua tahun terakhir keadaan tenang kembali.

Waktu saya ke kelenteng itu tahun lalu terlihat begitu banyak yang sembahyang di situ. Lilin-lilin sebesar drum menyala tak kunjung padam.

Selama dipegang Soedomo, toilet dan kamar mandi dibenahi. Dibikin baru. Dipisah. Pria Dan wanita tidak lagi jadi satu. Jadilah puluhan toilet yang rapi, bersih, dan modern.

Pun tempat tidur di wisma di belakang kelenteng itu: diperbarui. Soedomo membeli 1.500 tempat tidur sisa proyek Covid-19. Pengunjung yang menginap di situ tidak lagi tidur di lantai.

“Kebanyakan tamu yang bermalam adalah orang-orang tua. Kalau tidur di lantai mereka sulit ketika ingin berdiri. Maka kami belikan 1.500 tempat tidur,” ujar Soedomo lewat sambungan telepon internasional. Ia sedang di Polandia. Ia diundang temannya ke sana: pengusaha besar Polandia.

Si Polandia pernah ke Bali. Ia kagum berat dengan Bali. Maka begitu pulang ke Polandia ia bikin tempat wisata. Persis seperti di Bali. Patung-patungnya pun didatangkan dari Bali. Soedomo sendiri adalah konsul kehormatan Polandia di Surabaya.

Soedomo yang menanggung semua biaya perbaikan toilet dan wisma kelenteng. Tidak diambil dari uang kelenteng. Soedomo sendiri yang bayar –bersama donatur lain yang juga teman-temannya.

Keadaan tenang itu berlangsung sampai usai Pemilu 2024. Di Pemilu itu tokoh Tionghoa asal Tuban, Go Tjong Ping, gagal terpilih kembali sebagai anggota DPRD Jatim. Ia sudah dua periode menjadi anggota dewan. Dari PDI-Perjuangan. Namanya terkenal di Tuban.

Meski dua periode menjadi anggota DPRD, Tjong Ping tidak terlihat kaya. Ia orang jujur. Tidak mau “ngobyekkan” kursi. Orangnya mudah bergaul.

Hobi Tjong Ping memotret siapa saja dalam suatu acara. Foto-foto hasil jepretannya dirangkum dalam satu album bergerak. Album itu dikirim ke teman-temannya yang ada di foto. Saya sering mendapat kiriman seperti itu. Menyenangkan.

Setelah tidak terpilih lagi di Pemilu, Tjong Ping kelihatan biasa-biasa saja. Tidak terlihat stres. Masih tetap ramah dan bersosialisasi.

Tapi Tjong Ping jadi ingat: kelenteng Tuban sudah waktunya dikembalikan ke orang Tuban. “Kok kelenteng Tuban ditangani orang Surabaya,” katanya seperti dimuat media.

Tjong Ping juga ingat kepemimpinan orang Surabaya itu sifatnya sementara. Seharusnya sudah berakhir. “Sudah harus diserahkan kembali ke umat di Tuban akhir tahun lalu,” ujar Tjong Ping kepada saya.

Tiga tokoh Surabaya itu pun tidak masalah. Silakan saja diambil alih. Asal tidak bertengkar lagi.

Tjong Ping pun membentuk panitia pemilihan pengurus kelenteng. Ia sendiri yang jadi ketua panitia pemilihan. Ia yang melakukan pendaftaran calon ketua. Ia sendiri mendaftar dan dianggap memenuhi syarat.

Lho ia kan anggota PDI-Perjuangan? Bukankah syarat pengurus kelenteng tidak boleh berpolitik?

Tjong Ping ternyata sudah menyatakan berhenti dari partai. Sudah jadi orang non-partai. Ia pun terpilih jadi ketua.

Heboh.

Pihak yang dulu jadi lawan Tjong Ping tidak bisa menerima. “Pemilihan itu akal-akalan. Ibarat ia yang jadi ketua KPU ia pula yang terpilih,” ujar pihak satunya.

Keadaan kembali tidak kondusif. Setelah terpilih Tjong Ping berusaha menguasai kembali kelenteng Tuban. Penjaga kelenteng menolak. Orang yang ditempatkan tiga tokoh Surabaya di situ tidak mau menyerahkan kuncinya. Ia khawatir terjadi bentrok lagi.

Hari itu si penjaga harus pergi ke Semarang. Ia bingung. Jangan-jangan selama ditinggal ke Semarang Go Tjong Ping datang untuk mengambil alih kelenteng. Maka ia gembok kelenteng itu. Ia pun pergi ke Semarang dengan tenang. Kunci gembok ada di sakunya.

Ribut. Rumah ibadah kok digembok. Bagaimana kalau ada orang yang ingin sembahyang. Maka banyak orang Tionghoa Tuban yang menghubungi Pepeng Putra Wirawan.

Pepeng adalah tokoh Tionghoa yang juga ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Timur. Pepeng lantas menghubungi Soedomo. Ia minta izin untuk menggergaji gembok.

Izin jarak jauh diberikan Soedomo. Syaratnya, Tjong Ping tidak boleh datang ke kelenteng dalam sebulan ke depan. Kecuali untuk sembahyang.

Pepeng merayu Tjong Ping untuk menandatangani pernyataan tidak akan datang ke kelenteng sebulan ke depan. Tjong Ping setuju.

Maka gembok pun digergaji. Umat kembali bisa sembahyang.

Muspida Tuban mengadakan rapat. Tidak boleh ada keributan apa pun. Nama besar kelenteng Tuban tidak boleh ternoda oleh pertikaian baru.

Soedomo sebenarnya sedang merintis menghidupkan kembali yayasan lama. Pengurusnya diperbarui. Akan dimunculkan generasi muda sebagai pengurus yayasan.

Tapi menghidupkan yayasan perlu waktu. Sudah telanjur ruwet. Bahkan yayasan sudah sempat non aktif dalam jangka waktu yang lama.

Selama yayasan non aktif, kelenteng ditangani lembaga baru. Bentuk lembaga itu: perkumpulan. Perkumpulan itulah yang tidak pernah bisa kumpul. Lalu bertengkar. Saling gembok kelenteng.

Soedomo cenderung tidak mau bentuk perkumpulan. Lebih baik menghidupkan kembali yayasan. Aturan di perkumpulan memang punya sisi kelemahan yang berat: satu orang satu suara. Mudah pecah. Mudah bertengkar.

Lebih baik yayasan. Apalagi ada pertimbangan lain: yayasan lama masih punya banyak uang. Lebih Rp 10 miliar. Belum lagi yang berbentuk emas dan tanah.

Uang tersebut beku di bank BCA. Sudah puluhan tahun. Bentuknya pun bukan deposito. Tidak berbunga. Bank tidak mau mencairkan dana tersebut sebelum yayasannya hidup kembali secara sah. Perkumpulan tidak akan bisa mencarikan dana itu.

“Sebenarnya pembenahan yayasan sudah hampir beres. Lalu keburu muncul ribut-ribut lagi ini,” ujar Soedomo.

Bagaimana dengan ”masa jabatan” pengurus sementara yang dianggap sudah habis?

“Sebenarnya ada klausul bisa diperpanjang. Asal semua pihak punya niat baik,” katanya.

Saya pun menghubungi Pepeng dan Tjong Ping.

Kepada Pepeng saya bertanya: “Mengapa Anda tidak mau tampil sebagai pemimpin baru kelenteng Tuban? Anda kan bisa diterima semua pihak,” kata saya.

“Saya ini Katolik,” ujar Pepeng.

Tjong Ping tidak akan bisa mendapat persetujuan dari Kementerian Agama. Tjong Ping dianggap bagian dari pertengkaran.

Di Islam, bentuk yayasan juga sering menjadi persoalan. Banyak yang dianggap menjadi milik pribadi pengurusnya. Di Islam belakangan ada jalan keluar yang sangat baik: badan wakaf.

Tentu saya tidak tahu apakah ada sejenis badan wakaf di Konghucu.

Yang jelas semua kelenteng itu berdewa. Khusus kelenteng Tuban dewanya luar biasa terkenal: sampai didatangi ribuan orang dari berbagai penjuru Nusantara.

Baru kali ini keterkenalan dewanya dikalahkan oleh keributannya. Baru di Tuban dewa “dikalahkan” oleh umatnya.(*)

Tags: Catatan DahlanDahlan IskanDewa UmatDiswaygorontalo postharian disway

Related Posts

Mantan Direktur Utama PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero), Ira Puspadewi-Istimewa-

Airmata Ira

Monday, 24 November 2025
--

Nikmat Karina

Tuesday, 18 November 2025
Kopi (K)Mojang

Kopi (K)Mojang

Monday, 17 November 2025
Hemat Syarikah

Hemat Syarikah

Thursday, 13 November 2025
Angsa Hitam

Angsa Hitam

Wednesday, 12 November 2025
Sugiri Sancoko dan reog Ponorogo-Foto: Dokumentasi Pemkab Ponorogo-

Meritokrasi Ponorogo

Monday, 10 November 2025
Next Post
Hamka Hendra Noer

Politik Hijau

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.