Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Debat calon Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Gorontalo (UNG) tahun 2025 berlangsung sengit di Auditorium UNG, Senin (02/06/2025).
Tema besar debat perdana ini adalah “PTNBH sebagai Transformasi Institusi: Peluang, Tantangan, dan Sikap Mahasiswa”, yang menjadi arena adu gagasan dua pasangan calon, Paket BERGEMA dan Paket AKSARA.
Debat ini dihadiri oleh Wakil Rektor III UNG, Dr. Muhammad Amir Arham, jajaran dosen, serta panelis yang berasal dari aktivis mahasiswa, jurnalis, dan pengusaha muda.
Koalisi pendukung kedua paslon juga hadir untuk memberikan semangat dalam suasana debat yang berlangsung dalam tiga sesi: pemaparan visi-misi, tanya jawab, dan pernyataan penutup.
Pasangan nomor urut 1, Paket BERGEMA, mengusung Surya Reksa Umar sebagai calon Presiden dan Muh. Algufran Yajitala sebagai calon Wakil Presiden.
Mereka menegaskan komitmen membangun BEM yang inklusif, progresif, dan solutif sebagai wadah pengembangan aspirasi civitas akademika. “Kami siap memperkuat fungsi BEM yang adaptif dan transparan untuk menjawab tantangan kampus secara kolaboratif,” ujar Surya.
Di sisi lain, Paslon nomor urut 2, Paket AKSARA, dengan Sahril Anwar Tialo dan Arfan Walangadi sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden, menekankan pentingnya BEM sebagai poros pergerakan mahasiswa yang menampung seluruh aspirasi serta ruang kolaboratif. “Kami ingin mentransformasi potensi intelektual mahasiswa dan meningkatkan daya saing yang strategis serta global,” jelas Sahril.
Ketiga panelis, yakni aktivis mahasiswa Abdul Wahid Hulopi, jurnalis AJI Gorontalo Fadila Alim, S.I.Kom, dan Ketua HIPMI Zulkifli Hasan, mengajukan pertanyaan tajam terkait tantangan UNG dalam menyongsong status Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH).
Menjawab kekhawatiran soal pengangguran pasca-lulus, Paslon BERGEMA menawarkan program unggulan di bidang kewirausahaan mahasiswa. “Kami fokus pada tiga program utama yang mendorong mahasiswa menjadi kreator dan pelaku usaha,” jelas Algufran.
Sementara itu, Paslon AKSARA mengusulkan ruang kreasi dan kolaborasi lintas organisasi mahasiswa sebagai strategi mengoptimalkan potensi dan aspirasi mahasiswa. Mereka juga mengkritik lawan politiknya yang dianggap belum memahami sepenuhnya konsep PTNBH.
Namun, Surya menegaskan pihaknya tidak menolak PTNBH, melainkan berkomitmen mengawal kebijakan ini dengan program yang terukur dan berpihak pada mahasiswa. “Kami pastikan transformasi kampus tetap berpihak pada kepentingan mahasiswa,” tegasnya.
Wakil Rektor III UNG, Dr. Muhammad Amir Arham, memandang debat ini sebagai praktik pendidikan demokrasi yang sangat penting. “Tujuan debat ini adalah edukasi mahasiswa mengenai praktik demokrasi dan ruang adu gagasan, bukan sekadar adu suara,” ujar Amir. Ia juga mengapresiasi pelaksanaan e-voting yang berjalan lancar meski menghadapi beberapa kendala jaringan yang diantisipasi dengan helpdesk.
Dr. Amir berharap, dari debat ini lahir pemimpin mahasiswa yang memiliki kapasitas, kompetensi, serta empati tinggi terhadap aspirasi sesama mahasiswa.
“Yang paling penting, siapapun yang terpilih harus mampu menjaga kekeluargaan dalam civitas akademika, karena kita semua basudara,” pungkasnya. (Mg05/Mg06/Mg08/Mg12)












Discussion about this post