Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Provinsi Gorontalo mengalami Inflasi tertinggi pada Maret 2025. Badan Pusat Statistik mencatat, Gorontalo mengalami inflasi bulanan (month to month) pada Maret 2025 sebesar 2,88 persen. Sebelumnya pada Februari 2025 angka inflasi tercatat hanya 0,10 persen.
Jika melihat angka 2,88 persen tersebut, maka tingkat inflasi di Gorontalo dianggap tertinggi se-nasional, sementara inflasi nasional pada Maret 2025 (month to month) tercatat sebesar 1,65 persen.
“Angka inflasi 2,88 termasuk tinggi se-Indonesia. Ini menjadi catatan kita, memang situasinya berada di momen ramadan dan lebaran,”kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo Mukhamad Mukhanif saat menyampaikan rilis berita resmi statistik, Senin, (8/4).
Tingkat inflasi tersebut dipengaruhi naiknya pengeluaran masyarakat pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 4.00 persen dan memberikan andil inflasi 1,47 persen. Berikutnya kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga menyumbang inflasi 10,68 persen dengan andil inflasi capai 1,41 persen.
Mukhanif menyampaikan, secara umum ada lima indikator utama penyumbang inflasi bulanan di Provinsi Gorontalo pada Maret 2025 diantaranya tarif listrik yang mencapai 1,41 persen. Cabe rawit diposisi kedua penyumbang inflasi sebesar 0,48 persen. Ikan Selar/Ikan tude 0,24 persen, bawang merah 0,19 persen dan ikan layang/ikan benggol menyumbang angka inflasi 0,18 persen.
“Secara umum komoditas utama penyumbang inflasi adalah cabe rawit . pergerakan harga cabe rawit bisa kita lihat setelah di angkakan. Rata-rata harganya naik, maka cabe rawit memberikan kontribusi tertinggi terhadap inflasi dalam kurun waktu setahun ini,”ujar Mukhanif.
Dilihat dari inflasi tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo mengalami inflasi sebesar 1,76 persen. Pergerakan harga tertinggi ada pada cabe rawit. Cabe rawit masuk pada posisi pertama komoditas penyumbang angka inflasi sebesar 0,70 persen.
Disusul komoditas bawang merah memberi kontribusi angka inflasi sebesar 0,43 persen. Tomat 0,41 persen, ikan selar/ikan tude 0,40 persen. Emas perhiasan turut menyumbang angka inflasi sebesar 0,36 persen.
Sementara itu komoditi penyumbang deflasi atau mengalami penurunan harga yakni beras. Beras menyumbang angka terendah mencapai -1,21 persen. Selanjutnya diskon tarif listrik sebesar 50 persen memberikan andil deflasi mencapai -0,81 persen.
Diposisi ketiga, daging ayam ras menyumbang angka deflasi sebesar -0,16 persen, daun bawang –0,12 persen, dan telur ayam sebesar -0,08 persen. Sementara itu, di Kabupaten Gorontalo, inflasi bulanan pada Meret 2025, lebih tinggi dari rata-rata inflasi di Provinsi Gorontalo, yakni mencapai 3,32 persen.
Dalam berita Resmi Statistik yang disiarkan di kanal YouTube BPS Kabupaten Gorontalo pada Selasa (8/4), Kepala BPS Kabupaten Gorontalo, Dr. Suparno, M.Si., menyebutkan bahwa terdapat beberapa komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi pada bulan tersebut.
Ia menyebut, lima komoditas dengan andil inflasi tertinggi yaitu: Tarif Listrik 1,44 persen, Ikan Selar/Ikan Tude 0,43 persen, Cabai Rawit 0,41 persen, Ikan Cakalang/Ikan Sisik 0,25 persen, Ikan Layang/Ikan Benggol 0,24 persen. Lebih lanjut, Suparno menjelaskan bahwa inflasi tahunan (year-on-year) Kabupaten Gorontalo pada Maret 2025 tercatat sebesar 2,56 persen dibandingkan dengan Maret 2024.
“Inflasi tahunan Kabupaten Gorontalo terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada tiga kelompok pengeluaran,” jelasnya.
Tiga kelompok pengeluaran utama penyumbang inflasi tahunan tersebut adalah Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau (2,76 persen) Kelompok Transportasi (0,11 persen) Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran (0,18 persen).
BPS mengimbau masyarakat dan pemangku kebijakan untuk terus memantau perkembangan harga serta menjaga kestabilan pasokan komoditas penting, terutama menjelang hari-hari besar keagamaan yang berpotensi memicu kenaikan permintaan dan harga barang kebutuhan pokok. (lyd/mg-08)












Discussion about this post