Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Salah satu tantangan di dunia pendidikan yang dihadapi Provinsi Gorontalo adalah banyaknya anak-anak yang saat ini tidak bersekolah. Berdasarkan data terbaru diperkirakan ada sekitar 25.000 anak di Gorontalo yang tidak mengenyam pendidikan formal.
Dikutip dari RRI Gorontalo, Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Gorontalo, Rudy Saifullah, menyebutkan bahwa angka ini sangat memprihatinkan mengingat jumlah penduduk Provinsi Gorontalo yang hanya sekitar 1,2 juta jiwa.
“Angka anak tidak sekolah ini termasuk tinggi mengingat jumlah penduduk Provinsi Gorontalo yang relatif kecil,” kata Rudy Saifullah, Rabu (4/12/2024).
Lanjut Rudy menambahkan anak-anak yang tidak bersekolah (ATS) di Provinsi Gorontalo dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama. Pertama, anak-anak yang sama sekali belum pernah mengenyam pendidikan formal.
Kedua, anak-anak yang berhenti sekolah atau putus di tengah jalan sebelum menyelesaikan pendidikannya. Ketiga, anak-anak yang telah menyelesaikan sekolah tetapi tidak melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
“Tingginya angka putus sekolah di Gorontalo dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab utama, karena banyak keluarga yang kesulitan membiayai pendidikan anak-anak mereka. Selain itu, kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan, rendahnya motivasi belajar, serta pengaruh lingkungan pertemanan yang kurang mendukung juga berperan dalam permasalahan ini,” tambahnya
Tak hanya itu, putus sekolah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi masa depan anak. Beberapa dampak tersebut antara lain terbatasnya wawasan atau pengetahuan, rendahnya rasa percaya diri, serta hambatan dalam perkembangan emosi anak.
Anak-anak yang putus sekolah juga lebih rentan terhadap masalah sosial, dan kemungkinan besar akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak.
“Anak yang putus sekolah memiliki risiko yang lebih besar untuk terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Untuk itu, penting bagi kita untuk mencari solusi agar mereka bisa tetap melanjutkan pendidikan,” pungkas Rudy Saifullah (Tr-76)