Kisah perjuangan Sarif bocah penjual kue keliling menjadi tulang punggung keluarga membantu ibunnya. Sosok bocah bernama Sarif Dunggio (9) yang akrab disapa Sarif itu rela berjualan kue keliling setiap hari membantu meringankan beban eknomi keluargannya yang serba pas-pasan.
ROY TILAMEO – Gorontalo
Terik menetari sangat menyengat kulit siang itu Rabu (11/9/24) sekitar pukul 12.00 Wita. Sayapun mempir ke Graha Pena Gorontalo Post seperti biasannya membuat berita hasil liputan di lapangan. 15 menit kemudian datang sorang bocah ke ruang redaksi yang membawa keranjang kue diatas kepalannya.
Bocah tersebut menghampiri saya dan menanyakan apakah saya mau beli kuenya. Saya kemudian menanyakan kue apa yang dijualnnya, bocah itu menjawab kue donat. Merasa tertarik, saya kemudian mencoba makan kue donat tersebut ternyata enak, rasannya pas di mulut.
Kue tersebut dijual dengan Harga Rp 2 Ribu perbiji. Saya membeli kue 10 biji kue donat, dan saya berbagi makan bersama bocah tersebut.
Dengan lahap bocah berkullit gelap itu makan kue donat gratis yang sengaja saya belikan untuknya. Sambil makan kue, saya mengajak bocah itu untuk bincang-bincang ringan.
Bocah itu memperkenalkan namannya adalah Sarif Dunggio. Sarif yang masih duduk di bangku kelas Tiga Sekolah Dasar (SD) itu sudah lama biasa hidup mandiri.
Bocah hasil pernikahan pasangan Elni Hulopi dan Anwar Dunggio ini sudah menjual kue sejak tahun 2023 silam. Ayahnya berprofesi sebagai tukang panjat kelapa yang mendapatkan upah seadannya.
Sedangkan ibunnya hanya Ibu Rumah Tangga (IRT). Untuk membantu sang Ayah yang tidak memiliki pekerjaan tetap, ibunnya berinisiatif membuat berbagai macam kue untuk dijual keliling.
“Saya jual kue jalan kaki dari rumah lewat jalan Andalas (Jl. Jhon Aryo Katili sat ini). Kalau saya sudah capek kadang saya cuma sampai jembatan perlimaan Telaga saya sudah balik lagi,”kata Sarif.
Ia mengaku tidak meminta imbalan sepersen pun meski jualannya habis. Namun begitu, Sarif setiap hari diberi uang jajan oleh ibunnya Rp 10 Ribu ke sekolah. Anak keenam dari tujuh bersaudara ini memiliki cita-cita menjadi seorang tantara.
“Saya cuma suka jadi tantara. Ingin membantu orang tua dan orang susah,”ungkap Sarif. Semoga cita-citamu kelak bisa terwujud dan diijabah oleh tuhan sang pencipta Allah SWT. (*)
Comment