Gorontalopost.id – Proses sidang kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Joshua Hutabarat, tuntas, seiring dengan sidang pembacaan putusan terhadap terhadap Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E, Rabu (15/2). Bharada E yangf merupakan eksekutor dalam perkara itu, divonis hakim dengan hukuman 1,5 tahun penjara. Vonis itu lebih ringan dari tuntutan jaksa, yakni 12 tahun penjara.
Vonis Eliezer juga sangat ringan dibandingkan dengan empat terdakwa lainya, yakni Ferdi Sambo yang divonis hukuman mati, lebih tinggi dari tuntutan jaksa yakni penjara seumur hidup. Istri Sambo, Putri Candrawati juga harus meringkung selama 20 tahun di penjara, hukuman itu lebih berat dari tuntutan jaksa yang hanya 8 tahun penjara. Terdakwa lainya Kuat Maruf divonis 15 tahun penjara, dan Riki Rizal dengan hukuman 13 tahun penjara, vonis keduanya juga lebih tinggi dari tuntutan jaksa yang hanya 8 tahun penjara.
Majelis hakim mengabulkan permohonan Bharada E sebagai saksi pelaku yang bekerja sama atau justice collaborator. Vonis itu disampaikan majelis hakim dalam sidang pembacaan putusan yang berlangsung, kemarin (15/2).
Hakim anggota Alimin Ribut Sudjono mengungkapkan Richard telah membuat terang kasus kematian Yosua dengan keterangan yang jujur, konsisten, logis serta berkesesuaian dengan alat bukti tersisa lain sehingga membantu perkara a quo terungkap.
Hakim mengapresiasi sikap Richard tersebut di tengah posisi yang sangat membahayakan jiwa.
“Maka kejujuran, keberanian dan keteguhan terdakwa dengan berbagai risiko telah menyampaikan kejadian sesungguhnya sehingga layak terdakwa ditetapkan sebagai saksi pelaku yang bekerja sama,” ujar hakim Alimin di ruang Oemar Seno Adji PN Jakarta Selatan, Rabu (15/2).
Dalam menjatuhkan ketetapan ini, hakim mempertimbangkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 04 Tahun 2011 tentang Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) dan Saksi Pelaku yang Bekerja Sama di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.
Kemudian Undang-undang (UU) Nomor 31 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU 13/2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Amicus curiae atau sahabat pengadilan dari sejumlah pihak pun turut menjadi pertimbangan.
Status JC memungkinkan seorang terpidana mendapat berbagai keringanan dalam hal masa hukumannya, termasuk juga remisi. Syaratnya, terutama, sang terpidana bukanlah pelaku utama kejahatan terorganisasi.
Richard divonis dengan pidana 1,5 tahun penjara lantaran dinilai terbukti turut serta melakukan tindak pidana pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J).
Richard terbukti melanggar Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Berbeda dengan terdakwa lainya, Eliezer justeru telah dimaafkan keluarga korban.
Bakal Tak Dipecat
Ahli psikologi forensik sekaligus peneliti ASA Indonesia Institute, Reza Indragiri Amriel yang dikutip dari tayangan Youtube mengatakan, karier polisi Richard Eliezer hanya bisa selamat jika hakim menjatuhkan vonis maksimal dua tahun penjara.
Sebab sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah mengatakan, jika terdapat anggota Polri yang terlibat kasus pidana dan mendapat putusan hukuman di atas dua tahun penjara, maka akan dipecat dengan tidak hormat (PTDH). Dengan vonis hakim hanya 1,5 tahun maka karier Bharada E di Polri masih bisa selamat.
Tapi bagaimana sesungguhnya nasib Bharada E di Institusi Polri? Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengungkapkan, institusi Polri menghormati putusan hakim itu.
“Ya semua pihak harus menghormati putusan hakim PN,” kata Irjen Dedi Prasetyo, dilansir dari detikNews. Sampai saat ini, Eliezer masih tercatat sebagai anggota Polri.Polisi lain yang terlibat dalam kasus ini, terutama Ferdy Sambo dan polisi yang didakwa merintangi pengusutan kasus ini sudah dipecat dari anggota Polri. Apakah Eliezer juga akan dipecat?
“Untuk itu, nanti nunggu info dari (Divisi) Propam dulu,” sambung Dedi. (net)











Discussion about this post