Gorontalopost.id – Aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berujung ricuh di Bundaran Hulondalo Indah (HI) Kota Gorontalo, Selasa (8/09/22) tidak hanya membuat mahasiswa luka-luka. Namun, unjuk rasa tersebut juga membuat salah satu anggota polisi juga mengalami luka bahkan hingga dilarikan ke rumah sakit.
Kabid Humas Polda Gorontalo Kombes Pol Wahyu Tri Cahyono,SIK mengatakan, kericuhan yang terjadi saat aksi unjuk rasa mahasiswa pemicunya adalah adanya provokasi dari orator yang menyuruh mahasiswa bergerak ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SBPU), yang letaknya tak jauh dari bundaran Saronde /Hulonthalo Indah dengan tujuan menguasai SPBU. “Kami menyayangkan kenapa insiden itu harus terjadi,”kata Wahyu. Mantan Kapolres Bone Bolango itu menyampaikan, pendapat di muka umum itu boleh tapi laksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, jaga ketertiban, jangan anarkhis. Tapi apa yang terjadi ungkap Wahyu, bahwa orator justru memprovokasi massa untuk menguasai SPBU, bahkan saat dicegah ada salah satu oknum mahasiswa yang menyerang petugas dengan menggunakan tongkat bendera yang dibawanya. “Guna mencegah dampak yang lebih besar dengan terpaksa kami melakukan tindakan tegas dengan mengamankan beberapa provokator dalam aksi unras tersebut,”ujar Wahyu.
Ditambahkan Wahyu, bahwa keberadaan Polri dalam pengamanan unjuk rasa itu untuk melindungi mereka yang melakukan aksi unras dan juga melindungi orang lain yang terkena dampak dari kegiatan Unras tersebut.
“Disitu ada SPBU sangat rentan terjadi kebakaran, sehingga harus kita amankan agar tidak menjadi sasaran massa aksi, dan kami punya prosedur dalam pengamanan unjuk rasa sesuai Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian,”tegas Wahyu. Dijelaskan Wahyu, ada enam tahapan mulai dari kehadiran petugas sebagai wujud pencegahan, tahap peringatan, tahap kendali tangan kosong lunak, tahap kendali tangan kosong keras, tahap kendali menggunakan senjata tumpul, senjata kimia dan jika eskalasi meningkat dan bisa membahayakan nyawa petugas dan masyarakat tahap selanjutnya bisa menggunakan senjata api , dan tahap yang kami lakukan kemarin yaitu pengendalian dengan tangan kosong keras.
Sejauh ini sesuai hasil pengecekan di beberapa rumah sakit kata Wahyu melanjutkan hanya satu anggota Polri yang terluka dan dirawat dirumah sakit Bhayangkara Polda Gorontalo.
“Sejauh ini belum ada laporan dari massa aksi yang terluka kami sudah cek ke beberapa rumah sakit dan belum ada laporan dari massa aksi yang dirawat, justru dari anggota kami yakni Bripda Mohammad Fernanda Kasim yang harus dilarikan ke rumah sakit Bhayangkara dan dirawat karena mengalami cidera kepala bagian belakang akibat benturan benda tumpul sehingga yang bersangkutan pingsan dan mengalami kejang-kejang,”tandas Wahyu. (roy)










Discussion about this post