Gorontalopost.id – Seorang warga berusaha ekstra hati-hati saat memarkir mobilnya di tepi Jl. Nani Wartabone, eks jalan Panjaitan, Kota Gorontalo, Selasa (6/7) sore. Tidak adanya pita pembatas yang dipasang pelaksana proyek antara jalan dan galian drainase, bisa membuat pengendara terperosok. Peristiwa mobil masuk got di jalan Panjaitan ini, pernah terjadi pada Sabtu (21/5) lalu.
Pekerjaan proyek revitalisasi jalan panjaitan ini memang menyedot perhatian, apalagi jalan panjaitan merupakan akses utama di Kota Gorontalo, pun menjadi kawasan binis. Pada sepanjang jalan panjaitan, dari depan kampus UNG hingga bundaran saronde, tumbuh bermacam-macam usaha warga, dari pelaku UMKM, ruko, perkantoran, bank, sekolah, hingga restoran dan cafe. Semuanya, terganggu dengan proyek yang lambat pekerjaanya itu.
Sejak dilakukan groundbreaking pada akhir Desember 2021 lalu, progres proyek panjaitan, baru sekira 26 persen. Padahal, harusnya sudah pada angka 60 persen untuk bulan ini.
Yang paling mengganggu adalah kondisi drainase. Setelah digali, terkesan dibiarkan begitu saja. Galian drainase selebar kurang lebih 1,5 meter itu, mengakibatkan munculnya bau tidak sedap, air got hitam, dan ditumbuhi lumut hijau, sampah plastik juga berserakan. Warga, atau para pelaku usaha di sepanjang proyek ini, juga diharuskan membuat jembatan darurat, jika tidak maka tidak bisa melintas dari jalan ke rumah atau tempat usaha.
“Proyek jalan panjaitan ini kira kapan mo kelar ? Yang pegang proyek satu orang atau beda ?. Drainase duluan dibongkar ini malah jalan yang kelar lebih dulu,”ujar salah satu pelaku usaha dalam positingan di media sosialnya. “Ngoni nya tau kita pe kerugian. Saat-saat puasa perekonomian harusnya naik, jadi ancur gara-gara jalan ngoni tutup. Got pe air busuk caparuni lagi (Kalian tidak tahu kerugian saya. Saat puasa harusnya perkonomian naik, jadi hancur gara-gara jalan kalian tutup. Air got busuk, dan jorok),”tambahnya.
Keluhan yang sama disampaikan Intan, salah satu pelaku UMKM di kawasan itu. Pendapatan usaha rumah makanya, merosot drastis, lantaran kurangnya pelanggan yang datang. Ia beranggapan, pelanggan enggan singgah karena kondisi jalan dan drainase. Tidak adalagi tempat parkir, kalau pun paksa parkir tepi jalan, kondisi jalan tambah sempit.
Ia berharap, proyek ini segera tuntas. Mat Jaelani juga merasakan hal yang sama. Kepada Gorontalo Post, Mat mengaku pendapatannya sangat menurun. Hal ini, kata Mat, dikarenakan tidak adanya lahan untuk digunakan parkir bagi para pengunjung. Sebab, kata Mat, pasca dikerjakan proyek revitalisasi, luas jalan Nani Wartabone semakin sempit.
“Setiap orang mau singgah tidak ada tempat parkirannya. Mau ke tengah takut ditabrak, mau ke pinggir sekali takut nyemplung disaluran,” ujar Mat Jaelani.
Bukan hanya pelaku usaha, warga pengguna jalan juga terganggu. Sebagian jalan panjaitan saat ini memang sudah teraspal. Tapi di-kiri dan kanan, terparkir kenderaan. Jadinya, jalan sempit, bahkan dibeberapa titik untuk waktu-waktu tertentu, hanya tersisa satu lajur. Sementara kawasan yang belum teraspal, memaksa pengendara sepeda motor untuk menutup hidung karena berdebu.
“Saya ketika mau ambil orderan harus lewat sebelah atau putar arah. Karena mau menghindari dari debu dan kemacetan.” ujar Taufik Arnol, pengemudi ojek online.
Adanya dampak buruk dari pekerjaan proyek revitalisasi jalan panjaitan, tak dibantah Kadis PU Kota Gorontalo, Rifadli Bahsuan. Atas nama Dinas PU, ia meminta maaf atas ketidaknyamanan itu.
“Sedari awal kita sudah bisa memprediksi dampak dari proyek ini. Maka dari itu, kami memohonkan maaf kepada para warga. Insya Allah pekerjaan ini bisa selesai secapat mungkin,” tutur Rifadli. Hanya memang, kata dia, progres proyek ini diakuonya terlambat. Sesui kontrak, revitalisasi jalan panjaitan dikerjakan selama 240 hari, tapi realisasinya baru sekitar 23 persen, jauh dari target yang harusnya sudah 60 persen. Proyek berbanderol Rp 23,9 miliar yang didanai dari program percepatan ekonomi nasional (PEN) itu, menurut Bahsuan akan selesai tepat waktu. Setidaknya, kata dia, seperti itu janji pelaksana proyek.
“Ada deviasi. Tapi, pihak pelaksana sudah bertekad untuk mengejar deviasi tersebut dengan melaksanakan pengaspalan. Alhamdulillah, sekarang pengaspalan yang menggunakan jenis AC-WC dan AC-BC itu, sudah disegmen tiga dan akan langsung dilanjutkan ke segmen empat. Yaitu dari simpang empat (labamba) sampai di bundaran saronde,” tutur Rifadli. Faktor cuaca, kata Rifaldi menjadi pemicu keterlambatan. Selain itu, proses pemindahan utilitas jalan yang memakan waktu cukup panjang dan masih berfungsingnya jalan Nani Wartabone bagi pengguna jalan.
“Kita tidak bisa menutup total jalan, karena itu adalah jalan protokol yang aktivitasnya cukup tinggi,” katanya.
Soal drainase, ia menyebut, tidak dihentikan. Bukan lantaran tak ada pekerjaan di lokasi proyek, kemudian perkerjaanya terhenti. Proyek drainase, lanjut Rifaldi menggunakan sistem u-ditch, yakni menggunakan beton bentuk huruf U. Awalnya, pekerjaan u-ditch dilakukan di lokasi proyek. Bisa dilihat beberapa waktu lalu, terdapat mal u-ditch, dan beberapa yang sudah jadi.
Tapi kini itu tak nampak lagi di sepanjag jalan panjaitan, kabarnya pekerjaan u-ditch dipindahkan. “Proses pengerjaan saluran yang menggunakan sistem U-Ditch membutuhkan waktu yang lama. Sementara, pelaksana dikejar oleh batas waktu,”katanya. (rwf/mg)
Revitalisasi
Jalan Panjaitan
Ground Breaking
Desember 2021
Anggaran
Rp 23,9 Miliar
Sumber Anggaran
Pinjaman PEN
Pekerjaan
– Jalan : 2.284 meter
– Drainase : 2.284 meter x2
Progres
23 Persen Harusnya 60 Persen











Discussion about this post